31 Januari 2010

Kuliah Ahad Dhuha Tanggal 31 Januari 2010

Event : Kuliah Ahad Dhuha
Tanggal : 31 Januari 2010
Pembicara : Dr Ali Nurdin MA
Tema : Insan Kamil Dalam Al Quran

Cotoh Nabi yang mendapatkan sebutan Uswatun khasanah adalah :]
1. Nabi Ibrahim As
2. Nabi Muhammad Saw

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
QS. al-Ahzab (33) : 21

Mengapa kedua nabi tersebut mendapatkan gelar uswatun khasanah ?
1. Mampu menjadi contoh bahkan bukan hanya kepada ummatnya saja.

Semua hal yang terjadi di dalam kehidupan Nabi, ada yang ditiru ada pula yang tidak :
1. Wajib ditiru jika hal tersebut berkaitan dengan syariat islam (tauhid)
2. ada yang boleh diikuti ada pula yang boleh untuk ditinggalkan : contoh pola makan Nabi, cara berpakaian Nabi
3. tidak boleh diikuti karena memang hal tersebut dikhususkan untuk Nabi saja.

Wahai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba-sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu, anak-anak perempuan dari sudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. al-Ahzab (33) : 50

Visi Allah dalam menciptakan manusia :
1. menjadi khalifah

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
QS. al-Baqarah (2) : 29
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: " Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi ". Mereka berkata:" Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? "Tuhan berfirman:" Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui ".
QS. al-Baqarah (2) : 30

2. Setiap kegiatan manusia itu bernilai ibadah

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
QS. adz-Dzariyat (51) : 56
Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.
QS. adz-Dzariyat (51) : 57
Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.
QS. adz-Dzariyat (51) : 58

Prinsip dalam kehidupan

berdasarkan kepada Al Quran dan hadist
Prinsip yang bersifat universal
1. barangsiapa menanam kebaikan maka ia akan menuai kebaikan pula
2. manusia diberi pilihan, atas beberapa hal
- apakah manusia akan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah atau su'ul lhotimah

Ciri ciri orang yang bahagia bersadarkan pada :
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.
QS. al-Mu'minun (23) : 1
(Yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalatnya.
QS. al-Mu'minun (23) : 2
Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.
QS. al-Mu'minun (23) : 3
Dan orang-orang yang menunaikan zakat.
QS. al-Mu'minun (23) : 4
Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya.
QS. al-Mu'minun (23) : 5
Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
QS. al-Mu'minun (23) : 6
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
QS. al-Mu'minun (23) : 7
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
QS. al-Mu'minun (23) : 8
Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.
QS. al-Mu'minun (23) : 9
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi.
QS. al-Mu'minun (23) : 10
(Yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.
QS. al-Mu'minun (23) : 11

1. sehat spiritualnya
2. sehat mentalnya
3. sehat ekonominya
4. sehat rumah tangganya


Disetiap permasalahan pasti ada jalan keluar :
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari) keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
QS. al-'Ankabut (29) : 69

Anugerah Allah berupa :
1. kecerdasan fisik : namun manusia punya kelemahan.

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat; kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
QS. ar-Rum (30) : 54

2. kecerdasan intelektual
3. kecerdasan emosional
4. kecerdasan spiritual

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".
QS. at-Taubah (9) : 105

Manusia itu harus selektif dengan siapa yang menjadi teman temannya (bahkan teman hidupnya):
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).
QS. an-Nur (24) : 26

Kaum Bani Israel itu tahu tentang kebenaran bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi Terakhir, namun kaum bani israel memilih untuk mengingkarinya karena mereka sombong, kebanyak nabi di lahirkan dari keturunan Bani Israel sedangkan Nabi Muhammad adalah suku Quraisy (Arab)
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.
QS. an-Naml (27) : 14

29 Januari 2010

Majelis Jum'at Tanggal 29 Januari 2010

Event : Majelis Jum'at
Tanggal : 29 Januari 2010
Pembicara : Ustadzah Yoyoh
Tema : Fiqih

Fiqih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya.[1] Beberapa ulama fiqih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fiqih sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah.

Fiqih membahas tentang cara bagaimana cara tentang beribadah, tentang prinsip Rukun Islam dan hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam Islam, terdapat 4 mazhab dari Sunni, 1 mazhab dari Syiah, dan Khawarij yang mempelajari tentang fiqih. Seseorang yang sudah menguasai ilmu fiqih disebut Faqih.


Dalam bahasa Arab, secara harfiah fiqih berarti pemahaman yang mendalam terhadap suatu hal. Beberapa ulama memberikan penguraian bahwa arti fiqih secara terminologi yaitu fiqih merupakan suatu ilmu yang mendalami hukum Islam yang diperoleh melalui dalil di Al-Qur'an dan Sunnah. Selain itu fiqih merupakan ilmu yang juga membahas hukum syar'iyyah dan hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari, baik itu dalam ibadah maupun dalam muamalah

Diantara manfaat yang akan kita dapatkan dengan mempelajari ilmu ushul fiqih adalah

Dengan mengetahui ushul fiqih, kita akan mengetahui dasar-dasar dalam berdalil, dapat menjelaskan mana saja dalil yang benar dan mana saja dalil yang palsu. Dalil yang benar adalah apa yang ada di dalam al-qur’an, hadist rosulullah serta perkataan para sahabat, sedangkan dalil-dalil yang palsu adalah seperti apa yang didakwahkan oleh kaum syiah, dimana mereka mengatakan bahwa mimpi dari seorang yang mereka agungkan adalah dalil. Atau juga kelompok lain yang mengatakan bahwa perkataan para tabi’in adalah dalil, ini merupakan dalil yang palsu yang dapat merusak syariat islam yang mulia ini

Dengan ushul fiqih, kita dapat mengetahui cara berdalil yang benar, dimana banyak kaum muslimin sekarang yang berdalil namun dengan cara yang salah. Mereka berdalil namun dalil yang mereka gunakan tidaklah cocok atau sesuai dengan pembahasan yang dimaksudkan, sehingga pemaknaan salah dan hukum yang diambil menjadi keliru. Seperti halnya mereka menghalalkan maulid nabi dengan dalil sunnahnya puasa senin, yang mana ini sesuatu yang tidak berhubungan sama sekali. Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa itu adalah salah?? Yakni dengan mempelajari ushul fiqih.

Ketika pada jaman sekarang timbul perkara-perkara yang tidak ada dalam masa nabi, terkadang kita bingung, apa hukum melaksanakan demikian dan demikian, namun ketika kita mempelajari ushul fiqih,kita akan tahu dan dapat berijtihad terhadap suatu hukum yang belum disebutkan di dalam al-qur’an dan hadits. Seperti halnya penggunaan komputer, microphone dll.

Dalam ushul fiqih akan dipelajari mengenai kaidah-kaidah dalam berfatwa, syarat-syaratnya serta adab-adabnya. Sehingga fatwa yang diberikan sesuai dengan keadaan dari yang ditanyakan.

