31 Desember 2009

Pengajian Masjid ALatieF Pasaraya Lt 5 Tanggal 30 Desember 2009

Event : Pengajian Masjid ALatieF Pasaraya Lt 5
Tanggal : 30 Desember 2009
Pembicara : Habbiburrahman El Shirazy
Tema : Kesenian Islam

Memahami Rahmat Islam

"Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam." (QS 21: 107). Ayat di atas sering dijadikan hujjah bahwa
Islam adalah agama rahmat. Itu benar. Rahmat Islam itu luas, seluas dan
seluwes ajaran Islam itu sendiri. Itu pun juga pemahaman yang benar.

Sebagian orang secara sengaja (karena ada maksud buruk) ataupun tidak
sengaja (karena pemahaman Islamnya yang tidak dalam), sering memaknai
ayat tersebut diatas secara menyimpang. Mereka ini mengartikan rahmat
Islam harus tercermin dalam suasana sosial yang sejuk, damai dan
toleransi dimana saja Islam berada, apalagi sebagai mayoritas.

Sementara dibaliknya sebenarnya ada tujuan lain atau kebodohan lain
yang justru bertentangan dengan Islam itu sendiri, misalnya
memboleh-bolehkan ucapan natal dari seorang Muslim terhadap umat
Nasrani atau bersifat permisive terhadap ajaran sesat yang tetapDi abad ini, Islam dicabar daripada berbagai-bagai sudut. Musuh menggunakan segala-galanya untuk menghancurkan Islam. Mereka mengetahui umat Islam mudah leka apabila diberikan kemewahan dan hiburan. Lantas mereka menggunakan tamadun kebendaan mereka dengan mengembangkan bidang seni bagi melalaikan umat dan terus menidurkan mereka. Natijahnya umat leka daripada sumber kekuatan mereka iaitu Al-Quran. Umat Islam di masa kini lebih gemar dan khusyuk mendengar lagu-lagu dendangan manusia daripada alunan bacaan atay-ayat suci Al-Quranul Karim.


Islam sebagai rahmat bagi alam semesta adalah tujuan bukan proses.
Artinya untuk menjadi rahmat bagi alam semesta bisa jadi umat Islam
harus melalui beberapa ujian, kesulitan atau peperangan seperti di
zaman Rasulullah. Walau tidak selalu harus melalui langkah sulit
apalagi perang, namun sejarah manapun selalu mengatakan kedamaian dan
kesejukan selalu didapatkan dengan perjuangan. Misalnya, untuk
menjadikan sebuah kota menjadi aman diperlukan kerjakeras polisi dan
aparat hukum untuk memberi pelajaran bagi pelanggar hukum. Jadi
logikanya, agar tercipta kesejukan, kedamaian dan toleransi yang baik
maka hukum Islam harus diupayakan dapat dijalankan secara kaffah.
Sebaliknya, jangan dikatakan bahwa umat Islam harus bersifat sejuk,
damai dan toleransi kepada pelanggar hukum dengan alasan Islam adalah
agama rahmat.

Mencari Rahmat Islam

Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke
dalam Islam secara keseluruhannya. Dan janganlah kamu turut
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu,"
(QS al-Baqarah: 208)

Ada banyak dimensi dari universalitas ajaran Islam. Di antaranya
adalah, dimensi rahmat. Rahmat Allah yang bernama Islam meliputi
seluruh dimensi kehidupan manusia. Allah telah mengutus Rasul-Nya
sebagai rahmat bagi seluruh manusia agar mereka mengambil petunjuk
Allah. Dan tidak akan mendapatkan petunjuk-Nya, kecuali mereka yang
bersungguh-sungguh mencari keridhaan-Nya. "Dan orang-orang yang
berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik,"
(QS al-‘Ankabuut: 69).

Ternyata ulama salaf pun tidak semuanya sepakat untuk mengharamkan musik secara mutlaq.
Meski memang umumnya memakruhkan atau tidak menganjurkan seseorang untuk bermain musik.

Bahkan di dalam banyak bab fiqih memang kita temukan bahwa diantara jual beli yang diharamkan adalah memperjual belikan alat-alat musik.

Tapi sekali lagi, bila kita luaskan kajian kita dan menelaah pendapat fiqih,
maka kita pasti akan mendapatkan bahwa keharaman musik bukanlah sesuatu yang disepakati oleh semua ulama.

Bagaimana Islam berbicara tentang nyanyian dan musik?
Istilah yang biasa dipakai dalam madzhab Hanafi pada masalah nyanyian dan musik
sudah masuk dalam ruang lingkup maa ta’ummu bihi balwa (sesuatu yang menimpa orang banyak).

Sehingga pembahasan tentang dua masalah ini harus tuntas.

Dan dalam memutuskan hukum pada dua masalah tersebut, apakah halal atau haram,
harus benar-benar berlandaskan dalil yang shahih (benar) dan sharih (jelas).
Dan harus tajarud, yakni hanya tunduk dan mengikuti sumber landasan Islam saja yaitu Al- Qur’an, Sunnah yang shahih dan Ijma.
Tidak terpengaruh oleh watak atau kecenderungan perorangan dan adat-istiadat atau budaya suatu masyarakat.

Sebelum membahas pendapat para ulama tentang dua masalah tersebut dan pembahasan dalilnya.
Kita perlu mendudukkan dua masalah tersebut.
Nyanyian dan musik dalam Fiqh Islam termasuk pada kategori muamalah atau urusan dunia dan bukan ibadah.
Sehingga terikat dengan kaidah:Hukum dasar pada sesuatu (muamalah) adalah halal (mubah)..

Hal ini sesuai firman Allah SWT. :
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu? (QS Al-Baqarah 29).

Sehingga untuk memutuskan hukum haram pada masalah muamalah termasuk nyanyian dan musik
harus didukung oleh landasan dalil yang shahih dan sharih.

Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menetapkan kewajiban, janganlah engkau lalaikan,
menetapkan hudud, jangan engkau langgar, mengharamkan sesuatu jangan engkau lakukan.
Dan diam atas sesuatu, sebagai rahmat untukmu dan tidak karena lupa, maka jangan engkau cari-cari (hukumnya) ? (HR Ad-Daruqutni).

Halal adalah sesuatu yang Allah halalkan dalam kitab-Nya.
Dan haram adalah sesuatu yang Allah haramkan dalam kitab-Nya.
Sedangkan yang Allah diamkan maka itu adalah sesuatu yang dima’afkan? (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim )

29 Desember 2009

Pengajian Masjid Raya Bani Umar Tanggal 29 Desember 2009

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 29 Desember 2009
Pembicara : DR Ir H Nana Rukmana DW, MA
Tema : Tauhid

Hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Akan datang masanya kita berpisah dengan dunia berikut isinya. Perpisahan itu terjadi saat kematian menjemput, tanpa ada seorang pun yang dapat menghindar darinya.

Karena Ar-Rahman telah berfirman:

“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.”
(Al-Anbiya`: 35)


“Di mana saja kalian berada, kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.”
(An-Nisa`: 78)

Kematian akan menyapa siapa pun, baik ia seorang yang shalih atau durhaka, seorang yang turun ke medan perang ataupun duduk diam di rumahnya, seorang yang menginginkan negeri akhirat yang kekal ataupun ingin dunia yang fana, seorang yang bersemangat meraih kebaikan ataupun yang lalai dan malas-malasan. Semuanya akan menemui kematian bila telah sampai ajalnya, karena memang:

“Seluruh yang ada di atas bumi ini fana (tidak kekal).”
(Ar-Rahman: 26)

Mengingat mati akan melembutkan hati dan menghancurkan ketamakan terhadap dunia. Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan hasungan untuk banyak mengingatnya. Beliau bersabda dalam hadits yang disampaikan lewat shahabatnya yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).”
(HR. At-Tirmidzi no. 2307, An-Nasa`i no. 1824, Ibnu Majah no. 4258. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata tentang hadits ini, “Hasan shahih.”)

Dalam hadits di atas ada beberapa faedah:
  1. Disunnahkannya setiap muslim yang sehat ataupun yang sedang sakit untuk mengingat mati dengan hati dan lisannya, serta memperbanyak mengingatnya hingga seakan-akan kematian di depan matanya. Karena dengannya akan menghalangi dan menghentikan seseorang dari berbuat maksiat serta dapat mendorong untuk beramal ketaatan.
  2. Mengingat mati di kala dalam kesempitan akan melapangkan hati seorang hamba. Sebaliknya, ketika dalam kesenangan hidup, ia tidak akan lupa diri dan mabuk kepayang. Dengan begitu ia selalu dalam keadaan bersiap untuk “pergi.” (Bahjatun Nazhirin, 1/634)
Ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas adalah ucapan yang singkat dan ringkas, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (kematian).”