Dengan mempelajari ushul fiqih, kita dapat mengetahui sebab-sebab yang menjadikan adanya perselisihan diantara para ulama dan juga apa alasan mereka berselisih, sehingga dari hal ini kita akan lebih paham dan mengerti maksud dari perbedaan pendapat tersebut, yang akhirnya kita bisa berlapang dada terhadap perbedaan pendapat yang terjadi, bukannya saling mengejek dan menjatuhkan satu sama lainnya.

Ushul fiqih dapat menjauhkan seseorang dari fanatik buta terhadap para kiayi, ustadz atau guru-gurunya. Begitu pula dengan ushul fiqih seseorang tidak menjadi taklid dan ikut-ikutan tanpa mengetahui dalil-dalilnya.

Ushul fiqih dapat menjaga aqidah islam dengan membantah syubhat-syubhat yang dilancarkan oleh orang-orang yang menyimpang. Sehingga ushul fiqih merupakan alat yang bermanfaat untuk membendung dan menangkal segala bentuk kesesatan.

Ushul fiqih menjaga dari kebekuan agama islam. Karena banyak hal-hal baru yang belum ada hukumnya pada jaman nabi, dengan ushul fiqih, hukum tersebut dapat diketahui.

Dalam ushul fiqih, diatur mengenai cara berdialog dan berdiskusi yang merujuk kepada dalil yang benar dan diakui, tidak semata-mata pendapatnya masing-masing. Sehingga dengan hal ini, debat kusir akan terhindari dan jalannya diskusi dihiasi oleh ilmu dan manfaat bukannya dengan adu mulut.

Dengan ushul fiqih, kita akan mengetahui kemudahan, kelapangan dan sisi-sisi keindahan dari agama islam.

Hadits Nabi :
“Barangsiapa dikehendaki oleh Allah akan diberikannya kebajikan dan keutamaan, niscaya diberikan kepadanya “ke-faqih-an” (memahami fiqih) dalam urusan agama.” (HR. Bukhari-Muslim).

Pembagian Pembahasan Fiqih
Ibnu Rusyd dalam kitabnya “Bidayatul Mujtahid” membagi pembahasan fiqih sebagai berikut :
1. Bagian Ibadah.
1.1. Kitab Taharah
1.1.1. Taharah dari hadas
1.1.2. Taharah dari najis
1.2. Kitab Kitab Shalat
1.3. Kitab Janazah
1.4. Kitab Zakat
1.5. Kitab Zakat Fitrah
1.6. Kitab Shiyam (puasa)
1.7. Kitab I’tikaf
1.8. Kitab Haji
1.9. Kitab Jihad
1.10. Kitab Aiman (sumpah)
1.11. Kitab Nadar
1.12. Kitab Qurban
1.13. Kitab Sembelihan
1.14. Kitab Berburu
1.15. Kitab Aqiqah
1.16. Kitab makanan dan minuman yang haram
2. Bagian Munakahat
2.1. Kitab Nikah
2.2. Kitab Talak
2.3. Kitab Ila’ (sumpah talak)
2.4. Kitab Dhihar
2.5. Kitab Li’an (mengatakan punggung istrinya sama dengan punggung ibunya)
2.6. Kitab Hadlanah (yang berhak memelihara anak)
2.7. Kitab Radla’i (penyusuan anak)
2.8. Kitab Nafkah
2.9. Kitab Nasab
2.10. Kitab Ihdad (berkabung)
3. Bagian Muamalat Madaniyah
3.1. Kitab Buyu’ (jual beli)
3.2. Kitab Sharfi (jual beli perhiasan)
3.3. Kitab Salam (jual beli pesanan)
3.4. Kitab Khiyar (pilihan untuk meneruskan atau membatalkan transaksi)
3.5. Bai’il Murabahah (penjualan yang ditentukan jumlah keuntungannya oleh penjual)
3.6. Kitab Bai’il Ariyah (memberikan pohon untuk dimakan buahnya)
3.7. Kitab Irat (sewa-menyewa)
3.8. Kitab Ju’li (upah bagi yang menemukan barang yang hilang)
3.9. Kitab Qiradli (berdua laba)
3.10. Kitab Musaqah (paroh hasil merawat kebun)
3.11. Kitab Syarikah (berdua saham)
3.12. Kitab Syuf’ah
3.13. Kitab Qismah (pembagian)
3.14. Kitab Ruhun (gadai)
3.15. Kitab Al Hajr (orang yang dilarang bertindak sendiri)
3.16. Kitab Taflis (orang pailit)
3.17. Kitab Shulhi (kesepakatan damai dari persengketaan)
3.18. Kitab Jaminan dan Tanggungan
3.19. Kitab Hawalah (pemindahan hutang)
3.20. Kitab Wakalah (memberi kuasa)
3.21. Kitab Luqathah (barang temuan)
3.22. Kitab Wadi’ah (menitipkan barang)
3.23. Kitab ‘Ariyah (peminjaman barang)
3.24. Kitab Ghasbi (penyerobotan hak milik orang lain)
3.25. Kitab Ishtihqaq (memperoleh kembali haknya)
3.26. Kitab hibah
3.27. Kitab Washaya
3.28. Kitab Faraidl (warisan)
3.29. Kitab ‘Itqi (memerdekakan budak)
3.30. Kitab Kitabah (menebus diri dari perbudakan)
3.31. Kitab Tadbir (kemerdekaan budak setelah tuannya meninggal)
3.32. Kitab Umahatil Aulad (budak yang dijadikan ibu anaknya)
4. Bagian Inayat wa Uqubat (pidana)
4.1. Kitab Qisas (pembunuhan dan melukai)
4.2. Kitab Jarahi (qisas, diat, pembebasan tuntutan)
4.3. Kitab Diyat (denda pembunuhan)
4.4. Kitab Qasamah (sumpah penduduk yang ditemukan mayat di kampungnya)
4.5. Kitab Zina
4.6. Kitab Qadzaf (tukas)
4.7. Kitab Khamr
4.8. Kitab Sariqah (pencurian)
4.9. Kitab Hirabah (perampokan, penjarahan, perusuh)
5. Bagian Peradilan
5.1. Kitab Aqdliyah (kehakiman)
5.2. Kitab Syahadah (kesaksian dan sumpah menolak tuduhan)

Dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,
QS. an-Nahl (16) : 44

Sumber Hukum Pimer

1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber hukum primer yang pertama, Dalil yang berupa ayat-ayat Al-Qur’an bersifat qath’i (pasti) wurudnya (sumbernya) yaitu berupa khabar yang sampai kepada kita dengan cara yang mutawatir dan dijamin terpelihara penukilannya. Sedangkan dhalalah (petunjuk lafazhnya) ada yang qath’i yaitu yang sharih (jelas) sehingga semua ulama menyepakati maknanya dan ada yang masih menimbulkan perbedaan pendapat dalam menafsirkan maknanya. (Baca kembali meteri Ushul Tafsir tentang muhkam-mutasyabih, mantuq-mafhum, ‘am-khas, mutlaq-muayyad, mujmal-mufassar, makna hakikat-majaz-musytarak).
2. Sunnah (Hadits)
Hadits nabi merupakan sumber hukum primer kedua, Peranan Hadits terhadap Al-Qur’an adalah sbb :
1. Memperkuat hukum yang ada di Al-Qur’an.
2. Menerangkan (bayan) hukum yang disebutkan dalam dalam Al-Qur’an.
3. Merinci hukum yang disebutkan dalam dalam Al-Qur’an.
4. Mentakhsish (meng khususkan) dari ketentuan yang umum dari Al-Qur’an.
5. Menghapus (nasakh) hukum yang ada di Al-Qur’an.
6. Melengkapi hukum yang belum ada di Al-Qur’an.