Namun padanya terkumpul peringatan dan sangat mengena sebagai nasihat, karena orang yang benar-benar mengingat mati akan merasa tiada berartinya kelezatan dunia yang sedang dihadapinya, sehingga menghalanginya untuk berangan-angan meraih dunia di masa mendatang. Sebaliknya, ia akan bersikap zuhud terhadap dunia. Namun bagi jiwa-jiwa yang keruh dan hati-hati yang lalai, perlu mendapatkan nasihat panjang lebar dan kata-kata yang panjang, walaupun sebenarnya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).”

disertai firman Allah :

“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati,” sudah mencukupi bagi orang yang mendengar dan melihat.

Alangkah bagusnya ucapan orang yang berkata:


“Ingatlah mati niscaya kau kan peroleh kelegaan, dengan mengingat mati akan pendeklah angan-angan.”
Adalah Yazid Ar-Raqasyi rahimahullahu berkata kepada dirinya sendiri, “Celaka engkau wahai Yazid! Siapa gerangan yang akan menunaikan shalat untukmu setelah kematianmu? Siapakah yang mempuasakanmu setelah mati? Siapakah yang akan memintakan keridhaan Rabbmu untukmu setelah engkau mati?”

Kemudian ia berkata,

“Wahai sekalian manusia, tidakkah kalian menangis dan meratapi diri-diri kalian dalam hidup kalian yang masih tersisa? Duhai orang yang kematian mencarinya, yang kuburan akan menjadi rumahnya, yang tanah akan menjadi permadaninya dan yang ulat-ulat akan menjadi temannya… dalam keadaan ia menanti dibangkitkan pada hari kengerian yang besar. Bagaimanakah keadaan orang ini?” Kemudian Yazid menangis hingga jatuh pingsan.
(At-Tadzkirah, hal. 8-9)

Sungguh, hanya orang-orang cerdas cendikialah yang banyak mengingat mati dan menyiapkan bekal untuk mati. Shahabat yang mulia, putra dari shahabat yang mulia, Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengabarkan, “Aku sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, ‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’
‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab:

“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.”
(HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1384)

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata, “Ad-Daqqaq berkata, ‘Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan tiga perkara: bersegera untuk bertaubat, hati merasa cukup, dan giat/semangat dalam beribadah. Sebaliknya, siapa yang melupakan mati ia akan dihukum dengan tiga perkara: menunda taubat, tidak ridha dengan perasaan cukup dan malas dalam beribadah. Maka berpikirlah, wahai orang yang tertipu, yang merasa tidak akan dijemput kematian, tidak akan merasa sekaratnya, kepayahan, dan kepahitannya. Cukuplah kematian sebagai pengetuk hati, membuat mata menangis, memupus kelezatan dan menuntaskan angan-angan. Apakah engkau, wahai anak Adam, mau memikirkan dan membayangkan datangnya hari kematianmu dan perpindahanmu dari tempat hidupmu yang sekarang?”
(At-Tadzkirah, hal. 9)

Bayangkanlah saat-saat sakaratul maut mendatangimu. Ayah yang penuh cinta berdiri di sisimu. Ibu yang penuh kasih juga hadir. Demikian pula anak-anakmu yang besar maupun yang kecil. Semua ada di sekitarmu. Mereka memandangimu dengan pandangan kasih sayang dan penuh kasihan. Air mata mereka tak henti mengalir membasahi wajah-wajah mereka. Hati mereka pun berselimut duka. Mereka semua berharap dan berangan-angan, andai engkau bisa tetap tinggal bersama mereka. Namun alangkah jauh dan mustahil ada seorang makhluk yang dapat menambah umurmu atau mengembalikan ruhmu. Sesungguhnya Dzat yang memberi kehidupan kepadamu, Dia jugalah yang mencabut kehidupan tersebut. Milik-Nya lah apa yang Dia ambil dan apa yang Dia berikan. Dan segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ajal yang telah ditentukan.
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata, “Tidaklah hati seorang hamba sering mengingat mati melainkan dunia terasa kecil dan tiada berarti baginya. Dan semua yang ada di atas dunia ini hina baginya.”

Adalah ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu bila mengingat mati ia gemetar seperti gemetarnya seekor burung. Ia mengumpulkan para ulama, maka mereka saling mengingatkan akan kematian, hari kiamat dan akhirat. Kemudian mereka menangis hingga seakan-akan di hadapan mereka ada jenazah. (At-Tadzkirah, hal. 9)
Tentunya tangis mereka diikuti oleh amal shalih setelahnya, berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersegera kepada kebaikan. Beda halnya dengan keadaan kebanyakan manusia pada hari ini. Mereka yakin adanya surga tapi tidak mau beramal untuk meraihnya. Mereka juga yakin adanya neraka tapi mereka tidak takut. Mereka tahu bahwa mereka akan mati, tapi mereka tidak mempersiapkan bekal. Ibarat ungkapan penyair:

Aku tahu aku kan mati namun aku tak takut
Hatiku keras bak sebongkah batu
Aku mencari dunia seakan-akan hidupku kekal
Seakan lupa kematian mengintai di belakang
Padahal, ketika kematian telah datang, tak ada seorangpun yang dapat mengelak dan menundanya.


“Maka apabila telah tiba ajal mereka (waktu yang telah ditentukan), tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mereka dapat mendahulukannya.”
(An-Nahl: 61)


“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila telah datang ajal/waktunya.”
(Al-Munafiqun: 11)

Wahai betapa meruginya seseorang yang berjalan menuju alam keabadian tanpa membawa bekal. Janganlah engkau, wahai jiwa, termasuk yang tak beruntung tersebut. Perhatikanlah peringatan Rabbmu:

“Dan hendaklah setiap jiwa memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).”
(Al-Hasyr: 18)

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu menjelaskan ayat di atas dengan menyatakan, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan lihatlah amal shalih apa yang telah kalian tabung untuk diri kalian sebagai bekal di hari kebangkitan dan hari diperhadapkannya kalian kepada Rabb kalian.”
(Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir, hal. 1388)

Janganlah engkau menjadi orang yang menyesal kala kematian telah datang karena tiada berbekal, lalu engkau berharap penangguhan.

“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian, lalu ia berkata, ‘Wahai Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat hingga aku mendapat kesempatan untuk bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?’.”
(Al-Munafiqun: 10)

“Katakanlah sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri darinya itu, pasti akan menemui kamu, kemudian kamu semua akan dikembalikan ke Dzat yang Maha Mengetahui segala yang ghaib serta yang nyata.”
(QS. Jum’ah:8).

Hawa nafsu yang cenderung cinta kemewahan mendorong manusia menjadikan dunia sebagai tujuan. Hati seperti ini dipenuhi dengan keinginan dan panjang angan-angan tentang kemewahan. Dzikirnya: uang, uang dan hanya uang. Pikirannya dipenuhi segala macam ketamakan. Sikap demikian itu membuatnya
tidak mau mensyukuri yang sudah ada dan melupakan akhirat. Hati yang sudah dipenuhi cinta dunia, sulit mengingat Allah, dan ujung-ujungnya
mengarahkan hidupnya menuju neraka. Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya).
(QS. An Nazi’aat: 37-39).

Mengingat mati akan membuat kita seakan punya rem dari berbuat dosa. Akibatnya di mana saja dan kapan saja kita akan senantiasa terarahkan untuk melakukan segala sesuatu hanya yang bermanfaat. Kalau kita melihat para arifin dan salafus shalih, mengingat mati bagi mereka, seumpama seorang pemuda yang menunggu kekasihnya. Di mana seorang kekasih tidak pernah melupakan janji kekasihnya. Diriwayatkan dari sahabat Hudzaifah ra bahwa ketika kematian menjemputnya ia berkata, ''Kekasih datang dalam keadaan miskin. Tiadalah beruntung siapa yang menyesali kedatangannya. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa kefakiran lebih aku sukai daripada kaya, sakit lebih aku sukai daripada sehat, dan kematian lebih aku sukai daripada kehidupan, maka mudahkanlah bagiku kematian sehingga aku menemui-Mu.'' Semoga kita digolongkan Allah SWT menjadi orang yang beroleh karunia khusnul khatimah. Amin


Pengajian Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia Tanggal 28 Desember 2009

Event : Pengajian Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia
Tanggal : 28 Desember 2009
Pembicara : Aa Gym
Tema : Tauhid

1. Tenangkan hati

Allah selalu mengganti sebuah amal taat yang dilakukan hamba-Nya dengan sesuatu yang menyenangkannya. Menahan pandangan dari yang haram misalnya. Allah menjanjikan, siapa yang di antara hamba-Nya menahan pandangannya dari yang haram, maka ia akan merasakan kesejukan dalam hatinya. “Padangan adalah salah satu anak panah beracun di antara anak panah iblis. Barangsiapa yang meninggalkannya karena takut pada Allah maka ia telah diberi Allah keimanan yang akan Allah berikan rasa lezat di dalam hatinya.” (HR. Hakim)

2. Taqwa

At-taqwa maknanya al-hadzr yaitu waspada. Kalau dikatakan anda bertakwa kepada sesuatu, maka artinya waspada dan berhati-hati terhadapnya.

Pada prinsipnya ketakwaan seorang adalah apabila ia menjadikan suatu pelindung antara dirinya dengan apa yang ia takuti. Maka ketakwaan seorang hamba kepada Rabbnya adalah apabila ia menjadikan antara dirinya dan apa yang ia takuti dari Rabb (berupa kemarahan, siksa, murka) suatu penjagaan/pelindung darinya. Yaitu dengan menjalankan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Maka tampak jelas, bahwa hakikat takwa adalah sebagaimana yang disampaikan oleh Thalq bin Hubaib, “Takwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan nur (petunjuk) dari Allah karena mengharapkan pahala dari-Nya. Dan engkau meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena takut akan siksa-Nya.”

3. Rezeki datangnya dari Allah

Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
QS. al-Fatihah (1) : 5

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
QS. al-Zalzalah (99) : 7


Ada amalan yang diajarkan Allah dan Rosul, yang dapat memperlancar datangnya rezeki, di antaranya :
  1. Memperbanyak istighfar kepada Allah
  2. memperbanyak Infaq Fiisabilillah
  3. Memperbanyak Shilaturrahim (Menyambung Famili)
  4. Senang menghormati tamu
  5. berusaha menjadi orang yang jujur dan amanat
  6. Meningkatkan taqwa kepada Allah.
  7. Memperbanyak tawakal kepada Allah.
  8. Selalu berprasangka baik kepada Allah (Husnudhon Billaah).
  9. Menertibkan Sholat Tahajud dan Berdoa 1/3 malam yang akhir

4. Takutlah pada dosa yang tidak di taubati

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.
QS. an-Nisa' (4) : 79

Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari Rasul-rasul-Nya ", dan mereka mengatakan: " Kami dengar dan kami taat ". (Mereka berdoa):" Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali ".
QS. al-Baqarah (2) : 285

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):" Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir ".
QS. al-Baqarah (2) : 286


Taubat adalah kembali kepada Allah setelah melakukan maksiat.

Taubat marupakan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya agar mereka dapat kembali kepada-Nya.

Agama Islam tidak memandang manusia bagaikan malaikat tanpa kesalahan dan dosa sebagaimana Islam tidak membiarkan manusia berputus asa dari ampunan Allah, betapa pun dosa yang telah diperbuat manusia. Bahkan Nabi Muhammad telah membenarkan hal ini dalam sebuah sabdanya yang berbunyi: "Setiap anak Adam pernah berbuat kesalahan/dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah mereka yang bertaubat (dari kesalahan tersebut)."

5. fokus terhadap dosa sendiri

jangan sibuk mengurusi kesalahan kesalahan orang lain, sementara kita lupa dengan dosa sendiri.

6. Jangan risau dengan rezeki

Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.
QS. adz-Dzariyat (51) : 57

7. mengucapkan salam dengan hati

Inti sari salam :
  1. Salam bukan sekedar ungkapan kasih-sayang, tetapi memberikan juga alasan dan logika kasih-sayang yang di wujudkan dalam bentuk doa pengharapan agar anda selamat dari segala macam duka-derita. Tidak seperti kebiasaan orang Arab yang mendoakan untuk tetap hidup, tetapi Salam mendoakan agar hidup dengan penuh kebaikan.
  2. Salam mengingatkan kita bahwa kita semua bergantung kepada Allah SWT. Tak satupun makhluk yang bisa mencelakai atau memberikan manfaat kepada siapapun juga tanpa perkenan Allah SWT.
  3. Perhatikanlah bahwa ketika seseorang mengatakan kepada anda, “Aku berdoa semoga kamu sejahtera.” Maka ia menyatakan dan berjanji bahwa anda aman dari tangan (perlakuan)nya, lidah (lisan)nya, dan ia akan menghormati hak hidup, kehormatan, dan harga-diri anda.
Rasulullah SAW selanjutnya memberikan arahan memberi salam bahwa:
  1. Orang yang berkendaraan harus memberi salam kepada pejalan-kaki.
  2. Orang yang berjalan kaki memberi salam kepada yang duduk.
  3. Kelompok yang lebih sedikit memberi salam kepada kelompok yang lebih banyak jumlahnya.
  4. Yang meninggalkan tempat memberi salam kepada yang tinggal.
  5. Ketika pergi meninggalkan atau pulang ke rumah, ucapkanlah salam meski tak seorangpun ada di rumah (malaikat yang akan menjawab).
  6. Jika bertemu berulang-ulang maka ucapkan salam setiapkali bertemu.
Pengecualian kewajiban menjawab salam:
  1. Ketika sedang sholat. Membalas ucapan salam ketika sholat membatalkan sholatnya.
  2. Khatib, orang yang sedang membaca Al-Qur’an, atau seseorang yang sedang mengumandangkan Adzan atau Iqamah, atau sedang mengajarkan kitab-kitab Islam.
  3. Ketika sedang buang air atau berada di kamar mandi.
Selanjutnya, Allah SWT menerangkan keutamaan salam didalam surat Al-An’aam ayat 54:

Jika orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami (Al-Qur’an) datang kepadamu, ucapkanlah “Salaamun’alaikum (selamat-sejahtera bagimu)”, Tuhanmu telah menetapkan bagi diri-Nya kasih-sayang. (Yaitu) Bahwa barangsiapa berbuat kejahatan karena kejahilannya (tidak tahu/bodoh) kemudian ia bertaubat setelah itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Pembacaan ayat suci Al Quran :

Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
QS. al-Mulk (67) : 1
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
QS. al-Mulk (67) : 2
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
QS. al-Mulk (67) : 3
Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.
QS. al-Mulk (67) : 4

28 Desember 2009

Gema Muharam 1431 H Kelurahan Parigi Baru Pondok Aren Tangerang Selatan Tanggal 27 Desember 2009

Event : Gema Muharam 1431 H Kelurahan Parigi Baru Pondok Aren Tangerang Selatan
Tanggal : 27 Desember 2009
Pembicara : H Samsul Maarif S Ag, MA
Tema : Hikmah Muharam


Lingkungan Parigi Baru yang dekat dengan masjid, jangan ragu untuk memakmurkan masjid :

Hanya yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
QS. at-Taubah (9) : 18

Alhamdulillah, di Parigi Baru sangat menjamur "ta'lim ibu ibu" bukan hanya menambah ilmu bagi diri sendiri melainkan menjadi sumber ilmu bagi anak dan suaminya :

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
QS. an-Nisa' (4) : 9

"Bila ulama dan umara (pemimpin) baik, umat Islam pun akan baik."


Dalam hadis ini, ulama didahulukan kemudian barulah umara. Ulama memberi ilmu dan memberi contoh. Kalau hendak dilaksanakan secara global, ulama tidak mampu sebab dia tidak ada kuasa dan kekuatan. Umara ada kekuatan ekonomi, politik dan negara. Umara boleh menggerakkan rakyat. Oleh itu, umara mesti bergantung kepada ulama. Ke-mudian dia apply dan dipraktikkan nasihat dan ajaran ulama kepada masyarakat.


Yang menjadi masalah pada hari ini ialah rakyat dan ma-syarakat tidak faham siapa itu ulama. Mungkin juga umara tidak kenal siapa ulama yang sebenarnya. Kemudian ada pula orang yang merasakan dirinya ulama sebab dia boleh bercakap dan boleh membaca ayat Al Quran. Masyarakat pun mengangap dia ulama.