Mengapa selalu terjadi perbedaan pemikiran, karena hal tersebut adalah sunnatullah

Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.
QS. Hud (11) : 118

28 Januari 2010

Pengajian Masjid Jami Bintaro Tanggal 28 Januari 2010

Event : Pengajian Masjid Jami Bintaro
Tanggal : 28 Januari 2010
Pembicara : Dra Hj Farida Hanum
Tema : Ciri Ciri orang kafir

Mengapa kita harus mempelajari Al Quran, karena Al Quran adalah "way of life"
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
QS. al-Qamar (54) : 17
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
QS. al-Qamar (54) : 22
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
QS. al-Qamar (54) : 32
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adalah orang yang mengambil pelajaran?
QS. al-Qamar (54) : 40

Setiap manusia yang ada di bumi itu menunggu kematian, menunggu datangnya sang malaikat maut :
Yang mereka nanti-nantikan tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya beberapa ayat dari Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah:" Tunggulah olehmu sesungguhnya kamipun menunggu (pula) ".
QS. al-An'am (6) : 158

Bagaimana cara untuk bisa masuk surga :
Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
QS. Thaha (20) : 123

Cara membaca Al Quran yang baik :
anganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
QS. al-Qiyamah (75) : 16
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
QS. al-Qiyamah (75) : 17
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
QS. al-Qiyamah (75) : 18
Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.
QS. al-Qiyamah (75) : 19

Membaca Al Quran supaya dapat pelajaran :
Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.
QS. Shad (38) : 29

Al Quran mudah dicerna karena menggunakan bahasa kita :
Sesungguhnya Kami mudahkan al-Quran itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran.
QS. ad-Dukhan (44) : 58

Ayat Allah tersimpan di dalam dada manusia :
Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.
QS. al-'Ankabut (29) : 49

Bagaimana ciri orang yang kafir :
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari al-Quran ketika al-Quran itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya al-Quran itu adalah kitab yang mulia.
QS. Fushshilat (41) : 41

Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan al-Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka).
QS. Fushshilat (41) : 26


Jin muslim pun turut mendengarkan ayat ayat Allah :
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.
QS. al-Ahqaf (46) : 29

Apabila ayat Allah diperdengarkan, maka diamlah :
Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.
QS. al-A'raf (7) : 204

Keadaan bisa berubah jika kita mau berubah:
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
QS. ar-Ra'd (13) : 11

Perbedaan wajah kaum mukmin dan kafir:
Pada hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri, dan ada pula muka yang menjadi hitam muram. Adapun orang-orang yang menjadi hitam-muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu."
QS. Ali Imran (3) : 106
Adapun orang-orang yang menjadi putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.
QS. Ali Imran (3) : 107

27 Januari 2010

Liqo Tanggal 27 Januari 2010

Event : Liqo
Tanggal : 27 Januari 2010
Pembicara : Ummu Lia
Tema : Makna Islam yang sebenarnya

1. Bersyahadat Kepada Allah, Rasulullah
2. Meyakini, mengimani , mengamalkan Al Quran dan Hadist
3. tunduk dan taat kepada Al Quran dan Hadist
4. Sadar dan tidak ada rasa keterpaksaan

QS 2 : 208
Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu.
QS. al-Baqarah (2) : 208

QS 49 : 14
Orang-orang Arab Badwi itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
QS. al-Hujurat (49) : 14

--
Wanita Yang Dijamin Surga

Ummu Ruman Bintu Amir


Nama lengkapnya Ummu Ruman Binti Amir bin Uwaimir bin Abdusyams bin Iqab hingga bermuara pada Kinanah. Nama aslinya adalah Zainab atau Da’d. Namun, ia lebih populer dengan panggilan Ummu Ruman.

Ia tumbuh besar dan hidup di kawasan yang disebut As-Surrah, sebuah kawasan berbukit di jazirah Arab.

Begitu memasuki usia baligh, ia langsung dinikahi oleh Harits bin Sakhbarah bin Jurtsumah Al-Khair, salah seorang pemuda sekampungnya. Ia melahirkan seorang anak laki-laki yang mereka berinama Ath-Thufail.

Bersama suami dan anaknya, ia hijrah ke Mekah dan tinggal di sana dengan perlindungan Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.

Setahun setelah tinggal di Mekah, suaminya meninggal dunia. Abu Bakar akhirnya menikahinya untuk melindungi ia dan anaknya.

Sosok Ibu Pengasuh
Dari istri sebelumnya, Abu Bakar dikaruniai dua orang anak, Asma dan Abdullah. Sementara itu, dengan Ummu Ruman, ia dikaruniai Aisyah dan Abdurrahman. Antara Asma dan Aisyah hanya terpaut sepuluh tahun.

Ummu Ruman mendekap dan mengasuh keempat anak-anak Abu Bakar, di samping anak hasil perkawinannya dengan Harits, Ath-Thufail, dengan penuh kasih sayang, seolah-olah mereka adalah anaknya sendiri.

Masuk Islam
Ia langsung menyatakan masuk Islam setelah keislaman suaminya, Abu Bakar. Ia termasuk kelompok pertama yang masuk Islam. Semua anak-anaknya pun mengikuti jejak orang tua mereka dan masuk Islam, kecuali Abdurrahman yang masuk Islam belakangan. Rumahnya pun menjadi rumah kedua dalam Islam setelah rumah Rasulullah SAW.