Sebenarnya ulama itu bukan dia yang melantik dirinya menjadi ulama hanya kerana dia mempunyai sedikit ilmu.Kemudian buat pula persatuan ulama. Ini tidak pernah berlaku dalam sejarah Islam. Title ulama di sisi Tuhan bukan-diukur pada degree atau ijazah, ilmu atau jawatan. diri pun tidak boleh mengaku yang dia itu ulama.

Pilihlah pemimpin yang imannya kuat agar kebijakan yang dibuatnya berdasarkan ajaran yang searah dengan islam :

"Sesungguhnya termasuk sesuatu yang aku takuti menimpa umatku adalah para pemimpin (agama maupun politik) yang menyesatkan…Dan tidak akan terjadi hari kiamat sampai beberapa kabilah dari umatku yang bergabung dengan kaum musyrikin, dan sampai ada beberapa kabilah dari umatku yang menyembah berhala."
(Hadits Hasan Riwayat, Ibnu Majah dan Abu Daud)

Kuliah Ahad Dhuha Masjid Raya Bani Umar Tanggal 27 Desember 2009

Event : Kuliah Ahad Dhuha Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 27 Desember 2009
Pembicara : Prof Dr Muslim Nasution
Tema : Qada dan Qadar

Istilah Qada bila dimutlakkan, maka memuat makna Qadar dan sebaliknya istilah Qadar bila dimutlakkan, maka memuat makna Qada, Akan tetapi bila dikatakan "Qadha-Qadar", maka ada perbedaan di antara keduanya. Hal ini banyak terjadi dalam bahasa Arab. Satu kata dapat bermakna yang luas ketika sendirian dan punya makna khusus bila disatukan (dikumpulkan). Sebagai contoh dapat dikatakan.
"Bila keduanya bersatu maka berbeda dan bila keduanya dipisah maka bersatu"
Maka kata Qada dan Qadar termasuk dalam kondisi seperti ini, artinya bila kata Qada dipisahkan (dari kata Qadar), maka memuat Qadar dan sebaliknya kata Qadar bila dipisahkan (dari kata Qada) maka memuat makna Qada. Akan tetapi ketika dikumpulkan, kata Qada bermakna sesuatu yang ditetapkan Allah pada mahluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan maupun perubahannya. Sedangkan Qadar bermakna sesuatu yang telah ditentukan Allah sejak zaman azali. Inilah perbedaan antara kedua istilah tersebut. Maka Qadar ada lebih dahulu kemudian disusul dengan Qada.
Yakni beriman bahwasanya Allah itu mengetahui apa-apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi; menentukan dan menulisnya dalam lauhul mahfudz ; dan bahwasanya segala sesuatu yang terjadi, baik maupun buruk, kafir, iman, ta'at, ma'shiyat, itu telah dikehendaki, ditentukan dan diciptakan-Nya ; dan bahwasanya Allah itu mencintai keta'atan dan membenci kemashiyatan.
Sedang hamba Allah itu mempunyai kekuasaan, kehendak dan kemampuan memilih terhadap pekerjaan-pekerjaan yang mengantar mereka pada keta'atan atau ma'shiyat, akan tetapi semua itu mengikuti kemauan dan kehendak Allah. Berbeda dengan pendapat golongan Jabariyah yang mengatakan bahwa manusia terpaksa dengan pekerjaan-pekerjaannya tidak memiliki pilihan dan kemampuan sebaliknya golongan Qodariyah mengatakan bahwasanya hamba itu memiliki kemauan yang berdiri sendiri dan bahwasanya dialah yang menciptkan pekerjaan dirinya, kemauan dan kehendak hamba itu terlepas dari kemauan dan kehendak Allah.
Allah benar-benar telah membantah kedua pendapat di atas dengan firman-Nya.

"Artinya : Dan kamu tidak bisa berkemauan seperti itu kecuali apabila Allah menghendakinya". [At-Takwir : 29]

Dengan ayat ini Allah menetapkan adanya kehendak bagi setiap hamba sebagai banyahan terhadap Jabariyah yang ekstrim, bahkan menjadikannya sesuai dengan kehendak Allah, hal ini merupakan bantahan atas golongan Qodariyah. Dan beriman kepada taqdir dapat menimbulkan sikap sabar sewaktu seorang hamba menghadapi cobaan dan menjauhkannya dari segala perbuatan dosa dan hal-hal yang tidak terpuji. bahkan dapat mendorong orang tersebut untuk giat bekerja dan menjauhkan dirinya dari sikap lemah, takut dan malas.


supaya kita tegar menjalani kehidupan, perbanyaklah taubat dengan segala dosa yang pernah kita lakukan :


Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.
QS. Thaha (20) : 82

Tidak ada 1 hal yang luput dari pandangan Allah, maka bertakwalah :

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS. al-Baqarah (2) : 284


Dalil Dalil Yang berhubungan dengan Qada dan Qadar :

Segala hal yang kita miliku, sudah sesuai dengan porsinya :


Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.
QS. al-Hijr (15) : 21

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
QS. al-Qamar (54) : 49

Penentuan segala sesuatu yang ada dalam hidup kita, terjadi bahkan sejak dalam rahim :

Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.
QS. ar-Ra'd (13) : 8


Wahai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah sesuatu pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?
QS. Fathir (35) : 3

Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. Yunus (10) : 107

23 Desember 2009

Majelis Reboan Masjid Al Latief Pasaraya Lt.5 Tanggal 23 Desember 2009

Event : Majelis Reboan Masjid Al Latief Pasaraya Lt.5
Tanggal : 23 Desember 2009
Pembicara : Prof DR Arif Rahman
Tema : Mencetak generasi Unggul

Mendidik anak yang utama adalah menanamkan kejujuran

Hal tersebut berkaitan dengan ajaran untuk tidak berbohong kepada Allah.

Sebagai manusia, apabila kita menerima kabar yang belum "tentu kejelasannya", kita harus waspada, jangan asal percaya :

Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata:" Ini adalah suatu berita bohong yang nyata. "
QS. an-Nur (24) : 12

(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.
QS. an-Nur (24) : 15

Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar. "
QS. an-Nur (24) : 16

Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.
QS. an-Nur (24) : 17

Cara mendidik generasi unggul :

1. Iman
persiapkan diri dengan keimanan yang kuat sebagai bentuk pribadi anak

2. ikhlas
segala sesuatu itu mudah bila dilakukan dengan setulus hati, tanpa pamrih
supaya hidup kita "beres" lakukan :

a. shalat
b. sabar
- banyak memaafkan
- jangan putus asa
- punya prinsip
c. syukur
hidup itu jangan diisi dengan keluhan melulu, ingat berapa banyak kenikmatan yang telah kita dapatkan

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 18


Manusia yang takwa itu :
berbekal dari iman, ikhlas, shalat, sabar, syukur.

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah kebaktian orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
QS. al-Baqarah (2) : 177

(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
QS. al-Baqarah (2) : 197

Rumus agar sabar : taqwa, dzikir, doa, tawakal
  1. mendekatkan diri kepada Allah
  2. harus punya ilmu yang benar
  3. silahturahim
  4. sujud taubat di ujung malam

(Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.
QS. Ali Imran (3) : 17

Pengajian Masjid Raya Bani Umar Tanggal 22 Desember 2009

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 22 Desember 2009
Pembicara : DR Ali Nurdin MA
Tema : Hikmah Tahun Baru Islam

Hikmah Hijriyah :

1. Jikalau kita mendapatkan permasalahan yang sampai puncaknya, berarti kita akan mendapatkan solusi.
Ketika kita mendapatkan kesulitan, janganlah berputus asa.
jadi jangan pernah berburuk sangka kepada Allah, kesulitan yang kita hadapi adalah karena perbuatan kita sendiri

Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.
QS. Yunus (10) : 44

Mengapa manusia merasa dirinya "sok" ,padahal manusia itu tidak ada apa apanya :
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
QS. al-Baqarah (2) : 28


Banyak sekali bencana yang terjadi di negeri kita, itulah adzab, kita harus "kembali kepada Allah"

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
QS. al-Isra' (17) : 16


2. Bahwa kita harus melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin

Pentingnya ikhtiar:

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".
QS. at-Taubah (9) : 105

3. Indahnya persaudaraan
Mari berbagi dengan sesama, jangan kikir, peduli dengan orang yang membutuhkan :

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
QS. al-Hasyr (59) : 9

Setan akan selalu berusaha untuk menghalangi manusia berbuat kebaikan serta memilih jalan yang lurus, waspadalah :

Iblis menjawab:" Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
QS. al-A'raf (7) : 16
kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
QS. al-A'raf (7) : 17