Ath-Thufail, anak hasil perkawinan pertamanya dengan Al Harits, juga msuk Islam dini dan ia pernah meriwayatkan hadits dari Aisyah r.a. Diriwayatkan dari Ath-Thufail bin Al-Harits, saudara seibu Aisyah dari Ummu Ruman, bahwasanya Aisyah pernah bercerita kepadanya bahwa Abdullah bin Az-Zubair pernah berkomentar atas jual beli atau pemberian yang diberikan Aisyah kepadanya, “Demi Allah, sungguh Aisyah harus mengakhirinya atau akan kularang ia membelanjakan harta.” (Ketika dilapori demikian) Aisyah berkata, “Ia berkata demikian?” Orang-orang menjawab, “Ya.” Ia pun menukas, “Demi Allah, aku bernazar tidak akan pernah berbicara sepatah kata pun dengan Ibnu Az-Zubair selama-lamanya.” (Mendengar nazar Aisyah ini) Abdullah bin Az-Zubair meminta tolong pada Miswar bin Makhramah dan Abdurrahman bin Al-Aswad bin Abd Yaghuts agar membujuk Aisyah untuk membatalkan nazarnya. Mereka berdua lantas meminta izin bertemu Aisyah dan ia mengizinkan keduanya. Keduanya lantas berbicara dengannya dan membujuknya untuk mengingat Allah, unsur kekerabatannya dengan Ibnu Az-Zubair, dan sabda Rasulullah SAW (Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya sesama muslim diatas tiga hari). Ia pun akhirnya memaafkan Ibnu Az-Zubair.

Ummu Ruman turut menanggung selakna cobaan yang dialami kaum muslimin di Mekah. Ia tampil menjadi penyokong terbaik suaminya, Abu Bakar, yang termasuk orang yang paling banyak dapat siksaan dan tekanan.

Istri Yang Disiplin
Ummu Ruman memiliki cara berpikir yang bijak dan disiplin. Saat Khulah binti Hakim, istri ‘Utsman bin Mazh’un, datang menemuinya dan berkata (penuh ketakjuban), “Hai Ummu Ruman, apa gerangan kebajikan dan kebarakahan yang dianugerahkan Allah SWT kepada kalian ini?” Ia menukas, “Apa itu?” Khulah binti Hakim lantas menjelaskan, “Rasulullah SAW mengutusku untuk meminang Aisyah untuk beliau.” (Bukannya langsung menjawab ya) Ummu Ruman malah menjawab, “Tunggulah Abu Bakar sampai ia datang (biar dia yang memutuskan).”

Ia begitu menghargai suami sembari menjelaskan keterpujian sifatnya. Ketika mengutarakan masalah pinangan Nabi SAW tersebut pada Abu Bakar, ia langsung berseru kepadanya, “Tunggu aku!” Ia lantas bergegas keluar.

Ummu Ruman pun lantas menjelaskan duduk perkaranya pada Khulah, “Math’am bin Uday telah menyunting Aisyah untuk anak laki-lakinya. Demi Allah, Abu Bakar tidak pernah berjanji apa pun kemudian ia langgar sendiri.”

Abu Bakar ternyata pergi menemui Math’am bin Uday yang mengurungkan pinangannya pada Aisyah karena takut anaknya bakal terseret masuk Islam. Abu Bakar pun pulang dan berkata pada Khulah, “Undanglah Rasulullah SAW kemari!”. Khulah pun mengundang beliau. Selanjutnya Abu Bakar segera menikahkan beliau dengan putrinya, Aisyah, yang kala itu masih berusia enam tahun.

Mukminah Penyabar
Ketika Nabi SAW memutuskan hijrah dan menunjuk Abu Bakar sebagai pendampingnya, Abu Bakar pulang menemui Ummu Ruman dan memberitahunya. Dipamiti demikian, Ummu Ruman sama sekali tidak gentar meski harus menghadapi bahaya sendirian di Mekah bersama putra-putrinya. Ia malah berkata, “Sebab beliau juga meninggalkan anak-anak dan berhijrah.”

Selama ketiadaan suaminya, ia praktis menjalankan fungsi kepala rumah tangga secara penuh hingga akhirnya pergi berhijrah bersama keluarganya semua, didampingi putra-putri Nabi SAW. : Fatimah dan Ummu Kultsum, juga istri Nabi SAW. (Saudah), dengan dikawal oleh Zaid bin Haritsah, Abu Rafi (budak pembantu Rasulullah SAW), dan Abdullah bin Uraiqizh yang diutus khusus oleh Nabi SAW untuk memboyong mereka, ditambah lagi dengan keikutsertaan Thalhah bin Ubaidillah. Jadilah rombongan itu laiknya rombongan cahaya

Majelis Reboan Masjid ALatieF Tanggal 27 Januari 2010

Event : Majelis Reboan Masjid ALatieF
Tanggal : 27 Januari 2010
Pembicara : KH Zainuddin MZ
Tema : Penyebab Kemunduran Islam

Muslim di harapkan menjadi muslim yang kaffah
Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu.
QS. al-Baqarah (2) : 208

Inilah seruan kepada kaum mukminin dengan menyebut iman. Yaitu, sifat atau identitas yang paling mereka sukai, yang membedakan mereka dari orang lain dan menjadikan mereka unik serta menghubungkan mereka dengan Allah yang menyeru mereka itu. Seruan kepada orang orang beriman unfuk masuk Islam secara total’ Pemahaman pertama terhadap seruan ini ialah orang-orang mukmin harus menyerahkan diri secara total kepada Allah, dalam urusan yang kecil maupun yg besar. Hendaklah mereka menyerahkan diri dengan sebenar-benarnya secara keseluruhan, baik mengenai tashawur,’persepsi, pandangan’, pemikiran’ maupun perasaan, niat maupun amal’,kesenangan maupun ketakutan; dengan tunduk dan patuh kepada Allah, dan ridha kepada hukum dan qadha-Nya, tak tersisa sedikit pun dari semua ini untuk selain Allah. Pasrah yang disertai dengan ketaatan yang mantap, tenang, dan ridha. Menyerah kepada tangan (kekuasaan) yang menuntun langkah-langkahnya. Mereka percaya bahwa “tangan” itu menginginkan bagi mereka kebaikan, ketulusan’ dan kelurusan .

Bagaimanakah jalan untuk mencapai Islam Kaffah itu sesungguhnya ?
Al-Qur'an memberikan jawaban kepada kita :

"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling darinya, sedang kamu mendengar perintahNya."
(Qs. al-Anfaal 8:20)
Jadi Allah telah menyediakan sarana kepada kita untuk mencapai Islam yang kaffah adalah melalui ketaatan kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya serta tidak berpaling dari garis yang sudah ditetapkan.
Taat kepada Allah dan Rasul ini memiliki aspek yang sangat luas, akan tetapi bila kita mengkaji al-Qur'an secara lebih mendalam lagi, kita akan mendapati satu intisari yang paling penting dari ketaatan terhadap Allah dan para utusan-Nya, yaitu melakukan Tauhid secara benar.

Tauhid adalah pengesaan kepada Allah.
Seringkali manusia lalai akan hal ini, mereka lebih banyak berlaku sombong, berpikiran picik laksana Iblis, hanya menuntut haknya namun melupakan kewajibannya. Tidak ubahnya dengan orang kaya yang ingin rumahnya aman akan tetapi tidak pernah mau membayar uang untuk petugas keamanan.

Banyak manusia yang sudah melebihi Iblis.
Iblis tidak pernah menyekutukan Allah, dia hanya berlaku sombong dengan ketidak patuhannya untuk menghormati Adam selaku makhluk yang dijadikan dari dzat yang dianggapnya lebih rendah dari dzat yang merupakan sumber penciptaan dirinya.

Manusia, telah berani membuat Tuhan-tuhan lain sebagai tandingan Allah yang mereka sembah dan beberapa diantaranya mereka jadikan sebagai mediator untuk sampai kepada Allah. Ini adalah satu kesyirikan yang besar yang telah dilakukan terhadap Allah.


"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan pendeta-pendeta mereka sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah, juga terhadap al-Masih putera Maryam; padahal mereka tidak diperintahkan melainkan agar menyembah Tuhan Yang Satu; yang tidak ada Tuhan selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan."
(Qs. at-Taubah 9:31)

"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa'atan, namun mereka berkata: "Mereka itu penolong-penolong kami pada sisi Allah !". Katakanlah:"Apakah kamu mau menjelaskan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan dibumi ?". Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan."
(Qs. Yunus 10:18)

Bagaimana orang Islam dapat melakukan satu kesyirikan kepada Allah, yaitu satu perbuatan yang mustahil terjadi sebab dia senantiasa mentauhidkan Allah ?

Sejarah mencatatkan kepada kita, berapa banyak orang-orang Muslim yang melakukan pemujaan dan pengkeramatan terhadap sesuatu hal yang sama sekali tidak ada dasar dan petunjuk yang diberikan oleh Nabi.

Dimulai dari pemberian sesajen kepada lautan, pemandian keris, peramalan nasib, pemakaian jimat, pengagungan kuburan, pengkeramatan terhadap seseorang dan seterusnya dan selanjutnya.

Inilah satu bentuk kesyirikan terselubung yang terjadi didalam diri dan tubuh kaum Muslimin kebanyakan.

Untuk itu, marilah sama-sama kita memulai hidup Islam yang kaffah sebagaimana yang sudah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul, sekali kita bersyahadat didalam Tauhid, maka apapun yang terjadi sampai maut menjemput akan tetap Allah sebagai Tuhan satu-satunya yang tiada memiliki anak dan sekutu-sekutu didalam zat maupun sifat-Nya.

Kembali kejalan Allah adalah satu hijrah yang sangat berat, godaan dan gangguan pasti datang menerpa kita dan disanalah kita dipesankan oleh Allah untuk melakukan jihad, melakukan satu perjuangan, melibatkan diri dalam konflik peperangan baik dengan harta maupun dengan jiwa.

Dengan harta mungkin kita harus siap apabila mendadak jatuh miskin atau juga melakukan kedermawanan dengan menyokong seluruh aktifitas kegiatan Muslim demi tegaknya panji-panji Allah; berjihad dengan jiwa artinya kita harus mempersiapkan mental dan phisik dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi akibat ketidak senangan sekelompok orang atau makhluk dengan hijrah yang telah kita lakukan ini.

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan keadaan ridho dan di-ridhoi; Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku."
(Qs. al-Fajr 89:27-30)

Syarat Kaffah :
1. keimanan
2. nilai kebersamaan
3. keseimbangan natara dunia dan akhirat


Terjadi kemunduran dalam islam karena mental kita "rata rata"
1. Kurang Disiplin
2. Kurang rapi
3. Kurang Teliti

Mengapa takut dengan kematian :
1. terlalu mencintai dunia dengan berlebihan
2. tidak memiliki bekal yang cukup

Pengajian Masjid Raya Bani Umar Tanggal 26 Januari 2010

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 26 Januari 2010
Pembicara : Drs Wahidin Saputra MA
Tema : Panduan Dunia Akhirat

1. Gapai Akirat, jangan tinggalkan dunia

Dan di antara mereka ada orang yang mendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".
QS. al-Baqarah (2) : 201

2. Jaga hubungan baik dengan Allah, sesama manusia

3. Ikhlas beribadah hanya karena Allah

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
QS. al-Bayyinah (98) : 5

Mempelajari Al Qur’an dan Hadits agar Tidak Tersesat

Agama Islam merupakan agama yang mengajarkan ummatnya
agar hidup bahagia di dunia dan akhirat.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi
Al Qashash: 77

Sayangnya, banyak ummat Islam yang tidak mempelajari
sumber ajaran Islam dan mengamalkannya, sehingga
timbul berbagai macam bid’ah, aliran sesat, kerusakan
akhlak dan lain sebagainya.

Sebagai contoh, kita sering melihat orang yang
beragama Islam, tapi dia tidak sholat, berjudi,
berzinah, korupsi, dan sebagainya. Ada juga ummat
Islam yang terjerumus ke dalam kelompok sesat seperti
Inkar Sunnah yang tidak mengakui dan tidak mau
mengikuti sunnah Nabi, atau kelompok Ahmadiyyah yang
tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir dan
lain sebagainya. Hal ini jelas selain sesat juga
menimbulkan kemunduran di kalangan ummat Islam.

Oleh karena itu, ummat Islam perlu mempelajari ajaran
Islam berdasarkan sumber yang sahih, bukan dari sumber
yang tak jelas agar tidak tersesat. Sumber ajaran
agama Islam ada 2, yaitu Al Qur’an dan Hadits/Sunnah.

Sabda Rasulullah Saw: "Aku tinggalkan padamu dua hal,
yang tidak akan sesat kamu selama berpegang teguh
kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan sunnah
Nabi-Nya."(HR Ibnu 'Abdilbarri)

Al-Qur'an adalah kumpulan firman-firman Allah swt yang
disampaikan kepada Nabi, yang isinya dan redaksinya
berasal dari Allah SWT, dan diperintahkan oleh Nabi
untuk ditulis oleh para penulis wahyu. Sedang Hadits
atau Sunnah adalah segala perkataan Nabi (juga
perbuatan dan izinnya) dalam mendidik ummatnya sesuai
dengan bimbingan wahyu dari Allah SWT.

AL QUR’AN

Al Qur’an sebagai petunjuk sudah tidak diragukan lagi:

“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” [Al Baqoroh:2]

Sebagai seorang Muslim, kita diperintahkan Allah untuk
membaca Al Qur’an, agar bisa mendapatkan petunjuk yang
terkandung di dalamnya:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al
Kitab (Al Qur'an)...” Al Ankabuut:45

Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, karena itu
untuk mengetahui artinya, hendaknya kita
mengartikannya sesuai dengan aturan bahasa Arab yang
baku, bukan dengan tafsiran kita pribadi:

“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa
Arab supaya kamu memahami (nya).” Az Zukhruf:3

Terkadang banyak terjadi perbedaan penafsiran, dari
yang kecil, hingga yang tidak bisa ditolerir lagi.