Jadilah manusia yang pemaaf, jikalau ada orang yang menyakiti kita lakukan lah :
  1. Memaafkan
  2. mendoakan
  3. Emang Gue Pikirin

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
QS. al-A'raf (7) : 199

(Yaitu) orang-orang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
QS. Ali Imran (3) : 134

4. Kekuatan doa setalah berikhtiar

Pentingnya ibadah :
atakanlah (kepada orang-orang musyrik): "Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya?, Karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu) ".
QS. al-Furqan (25) : 77

Bagi yang sedang sakit, jangan putus asa, berdoalah seperti doa Nabi Ayyub :

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: " (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang."
QS. al-Anbiya (21) : 83

Jikalau sedang marah, berdoalah :

Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam tempat yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."
QS. al-Anbiya (21) : 87

Doa bagi orang yang belum diberikan keturunan :

Ia berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.
QS. Maryam (19) : 4

Jangan sombong kepada Allah, percaya pada kekuatan doa :

Allah berfirman:" Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina ".
QS. al-A'raf (7) : 13
Iblis menjawab:" Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan ".
QS. al-A'raf (7) : 14


Amalan yang dilakukan Nabi Zakaria untuk mendapatkan keturunan :
Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami.
QS. al-Anbiya (21) : 90

Jangan berputus asa jika gagal, jangan lupa diri jika berhasil :

Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
QS. al-Hadid (57) : 23

Pentingnya berkhusnul Khotimah :

(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan."
QS. an-Nahl (16) : 32

Sesunguhnya orang-orang yang mengatakan: "Rabb kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
QS. al-Ahqaf (46) : 13

Pengajian Masjid Raya Pondok Indah Tanggal 21 Desember 2009

Event : Pengajian Masjid Raya Pondok Indah
Tanggal : 21 Desember 2009
Pembicara : Ustadz Center
Tema : Syukur, Shalat, Tahun Baru Hijriyah

Banyak orang yang terlalu perhitungan dalam melaksanakan ibadah kepada Allah, padahal nikmat yang Allah telah berikan kepada kita sungguh tak bisa dinilai dengan apapun, salah satu contohnya adalah nikmat yang kita dapatkan dengan oksigen yang dihirup bebas (gratis)


Sebenarnya yang menjadi tuntutan syukur ni’mat, adalah meliputi antara lain:
  1. Nikmat hidup; Yaitu dari tiada menjadi ada
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
QS. al-Mulk (67) : 2

yang dengan itu Allah berikan “keterbukaan hati untuk menerima Islam”
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
QS. az-Zumar (39) : 22

Maka dengan kesadarannya yang mantap untuk melaksanakan kewajiban menegakkan ad Din
Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku maka utuslah (Jibril) kepada Harun.
QS. asy-Syu'ara (26) : 13

akan memperoleh “hidayah Iman”
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
QS. Yunus (10) : 100

Sehingga dapat menepatinya secara baik dan benar dengan tanpa mengada-ada, karena hal tersebut sangat dilarang oleh Allah

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:" Telah diwahyukan kepada saya ", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:" Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah ". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata):" Keluarkanlah nyawamu ". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.
QS. al-An'am (6) : 93
  1. nikmat Kerabat; Yaitu dari proses kelahirannya melelui perantaraan kedua orang tua
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
QS. Luqman (31) : 14

Yang dengan itu dapat melaksanakan kebaktiannya kepada kedua orang tua , kemudian melaksanakan berbagai kebajikan terhadap kerabat dekat dan jauh serta tetangga sesama Muslim dengan mawaddah fil qurba [Qs Asy Syra : 23]. Dan selanjutnya melaksanakan kebajikan terhadap umat manusia dalam bentuk cinta kasih dengan sikap toleransi aktif, atau yang disebut dengan istilah Mahabbah warahmah (cinta kasih yang diikuti dengan sikap toleransi aktif dan antisipatif[Qs Fushilat : 34].
  1. Nikmat Penghidupan; Yaitu kemampuan untuk memisahkan antara haq dan bathil dalam menepati kebajikan

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.
QS. al-Baqarah (2) : 42

kemudian kesadaran kewajiban dengan penghidupan keduniannya yang diberikan Allah pada dirinya
dapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
QS. al-Lail (92) : 5
dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),
QS. al-Lail (92) : 6
maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.
QS. al-Lail (92) : 7
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup,
QS. al-Lail (92) : 8
serta mendustakan pahala yang terbaik,
QS. al-Lail (92) : 9
maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.
QS. al-Lail (92) : 10

Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim" HR Baihaqi

KEUTAMAAN MEMBACA SHALAWAT UNTUK NABI

Allah Shallallaahu 'alaihi wa Salam berfirman,
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah ka-mu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepada-nya." (Al-Ahzab: 56)

Imam Al-Bukhari meriwayatkan, Abu 'Aliyah berkata, "Shalawat Allah adalah berupa pujianNya untuk nabi di hadapan para malaikat. Adapun shalawat para malaikat adalah do'a (untuk beliau)."
Ibnu Abbas berkata, "Bershalawat artinya mendo'akan supaya diberkati."

Maksud dari ayat di atas, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya yaitu, "Sesungguhnya Allah Subhannahu wa Ta'ala menggambarkan kepada segenap hambaNya tentang kedudukan seorang hamba-Nya, nabi dan kekasihNya di sisiNya di alam arwah, bahwa sesung-guhnya Dia memujinya di hadapan para malaikat. Dan sesungguhnya para malaikat bershalawat untuknya. Kemudian Allah memerintahkan kepada penghuni alam dunia agar bershalawat untuknya, sehingga berkumpullah pujian baginya dari segenap penghuni alam semesta."


Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda: Tuhan kita yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia ketika tinggal sepertiga malam terakhir, kemudian Dia berfirman:

"Barangsiapa berdoa kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan permintaannya.
Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya dia akan Aku beri.
Barangsiapa memohon ampun kepada-Ku, niscaya dia akan Aku ampuni."

Pentingnya Taubat :

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
QS. Ali Imran (3) : 133

Pengajian Masjid Daarut Tauhid Bintaro Jaya Tanggal 21 Desember 2009

Event : Pengajian Masjid Daarut Tauhid Bintaro Jaya
Tanggal : 21 Desember 2009
Pembicara : Ustadz Ubaidillah
Tema : macam macam sunnah dalam shalat

Syarat dan rukun shalat :
  1. menutup aurat
  2. niat
  3. adab shalat , akhlaq (khusyuk)

Macam macam sunnah dalam shalat :
  1. sunnah ab'adh
  2. sunnah hay aat

apa yang disebut syarat sah shalat ? yaitu segala hal yang diperlukan dalam shalat agar shalat kita sah.

apa saja itu ?
  1. mengetahui masuknya waktu shalat dengan yakin atau dengan itjihad atau berdasar dugaan yang kuat , seseorang yang shalatnya dengan perasaan ragu maka shalatnya tidak sah.
yakin : 100%, dhonn : 75%, syak : 50%, Wahm : 25%
  1. mengetahui arah kiblat.
  2. menutup aurat dengan penutup yang suci dan mubah
  3. memberishkan pakian , badan dan tempat shalat dari najis
  4. berdiri bagi yang mampu melaksanakannya
  5. mengetahui bahwa shalat 5 waktu itu hukumnya wajib
  6. tidak berkeyakinan bahwa salah satu rukunnya adalah sunnah
  7. meninggalkan hal yang membatalkan shalat.

yang membatalkan shalat :
  1. bergerak lebih dari 3x berturut turut
  2. berbicara
  3. makan dan minum

Aurat

menurut pengertian bahasa : sesuatu yang tidak sempurna
menurut syariat : bagian tubuh kita yang wajib ditutupi dan haram untuk dilihat.

Batas menutup aurat:
  1. aurat laki laki adalah dari pusar sampai ke lutut, baik dalam shalat maupun diluar shalat
  2. aurat perempuan merdeka ketika shalat adalah seluruh badannya kecuali muka dan telapak tangan.
  3. aurat perempuan hamba sahaya pada waktu diluar shalat adalah pusar hingga lutut.
  4. aurat perempuan merdeka atau hamba sahaya di hadapan perempuan ataupun laki laki mahram yaitu antara pusar dan lutut, tetapi di hadapan laki laki yang bukan mahram , aurat perempuan merdeka ataupun hamba sahaya adalah seluruh badan tanpa terkecuali.