Misalnya, ada sebagian orang yang meski ayatnya sudah
demikian jelas, namun mentafsirkannya sedemikian rupa,
sehingga bertentangan dengan makna aslinya. Contohnya
ada orang yang dengan alasan kesetaraan gender,
berusaha merubah hukum waris yang ada dalam Al Qur’an
serta menolak ayat An Nisaa: 34 yang menyatakan bahwa
pria adalah pemimpin bagi kaum wanita. Hal ini jelas
bertentangan dengan Al Qur’an:

“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada
kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat
itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang
dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka
mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk
menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya,
padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan
Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:
"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat,
semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan
orang-orang yang berakal.” [Ali Imron:7]


Jika setiap ayat Al Qur’an ditafsirkan secara
berbeda-beda, bahkan berlawanan dengan makna aslinya,
bagaimana kita bisa mengamalkan Al Qur’an secara
benar? Ayat Al Qur’an yang Muhkamaat (jelas) tidak
perlu ditafsirkan lagi, tapi hendaknya diamalkan,
sedang ayat yang mutasyabihat hendaknya kita imani,
bukan diperdebatkan sehingga menimbulkan fitnah.

Jika kita telah membaca dan memahami Al Qur’an,
hendaklah kita mengikuti perintah-perintah Allah SWT
yang ada di dalam Al Qur’an dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari:

“Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan
yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar
kamu diberi rahmat,” Al An’aam:155

Dengan membaca Al Qur’an, kita tahu bahwa kita
diperintahkan untuk beriman kepada Allah, Rasul-Nya,
dan Al Qur’an. Selain itu kita juga diberitahu tentang
masalah Malaikat dan juga hari Kiamat:

“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada cahaya (Al Qur'an) yang telah Kami turunkan.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” At
Taghaabun: 8

“Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar
(pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para
malaikat. (Malaikat berkata): "Inilah harimu yang
telah dijanjikan kepadamu".” Al Anbiyaa:103

Jika kita mempelajari Al Qur’an, maka kita akan tahu
siapakah Pencipta segala sesuatu, dan sesungguhnya
tidak ada Tuhan selain Allah:

“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah
Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka
sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala
sesuatu.” Al An’aam:102

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan
rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan
(juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam;
padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha
Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.” At Taubah:31

Jika ummat Islam mempelajari ayat Al Qur’an di atas,
niscaya mereka tidak akan murtad menyembah Tuhan yang
lain. Bahkan mereka akan yakin bahwa ideologi sekuler
buatan ilmuwan yang ada tidaklah pantas untuk
menggantikan ajaran Islam yang telah diturunkan oleh
Allah SWT.

Dengan membaca Al Qur’an, niscaya kita akan tahu bahwa
perintah sholat, zakat, puasa, haji yang ada dalam
rukun Islam itu merupakan kewajiban dari Allah SWT:

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah
beserta orang-orang yang ruku” Al Baqoroh:43

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa,” Al Baqoroh:183

Al Qur’an bukan cuma mengajarkan masalah iman dan
ibadah kepada Allah saja, tapi juga mengajarkan untuk
berbuat baik terhadap sesama manusia:

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu
sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri,” An Nisaa:36

Di Al Qur’an kita diperintahkan untuk tidak memakan
harta orang lain, jujur dalam berniaga, serta bersikap
adil.

“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih bermanfa`at, hingga sampai ia
dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan
dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada
seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan
apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil
kendatipun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah
janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu ingat,” Al An’aam:152

Jika ajaran itu diterapkan, niscaya Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme akan sirna..

HADITS

Ada kelompok yang dengan alasan hanya ingin berpedoman
pada Al Qur’an saja, akhirnya mengingkari
Sunnah/Hadits Nabi. Hal ini jelas tidak benar, karena
mengikuti Nabi justru merupakan perintah Allah yang
tercantum dalam Al Qur’an.

“Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang
mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan
dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah
dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan
ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".” Al
A’raf:158
Al Qur’an hanya memuat garis besar dari perintah dan
larangan Allah. Adapun rinicannya, maka Nabilah yang
menjelaskannya.

“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu
Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al
Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang)
dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu
cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.” Al
Maa-idah:15

“Aku (ini) tidak lain melainkan pemberi peringatan
yang menjelaskan".” Asy Syu’araa:115

Sebagai contoh, di dalam Al Qur’an kita diperintahkan
untuk sholat, tapi bagaimana cara melakukan sholat,
misalnya harus diawali dengan niat, kemudian takbir,
dan diakhiri dengan salam itu dijelaskan di hadits
Nabi. Begitu pula perintah lainnya seperti puasa,
zakat, haji, dan lain-lain. Sebagai contoh:

“Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a katanya: Aku
lihat Rasulullah s.a.w apabila memulai sembahyang,
beliau mengangkat kedua tangan hingga ke bahu. Begitu
juga sebelum rukuk dan bangkit dari rukuk. Beliau
tidak mengangkatnya di antara dua sujud” [HR Bukhori,
Muslim, Tirmizi, Nasa’I, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad,
Malik, Ad Darimi)

Pada zaman Nabi dan Sahabat, Hadits belum dibukukan.
Seiring dengan perjalanan waktu, di mana akhirnya
muncul hadits-hadits palsu, para ulama Salafi mulai
memikirkan untuk membukukan hadits, agar bisa
dibedakan mana hadits yang shahih dengan yang dloif
(lemah) serta maudlu (palsu), dan mudah mencari
referensi hadits.

Di antara kitab-kitab Hadits, yang terkenal adalah
Kutubus Sittah. Kutubus Sittah berarti “Kitab yang
Enam, yaitu kitab-kitab hadits yang menjadi standar
rujukan para ulama dan kaum muslimin untuk menjadi
hujjah bagi persoalan-persoalan agama. Di antaranya
adalah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud,
Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majjah.
Lebih dari 90% hadits mengenai masalah hukum,
tercantum dalam Kutubus Sittah.

Kita tidak bisa taqlid atau mengikuti begitu saja
tanpa tahu dalil-dalil dari Al Qur’an dan Hadits:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.” Al Israa:36

Sebab jika kita membeo begitu saja kepada seseorang
tanpa tahu dalil ayat Al Qur’an dan Hadits, niscaya
kita bisa ikut tersesat jika orang yang kita ikuti
sesat atau keliru.

Insya Allah, jika ummat Islam kembali berpegang kepada
Al Qur’an dan Hadits, dengan membaca, mempelajari, dan
mengamalkannya dengan sungguh-sungguh, maka ummat
Islam akan kuat aqidahnya, benar amal ibadahnya
(terlepas dari bid’ah), bagus akhlaknya, sehingga
segala KKN, kriminalitas, ketimpangan sosial yang ada
akan sirna. Dengan mempelajari Al Qur'an dan Hadits,
kita tidak akan bisa disesatkan oleh orang-orang yang sesat.

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” Ali-Imran ; 103

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Sesungguhnya Allah meridhoi kamu tiga perkara dan membenci kamu tiga perkara ; Dia meridhoi kamu apabila kamu beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu kepada-Nya, dan apabila kamu berpegang teguh kepada tali Allah semua dan kamu tidak berpecah-belah” HR Muslim

BAGAIMANA AGAR UMAT ISLAM BERSATU?

Ayat dan hadits diatas menunjukkan cara untuk menyatukan umat Islam, yaitu kita harus kembali kepada tali Allah, sedangkan makna tali Allah ialah Al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana dijelaskan di dalam hadits.

“Kitab Allah adalah tali Allah yang menjulur dari langit ke bumi”

Adapun dalil yang menunjukkan bahwa As-Sunnah termasuk tali Allah, sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya yaitu kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya’ [HR Imam Malik 1395 bersumber dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu dihasankan oleh Al-Albani di dalam kitabnya Manzilatus Sunnah fil Islam

Pada zaman sekarang umat Islam tidak cukup hanya bepegang kepada Al-Qur’an dan hadits yang shahih untuk menyatukan umat, karena ahli bid’ah pun mengaku berpegang kepada Al-Qur’an dan Sunnah, akan tetapi mereka berselisih dan berpecah-belah, karena itu tidaklah umat Islam akan bersatu melainkan apabila di dalam berpegang kepada Al-Qur’an dan hadits yang shahih disertai dengan pemahaman salafush shalih, dari kalangan para sahabat, tabi’in dan ahli hadits, sebab jika tokoh umat memahami dalil nash dengan pemahaman salafush shalih niscaya mereka tidak akan berpecah belah walaupun mereka berselisih dalam suatu masalah, karena khilaf mereka jatuh pada masalah ijtihadiah.

Adapun dalil wajibnya kita memahami dalil nash dengan pemahaman salafush shalih adalah sebagai berikut.

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya ; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” At-Taubah : 100

Dalam ayat di atas Allah memuji sahabat dan orang yang mengikuti mereka dengan baik, yang sekarang dikenal dengan nama ahlus sunnah wal jama’ah atau pengikut as-salafush sholih.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Maka barangsiapa yang menjumpai itu (perpecahan umat) hendaknya dia berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para kholifah yang menunjukkan kepada kebaikan dan mendapat petunjuk, gigitlah Sunnah ini dengan gigi geraham” HR Tirmidzi

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya berpesan kepada umatnya agar berpegang kepada Sunnahnya saja, akan tetapi kepada Sunnah sahabat pula.

Dari Abu Burdah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Dan sahabatku adalah orang yang dapat dipercaya untuk umatku, maka jika mereka telah pergi, maka akan datang apa yang dijanjikan kepada umatku” HR Muslim

25 Januari 2010

Kuliah Ahad Dhuha Tanggal 24 Januari 2010

Event : Kuliah Ahad Dhuha
Tanggal : 24 Januari 2010
Pembicara : Prof DR Muslim Nasution
Tema : Tanda Tanda Kiamat

Tanda-tanda besar:
  1. keluar sejenis binatang dari perut bumi yang digelar Dabbatul Ardhi.
  2. Lahirnya Dajjal.
  3. Keluar asap tebal.
  4. Turunnya Nabi Isa a.s.
  5. Kemunculan Imam Mahdi.
  6. Matahari terbit dari ufuk barat.
  7. Keluarnya suku Yakjuj dan Makjuj.
  8. Diangkat al-Quran dan perkara-perkara yang baik
  9. Runtuhnya Ka'abah
  10. Terdengar tiupan sangkakala pertama.
  11. Ada azan tak di jawab
  12. 3 kali gempa bumi, sekali di timur, sekali di barat, dan yang ketiga di Semenanjung Arab.
Tanda-tanda kecil

Didapati kini bahawa seluruh tanda-tanda kecil telah muncul dan terbukti seperti yang dinyatakan dalam hadis. Kebanyakan hadis-hadis ini dapat ditemukan di dalam Sahih Muslim, Sahih Bukhari dan Riwayat Tarmizi.
  1. Penaklukan Baitulmuqaddis : “ Dari Auf b. Malik r.a., katanya, "Rasulullah s. a. w. telah bersabda:"Aku menghitung enam perkara menjelang hari kiamat." Baginda menyebutkan salah satu di antaranya, iaitu penaklukan Baitulmuqaddis." - Sahih Bukhari
  2. Zina bermaharajalela : "Dan tinggallah manusia-manusia yang buruk, yang seenaknya melakukan persetubuhan seperti himar (keldai). Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang." - Sahih Muslim
  3. Pemimpin yang terdiri dari orang yang jahil dan fasik
  4. Bermaharajalela alat muzik : Pada akhir zaman akan terjadi tanah runtuh, rusuhan dan perubahan muka."Ada yang bertanya kepada Rasulullah; "Wahai Rasulullah bila hal ini terjadi?" Baginda menjawab; "Apabila telah bermaharajalela bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi-penyanyi wanita" - Ibnu Majah
  5. Menghias masjid dan membanggakannya : Di antara tanda-tanda telah dekatnya kiamat ialah manusia bermegah-megahan dalam mendirikan masjid" - Riwayat Nasai.
  6. Munculnya kekejian, memutuskan kerabat dan hubungan dengan tetangga tidak baik : Tidak akan datang kiamat sehingga banyak perbuatan dan perkataan keji, memutuskan hubungan silaturahim dan sikap yang buruk dalam tetangga." - Riwayat Ahmad dan Hakim
  7. Ramai orang menuntut ilmu kerana pangkat dan kedudukan
  8. Ramai orang soleh meninggal dunia : Tidak akan datang hari kiamat sehingga Allah mengambil orang-orang yang baik dan ahli agama dimuka bumi, maka tiada yang tinggal padanya kecuali orang-orang yang hina dan buruk yang tidak mengetahui yang makruf dan tidak mengingkari kemungkaran - Riwayat Ahmad
  9. orang hina mendapat kedudukan terhormat : Di antara tanda-tanda semakin dekatnya kiamat ialah dunia akan dikuasai oleh Luka' bin Luka'(orang yang bodoh dan hina). Maka orang yang paling baik ketika itu ialah orang yang beriman yang diapit oleh dua orang mulia" - Riwayat Thabrani
  10. Mengucapkan salam kepada orang yang dikenalnya sahaja : Sesungguhnya di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah manusia tidak mahu mengucapkan salam kepada orang lain kecuali yang dikenalnya saja." - Riwayat Ahmad
  11. Banyak wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya telanjang : Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a "Di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah akan muncul pakaian-pakaian wanita dan apabila mereka memakainya keadaannya seperti telanjang."
  12. Bulan sabit kelihatan besar : Di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah menggelembung (membesarnya) bulan sabit." - Riwayat Thabrani
  13. Banyak dusta dan tidak tepat dalam menyampaikan berita : Pada akhir zaman akan muncul pembohong-pembohong besar yang datang kepadamu dengan membawa berita-berita yang belum pernah kamu dengar dan belum pernah didengar oleh bapa-bapa kamu sebelumnya, kerana itu jauhkanlah dirimu dari mereka agar mereka tidak menyesatkanmu dan memfitnahmu" - Sahih Muslim
  14. Banyak saksi palsu dan menyimpan kesaksian yang benar : Sesungguhnya sebelum datangnya hari kiamat akan banyak kesaksian palsu dan disembunyikan kesaksian yang benar" - Riwayat Ahmad
  15. Negara Arab menjadi padang rumput dan sungai : Tidak akan datang hari kiamat sehingga negeri Arab kembali menjadi padang rumput dan sungai-sungai." - Sahih Muslim
  16. Banyaknya sifat bohong dan ia menjadi perkata biasa
  17. Jarak-jarak antara pasar menjadi dekat (menunjukkan banyaknya kegiatan perdagangan) : Banyaknya sifat bohong, pendeknya waktu, dekatnya jarak-jarak antara pasar-pasar." - Riwayat Bukhari
  18. Manusia mewarnai rambut di kepalanya dengan warna hitam supaya kelihatan muda: Pada akhir zaman akan muncul suatu kaum yang mencelupi rambut mereka dengan warna hitam seperti 'bulu merpati' yang mereka itu tidak akan mencium bau syurga." - Sahih Abu Daud & Nasai
  19. Kekayaan umum dikuasai segelintir orang tanpa kebenaran dan tanpa rasa takut, termasuk rasuah dan mengambil harta secara tersembunyi.