Sunnah Ab adh shalat : sunnah yang apabila ditinggalkan maka menggantinya dengan sujud sahwi.
  1. membaca doa qunut , shalawat dan slam kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga dan sahabat yang dilakukan sambil berdiri pada saat shalat subuh dan witir di pertengahan Ramadhan.
  2. membaca tasyahud awal dan doa shalawat nabi pada tasyahud awal dilakukan sambil duduk
  3. membaca shalawat atas keluarga nabi pada tasyahud akhir sambil duduk.

sunnah hay aat, sunnahnya banyak sekali, ini diantaranya :
  1. melafalkan niat sebelum takbiratul ikhram
  2. mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ikhram ketika hendak ruku, bangkit dari rukuk, dan ketika bangun dari tasyahud awal.
  3. waktu berdiri, telapak tangan kanan memegang pergelangan tangan kiri dan meletakkannya di bawah dada.
  4. membaca doa iftitah
  5. membaca ta'awudz sebelum basmalah pada setiap rakaat.
  6. membaca ayat suci Al Quran setelah membaca surat al fatihah pada rakaat pertama dan kedua
  7. mengucapkan "amin" di akhir surat Al Fatihah
  8. memandang tempat sujud tetapi disunnahkan memandang ka'bah bagi yang shalat di masjidil haram
  9. membaca surat Al Fatihah dan ayat suci Al Quran dengan jahr (bersuara) hingga terdengar oleh orang yang berada di dekatnya , pada 2 rakaat pertama di waktu shalat magrib, isya, subuh, jumat.
  10. membaca dengan sir sekedar terdengar oleh dirinya sendiri pada shalat zhuhur dan asar , membaca dengan jahr ini disunnahkan baik untuk imam pada shalat jamaah maupun untuk orang yang shalat sendiri (munfarid)
  11. jika ada laki laki yang bukan mahram, imam perempuan hendaknya membaca dengan sir walaupun pada saat shalat jahriyyah
  12. membaca tasbih dan ketika sujud, i'tidal, ruku dan diantara 2 sujud dan sesudah tasyahud akhir.

macam makmum :
  1. muafik : posisi makmum sudah berada di belakang imam , Al Fatihah dibaca scr shir, alfatihah tidak ditanggung imam
  2. masbuk : posisi makmum belum berada di belakang imam pada saat takbiratul ihram, alfatihah ditanggung imam

Apabila seseorang mendapatkan ruku secara bersama dengan imam, berarti dia sudah mendapatkan hitungan rakaat.

Berdzikir :

Dzikir jahar :
  1. Abdullah Ibnu Abas r.a berkata: “semasa zaman kehidupan Rosulullah(SAW) adalah menjadi kebiasaan untuk orang ramai berdzikir dengan suara yang kuat selepas berakhirnya sholat berjamaah(HR.Bukhori)
  2. Abdullah Ibnu Abas r.a berkata:”Apabila aku mendengar ucapan dzikir, aku dapat mengetahui bahwa sholat berjamaah telah berakhir(HR.Bukhori)
  3. Abdullah Ibnu Zubair r.a berkata:”Rasululloh(SAW) apabila melakukan salam daripada solatnya, mengucap doa/zikir berikut dengan suara yang keras-”La ilaha illallah…”(Musnad Syafi’i)
  4. Sahabat Umar bin Khattab selalu membaca wirid dengan suara lantang, berbeda dengan Sahabat Abu Bakar yang wiridan dengan suara pelan. Suatu ketika nabi menghampiri mereka berdua, dan nabi lalu bersabda: Kalian membaca sesuai dengan yang aku sampaikan. (Lihat al-Fatâwâ al-hadîtsiyah, Ibnu Hajar al-Haitami, hal 56)
  5. “Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA bahwa mengeraskan suara dalam berdzikir seusai orang orang melaksanakan sholat wajib dgn berjamaah sudah menjadi kebiasaan pada masa nabi SAW, kata Abdullah bin Abbas : ketika saya mendengar dzikir tersebut saya tahu bahwa orang2 sudah selesai melaksanakan sholat berjamaah (BUKHARI NO 841 )

Adab membaca surat dalam shalat :
  1. bacaannya lengkap
  2. sesuai urutan dalam mushaf al Quran .













21 Desember 2009

Kuliah Ahad Dhuha Masjid Raya Bani Umar Tanggal 20 Desember 2009

Event : Kuliah Ahad Dhuha
Tanggal : 20 Desember 2009
Pembicara : DR Isnawati MA
Tema : Shalat Sunnah

Mulailah berlatih untuk menjaga wudhu, 1 kali wudhu untuk beberapa kali shalat, bukan beberapa kali wudhu untuk 1 kali shalat.

Keutamaan menjada wudhu sesuai hadist :

Tsauban berkata, Rasulullah Saw bersabda : Perbaikilah wudhumu, bergegaslah kalian berwudhu,dan ketahuilah (sadarlah) dan pilihlah yang baik, dan hendaknya kamu semua mengetahui sesungguhnya amalan-amalanmu yang paling baik adalah shalat, dan tiada akan bisa menjaga wudhu kecuali orang beriman (Hadits shahih lighoirih)


Setiap kali seseorang selesai berwudhu, disunnatkan mengerjakan Shalat Sunnat Wudhu dua raka’at. Sebelum berbicara lebih lanjut tentang Shalat Sunnat Wudhu itu sendiri ada baiknya kita perhatikan dulu bagaimana keutamaan (fadhilah) dari berwudhu ( thaharah ) untuk sahnya shalat kita. Sesungguhnya tidak sah Shalat seseorang bila tidak dengan thaharah, sesuai dengan Sabda Nabi SAW :

“ Allah tidak menerima Shalat yang tidak dengan bersuci.” ( HR Muslim )

Kemudian perhatikan Hadist dari Abdullah Ash-Shanabiji bahwa Rosulullah SAW bersabda :
“ Bila hamba yang beriman itu berwudhu, lalu ia berkumur maka keluarlah kesalahan-kesalahan dari mulutnya, dan ketika ia menghisap air kedalam hidung (lalu menyemburkannya) maka keluarlah kesalahan-kesalahan dari hidungnya. Kemudian ketika ia membasuh mukanya maka keluarlah kesalahan-kesalahan dari wajahnya sampai kesalahan itu keluar dari bawah ujung pelupuk matanya. Kemudian ketika ia membasuh kedua tangannya maka keluarlah kesalahan-kesalahan dari bawah kuku-kuku kedua tangannya. Kemudian ketika ia mengusap kepalanya maka keluarlah kesalahan itu dari kedua telinganya. Kemudian ketika ia membasuh kedua kakinya maka keluarlah kesalahan-kesalahan dari kedua kakinya, sampai kesalahan itu keluar dari kuku-kuku kedua kakinya. ( HR Imam Malik )


Shalat sunat wudhu atau yang disebut juga dengan shalat syukrul wudhu adalah shalat yang dikerjakan setelah berwudhu. Tata cara pelaksanannya adalah:

A. Sehabis berwudhu kita disunahkan membaca doa:

Asyhadu an laa ilaaha illallaahu wahdauu laa syarika lahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu. Allahummaj’alnii minat-tawwaabiina waj’alnii minal mutathahiriina waj’alnii min ‘ibaadikash-shaalihiin.

Artinya: “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku orang yang ahli taubat, dan jadikanlah aku orang yang suci dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang saleh.”


B. Selesai membaca doa tersebut, lalu melaksanakan shalat sunah wudhu 2 rakaat.

Niatnya:

Ushallii sunnatal-wudhuu’I rak’ ataini lillaahi ta’aalaa.

Artinya: ”Aku niat shalat sunah wudhu 2 rakaat karena Allah.”


C. Shalat ini dikerjakan 2 rakaat sebagaimana shalat yang lain dengan ikhlas sampai salam.


Keutamaan Shalat Syukrul Wudhu

“Rasulullah berkata kepada Bilal: Ceritakanlah kepadaku amal apa yang amat engkau harapkan dalam Islam, sebab aku mendengar suara kedua sandalmu di surga? Bilal menjawab: Tidak ada amal ibadah yang paling kuharapkan selain setiap aku berwudhu baik siang atau malam aku selalu shalat setelahnya sebanyak yang aku suka” . (HR Bukhari)

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka kembali kepadaNya.” (QS Al-Baqarah 45-46)

“Dirikanlah shalat demi untuk mengingat-Ku.” (QS Thaha 14)

“Janganlah kalian mendekat kepada shalat dalam keadaan sedang mabuk,
sampai kalian mengerti apa yang kalian ucapkan.“ (QS An-Nisa 43)

Keutamaan Shalat Khusyu`

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya.” (QS Al-Mu`minun 1-2)

“Wahai manusia, jika engkau benar-benar berjalan menunju Tuhanmu, maka pasti engkau akan menemui-Nya.“ (QS Al-Insyiqaq 6)

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.“ (QS Al-Ankabut 45)

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Qur`an) dan mendirikan shalat dan menafkankan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyepurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.“ (QS Fathir 29-30).

Peringatan Jika Shalat Tidak Khusyu`

“Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai akan shalatnya, orang-orang yang berbuat riya.“ (QS Al-Ma`un 4-6)

“Allah tidak akan memandang kepada shalat yang dikerjakan oleh seseorang yang di dalam shalatnya ia tidak menghadirkan hatinya bersama tubuhnya.” (Al-Hadits)

“Barangsiapa tidak tercegah oleh salatnya dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia hanya akan semakin jauh dari Allah“. (Al-Hadits)

Bagaimana untuk Khusyu`

“Dan bertawakkalah kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan (melihat pula) perubahan gerak tubuhmu di antara orang-orang yang sujud.“ (QS Asy-Syu`araa` 217-219)

“Sholatlah kamu seolah-olah kamu melihat Allah di hadapanmu… jika tidak bisa, ketahuilah dan rasakanlah bahwa memang Allah sedang melihatmu sedang sholat.” (Al-Hadits)

“Apabila engkau melakukan shalat, maka shalatlah seperti shalat orang berpamitan.“ (Al-Hadits)

Oleh karena itu hendaklah setiap orang yang shalat memperhatikan perkara-perkara berikut agar khusyu didalam setiap shalatnya :

1. Tidak menghadirkan didalam hatinya kecuali segala sesuatu yang ada didalam shalat.

2. Menundukkan anggota tubuhnya dengan tidak memain-mainkan sesuatu dari anggota tubuhnya, seperti : jenggot atau sesuatu yang diluar anggota tubuhnya, seperti : meratakan selendang atau sorbannya. Hendaknya penampilan lahiriyahnya menampakkan keskhuyuan batiniyahnya.

3. Hendaklah merasakan bahwa dirinya tengah berdiri dihadapan Raja dari seluruh raja Yang Maha Mengetahui segala yang tersimpan dan tersembunyi.

4. Mentadabburi bacaan shalatnya karena hal itu dapat menyempurnakan kekhusyuan.

5. Mengosongkan hatinya dari segala kesibukan selain shalat karena hal itu dapat membantunya untuk khsusyu dan janganlah memperpanjang atau melebarkan pembicaaan didalam hatinya. (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 6643)

Shalat jamaah sangat tinggi nilainya dan sangat besar pahalanya. Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. bersabda "Shalat Jamaah lebih utama dua puluh tujuh kali dibanding shalat sendiri" (H.R. Bukhari Muslim dll.).

Dalam riwayat lain dikatakan lebih utama dua puluh lima kali dibanding shalat fardlu.

Dalam sebuah hadist juga Rasulullah bersabda "Karuniailah mereka yang berjalan dalam kegelapan menuju masjid dengan sinar yang sempurna di hari kiamat" (H.R. Abu Dawud & Trimidzi).

Dalam riwayat Utsman Rasulullah s.a.w. bersabda "Barang siapa shalat Isya' dengan berjamaah, maka ia seperti mendirikan shalat selama setengah malam, barangsiapa shalat Subuh berjamaah, maka ia laksana shalat semalam suntuk" (H.R. Muslim dll.)

Hukum shalat Jamaah menurut mazhab Syafi'i : Fardlu kifayah, yaitu apabila tidak ada seorang pun yang mendirikan jamaah dalam satu kampung, maka seluruh kampung mendapatakn dosa.

Mazhab Hanbali bahkan mengatakan shalat jamaah adalah fardlu ain, wajib bagi setiap muslim, karena kuat dan banyaknya dalil yang memerintahkan shalat jamaah. Mazhab Hanafi dan Maliki mengatakan shalat jamaah selain shalat jum'ah hukumnya sunnah mu'akkadah.

Memang, utamanya shalat fardlu dilakukan secara berjamaah di masjid. Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda "Wahai umatku, shalatlah di rumah-rumah kalian, karena yang paling utama shalat seseorang adalah di rumahnya, kecuali shalat fardlu" (H.R. Bukhari Muslim).

Mereka yang menemukan takbiratul ihram bersama imam dalam shalat fardlu sangat besar pahalanya, seperti dalam sebuah hadist dikatakan "Barang siapa mendirikan shalat selama 40 hari dengan berjamaah, dengan mendapatkan takbiratul ihram bersama imam, maka ia akan dibebaskan dari dua perkara, yaitu dari neraka dan dari kemunafikan" (H.R. Tirmidzi).

Semakin banyak jumlah peserta jamaah, semakin utama pula pahala jamaah, sebagaimana sebuah hadist menjelaskan "Shalat seseorang bersama seorang lebih utama dari shalat sendiri, dan shalat bersama dua orang lebih utama dari shalat bersama seorang, semakin banyak mereka berjamaah semakin dicintai Allah" (H.R. Ahmad, Abu Dawud).

A. Pengertian dan Definisi
Shalat sunah rawatib adalah shalat yang mengiringi solat wajib lima waktu dalam sehari yang bisa dikerjakan pada saat sebelum sholat dan setelah solat. Fungsi salat sunat rawatib adalah menambah serta menyempurnakan kekurangan dari shalat wajib.



B. Tata Cara dan Syarat Kondisi
1. Dikerjakan sendiri-sendiri tidak berjamaah
2. Mengambil tempat salat yang berbeda dengan tempat melakukan sholat wajib.
3. Shalat sunah rawatib dilakukan dua rokaat dengan satu salam.
4. Tidak didahului azan dan qomat

C. Jenis Salat Sunat Rawatib
1. Salat sunat qabliyah / qobliyah adalah sholat sunah yang dilaksanakan sebelum mengerjakan solat wajib.
2. shalat sunah ba'diyah adalah sholat yang dikerjakan setelah melakukan shalat wajib.

D. Macam-macam Sholat Sunah Rawatib
1. Salat sunat rawatib muakkad / penting
Adalah sholat sunat rawatib yang dikerjakan pada :
- Sebelum subuh dua rokaat
- Sebelum zuhur dua rokaat
- Sesudah dzuhur dua rokaat
- Sesudah maghrib dua rokaat
- Sesudah isya dua rokaat
2. Salat sunat rawatib ghoiru muakkad / tidak penting
Adalah sholat sunat rawatib yang dikerjakan pada :
- Sebelum zuhur dua rokaat
- Setelah zuhur dua rokaat
- Sebelum ashar empat rokaat
- Sebelum magrib dua rokaat
- Sebelum isya dua rokaat

“Tidak ada nafilah, shalat sunnah, yang sangat dijaga pelaksanaannya oleh Nabi SAW melebihi dua rakaat fajar” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Shalat sunnah fajar atau yang lebih dikenal juga sabagai sunnah Qabliyah Subuh, adalah shalat dua rakaat ketika fajar menyingsing atau sebelum mengerjakan shalat subuh. Dua rakaat itu disebut fajar karena dikerjakan di waktu fajar dan disebut Qabliyah Subuh karena dikerjakan sebelum shalat subuh. Shalat inipun disebut juga ratib atau (min) rawatib karena pelaksanaannya mengikuti shalat fardhu, yaitu shalat subuh.

Hadist riwayat Muslim dan Ahmad juga menyebutkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Kedua rakaat itu lebih kusukai dari pada dunia dan seisinya”. Hal ini karena begitu besarnya fadhilah shalat fajar ini.

Sebagaimana Rasul membaca Al-Kafirun pada rakaat kedua, maka dalam shalat fajar yang kita lakukan selayaknya mengikuti bacaan tersebut. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan ulama besar, bahwa dengan membaca surat Al-Kafirun kita sekaligus menegaskan diri bahwa di hari yang akan kita lalui eksistensi ubudiyah kita haruslah lebih kuat lagi dari hari-hari sebelumnya. Tidak tercemar oleh polusi syirik dan nifak.

Shalat Witir adalah shalat sunnat dengan raka'at ganjil yang dilakukan setelah melakukan shalat lainnya di waktu malam (misal: tarawih dan tahajjud). Hal ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW: "Sesungguhnya Allah adalah witr [ganjil] dan mencintai witr [HR. Abu Daud]. Shalat ini dimaksudkan sebagai pemungkas waktu malam untuk "mengganjili" shalat-shalat yang genap. Karena itu, dianjurkan untuk menjadikannya akhir shalat malam.