Pengajian Masjid Raya Bani Umar Tanggal 23 Januari 2010 (4)

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 23 Januari 2010
Pembicara : Ustadz Ahmad Al Habsyi
Tema : Rumahku Surgaku

Tipe rumah tangga :
  1. Tipe Hotel (fungsi hotel itu sperti apa sih, pasti semua tahu, kalo hotel itu hanya tempat tidur saja dan hanya cuman dikasih kupon makan pagi saja, itupun waktunya dibatasin sampe jam 10-an) artinya bahwa Rumah-nya hanya dipake buat tidur saja. pergi dari rumah ketika anak-anaknya belum bangun, dan pulang ketika anak-anaknya sudah tidur.
  2. Tipe Mall (Mall itu tempat buat orang yg ber-uang, kalo dia membeli pasti akan dilayani dengan sangat baik, baik itu dikasih diskon, dikasih minum aqua, dll, tapi kalo tidak membeli, yah dicuekin aja pastinya).. nah, tadi pak ustadznya memberikan contoh.. kalo suaminya punya kerja, pulang kerjanya akan disambut dengan senyum, dibukain dasi, sepatunya oleh sang istri. tapi kalo suami di PHK, hal itu sudah tidak berlaku, malahan bisa berbalik kalo sang istri yg bekerja. terus kalo 22nya (suami istri) berkarier, ya udah ngurus diri masing2.
  3. Rumah Sakit > sebaik2 dan seindah2 ruangan di RS, tak seorangpun yang ingin tinggal disana. artinya bagaimanapun indah dan bagusnya rumah, tapi kalo tidak ada keberkahan di dalamnya, maka penghuninya pasti tidak akan betah
  4. Kuburan Rumah Tangga yang sudah mati, tidak ada kehidupan disana.. Rumahnya hanya sebagai hiasan saja, sedang orang2 didalamnya sudah seperti mati.
  5. Madrasah (Rumah Tangga Pembelajaran), ada guru ada murid, guru akan selalu mendidik muridnya, ketika muridnya tidak mengerti, dia akan meminta bimbingan kepada gurunya.. tipe RT yg inilah yg akan menjadi keluarga yg Sakinah mawaddah warahmah.
Selain itu ada klasifikasi lain :
  1. rumah tangga yang selalu ada percekcokan
  2. rumah tangga yang selalu ada KDRT
  3. rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah
---

HAK-HAK ISTRI TERPELIHARA DALAM NAUNGAN RUMAH TANGGA ISLAM

Oleh
Ustadz Abu Minhâl



Syari'at Islam telah menetapkan hukum-hukum yang menjamin hak-hak wanita dalam rumah tangga. Hukum-hukum tersebut bersifat mengikat, dan merupakan rambu-rambu yang haram dilanggar. Penetapan itu bertujuan untuk memelihara hak-hak istri, menepis tindak aniaya yang mungkin menimpanya, atau kemungkinan adanya kurang perhatian dalam pelaksanaannya dari orang-orang yang berkaitan dengan wanita, baik suami, walinya maupun yang lainnya. Adapun pada pembahasan ini, secara khusus difokuskan pada hubungan antara istri dengan suaminya saja.

Sangat banyak hak-hak yang dimiliki seorang wanita sebagai istri. Hak-hak ini menjadi kewajiban atas suaminya. Sebagian dari hak-hak tersebut telah disinggung Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits berikut:

"Hak wanita-wanita atas kalian (para suami) ialah memberi nafkah, menyediakan sandang dengan cara-cara yang baik". [HR Muslim dan Abu Dâwud].

Demikian itulah keistimewaan yang sangat penting bagi wanita muslimah yang berstatus sebagai istri. Yakni kepastian adanya jaminan pemeliharaan yang pasti terhadap hak-haknya dalam rumah tangga, dan sama sekali tidak ada padanannya dengan undang-undang produk manusia.

Dalam Islam, terdapat beberapa aspek yang mendukung pelaksanaan tanggung jawab suami atas pasangan hidupnya. Beberapa aspek tersebut merupakan kewajiban yang ditetapkan oleh Islam (hak-hak istrinya) dan dijelaskan dalam nash-nash yang sharîh (tegas dan jelas, tidak mengandung multi penafsiran).

Dari sisi aqidah, Allah Ta'ala Maha Mengetahui isi hati manusia dalam kesendiriannya maupun saat bersama dengan orang lain. Dia akan membalasnya dengan baik jika memenuhinya, sebagaimana akan menghukumnya atas keengganannya dalam menjalankan kewajiban itu. Selain itu, hak-hak sesama tersebut bagaikan hutang yang mesti dilunasi. Seorang yang gugur di medan perang (mati syahid) akan menghadapi persoalan karena hutang, apalagi selainnya.

Adapun hukum-hukum produk manusia yang membicarakan hak-hak istri, tidak mempunyai kekuatan pendorong sebagaimana tertera di atas. Karenanya, akan dapat disaksikan, lelaki mudah berkelit dari kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan bagi istrinya sendiri. Gejala ini muncul tatkala terjadi pertikaian dan perbedaan pendapat mengenai pemenuhan kewajiban-kewajiban tersebut, karena tidak ada rasa takut kepada Allah Ta'ala dan tipisnya keimanan terhadap hari Akhir.

Berikut ini, beberapa kutipan ayat dan hadits yang memuat keterangan tentang kewajiban suami kepada istrinya, ancaman bagi pihak yang tidak memperhatikannya, saat mereka berdua mengarungi biduk rumah tangga.

Pertama.
Di antara dalil tentang kewajiban menyelesaikan hak-hak orang lain secara umum, dan