Shalat sunnah witir adalah sunnah muakkad. Dasarnya adalah hadits Abu Ayyub Al-Anshaari Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Witir adalah hak atas setiap muslim. Barangsiapa yang suka berwitir tiga raka’at hendaknya ia melakukannya. Dan barangsiapa yang berwitir satu raka’at, hendaknya ia melakukannya”

Witir memiliki banyak sekali keutamaan, berdasarkan hadits Kharijah bin Hudzafah Al-Adwi. Ia menceritakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar menemui kami. Beliau bersabda
“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menambahkan kalian dengan satu shalat, yang shalat itu lebih baik untuk dirimu dari pada unta yang merah, yakni shalat witir. Waktu pelaksanaannya Allah berikan kepadamu dari sehabis Isya hingga terbit Fajar” [8]
Di antara dalil yang menujukkan keutamaan dan sekaligus di sunnahkannya shalat witir adalah hadits Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu bahwa menceritakan :”Rasulullah pernah berwitir, kemudian bersabda : “Wahai ahli Qur’an lakukanlah shalat witir, sesungguhnya Allah itu witir (ganjil) dan menyukai sesuatu yang ganjil”

Shalat witir dapat dilaksanakan satu, tiga, lima rakaat atau jumlah lain yang ganjil langsung dengan sekali salam.

Shalat Witir dilakukan pada malam hari setelah shalat-shalat yang lain. Ia harus berfungsi sebagai shalat penutup. Apabila seseorang berkehendak untuk shalat tahajjud pada malam hari, maka sebaiknya ia tidak menunaikan salat witir menjelang tidur, tapi melaksanakannya setelah shalat tahajjud. Namun jika ia tidak bermaksud demikian, maka sebelum tidur, ia dianjurkan untuk menunaikannya.

Hadits terkait shalat witir:
"Sesungguhnya Allah adalah witr [ganjil] dan mincintai witr" [HR. Abu Daud]
"Jadikanlah witir akhir shalat kalian di waktu malam". [HR. Bukhari]
"Barang siapa takut tidak bangun di akhir malam, maka witirlah pada awal malam, dan barang siapa berkeinginan untuk bangun di akhir malam, maka witirlah di akhir malam, karena sesungguhnya shalat pada akhir malam masyhudah (disaksikan)" [HR. Muslim

20 Desember 2009

Peringatan 1 Muharam 1431 Hijriyah di Masjid Raya Bani Umar

Event : Peringatan 1 muharam 1431 H
Tanggal : 17 Desember 2009
Pembicara : Ustadz Abdul Syukur
Tema : Dzikir, Tausiyah


Peringatan Tahun baru hijriyah ini dilakukan agar kita bisa memperhatikan apa saja yang sudah kita lakukan dan merencanakan apa di tahun selanjutnya :

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
QS. al-Hasyr (59) : 18


Salah satu amalan ibadah yang dianjurkan untuk dilaksanakan oleh setiap muslim adalah shalat tahajud :

"Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji"

QS Al Isra' : 79

Hadits terkait shalat tahajjud :

"Perintah Allah turun ke langit dunia di waktu tinggal sepertiga akhir dari waktu malam, lalu berseru:Adakah orang-orang yang memohon (berdo'a), pasti akan Kukabulkan, adakah orang-orang yang meminta, pasti akan Kuberi dan adakah yang mengharap/memohon ampunan, pasti akan Kuampuni baginya. Sampai tiba waktu Shubuh." (Al Hadits)

Manusia haruslah banyak banyak bertaubat, rezeki Allah jauh lebih banyak yang diberikan kepada kita namun justru kita membalasnya dengan dosa dosa, bertaubatlah :

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
QS. Ali Imran (3) : 133

"Barang siapa memperbanyak istighfar maka Allah s.w.t akan menghapuskan segala kedukaannya, menyelesaikan segala masalahnya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka." (Riwayat Ahmad, Abu Daud, an-Nasa'i, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abdullah bin Abbas .a.)

Mulailah memulai doa dengan menggunakan asmaul husna, keutamaannya sungguh tiada tara:
Terdapat empat ayat yang menggunakan redaksi “Al Asma’ul Husna’, yaitu :
QS. Al A’raf 7 :180
“Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
QS. Al Isra’ 17 : 110
“Katakanlah : serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai asmaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”
QS. Thaha 20:110
“Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai al asmaul husna (nama-nama yang terbaik).”
QS. Al Hashr 59:24
“Dialah Allah yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepadaNya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Tujuan memperingati 1 Muharam ini juga untuk banyak mengingat Allah.

(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):" Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
QS. Ali Imran (3) : 191

Allah selalu melihat segala sesuatu yang kita lakukan :

Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
QS. al-Baqarah (2) : 255

Salah satu bacaan puji pujian yang direkomendasikan :
YA RABBI BIL MUSTAFA

Chorus:
Ya Rabbi bil Mustafa
Balig ma Qaasidana
Waghfir lana ma ma dha
Ya wasi al karami

Repeat

Ya akramal khaliqi mali man aluzu bihi
Siwaka inda khulu lil khadisil amami

Chorus

Walayya deeka rasulAllahi jaahuka bi
Izal karimu tajalla bismi mun taqimi

Chorus

Fa inna min judikad dunya wa dar rataha
Wa min ulu mika ilamal lowhi wal kalami

Chorus

Ya nafsu la taqnati min zallatin azumat
Innal kbaaira fil ghufraani kalla mami

Chorus

La-allah rahmata rabbi heena yaqsimuha
Ta ti ala hasabil isyaani fil qisami

Chorus

Ya Allah Ya Tuhan
Doaku panjatkan
Limpahkan hidayah Mu
Ya wasi'al karami

Dengan mengingati Mu
Kan tenang di hatiku
Rahmatilah hidupku
Ya wasi'al karami

Tiada amal ibadah
Yang dapat kubanggakan
Mohon belas kasihan
Ya wasi'al karami
--


Allah Maha Segalanya, mari banyak banyak mengingat Allah dengan segala kebesarannya :

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
QS. Ali Imran (3) : 190
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):" Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
QS. Ali Imran (3) : 191
Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.
QS. Ali Imran (3) : 192
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbuat bakti.
QS. Ali Imran (3) : 193

--

Kebetulan pada tahun baru hijriyah ini jatuh pada hari jumat, sungguh Maha Besar Allah yang memberikan hari jumat dengan segala keutamaannya, berikut beberapa hadist yang berhubungan dengan hal tersebut :

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasululloh shalAllohu 'alaihi wa sallam mengatakan, yang artinya:

“Sebaik-baik hari yang terbit padanya matahari adalah hari Jum’at. Pada hari itu diciptakan Adam ‘alaihissalam, dimasukkan dan dikeluarkan dari surga pada hari itu dan kiamat akan terjadi pada hari Jum’at pula.” (HR: Muslim, Abu Dawud, Annasa’i, Tirmidzi dan dishahihkannya. Lihat Fiqhussunnah oleh Sayyid Sabiq bab Jum’ah).

Sebagaimana telah disebutkan di muka bahwa ibadah khusus yang mulia pada hari Jum’at adalah shalat Jum’at. Barangsiapa yang meninggalkannya tanpa ada alasan syar’i akan mendapatkan dosa besar adan akan diadzab dengan adzab yang pedih. Rasululloh shalAllohu 'alaihi wa sallam mengatakan tentang suatu kaum yang meninggalkan shalat Jum’at, yang artinya:

“Sungguh aku berkeinginan untuk memerintahakan seorang laki-laki shalat bersama dengan manusia kemudian aku membakar rumah-rumah mereka yang tidak melakukan shalat Jum’at.” (HR: Muslim, Ad Darimi dan Al Baihaqi).

Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Muhammad bin Abdurrahman bin Zahrah, aku mendengar pamanku berkata, Rasululloh shalAllohu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:

“Barangsiapa mendengan panggilan adzan pada hari Jum’at dan tidak mendatanginya, kemudian mendengar dan tidak mendatanginya, kemudian mendengar dan tidak mendatanginya, kemudian mendengar dan tidak mendatanginya, maka Alloh akan menutup hatinya dan menjadikan hatinya seperti hati orang munafik.” (HR: Al Baihaqi, Abu Ya’la, dishahihkan oleh Ibnu Hajar dan Ibnu Mundzir, hadits ini dihasankan oleh Masyhur Hasan Salman dalam Al Qulul Mubin fii Akhtha’il Mushollin).

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut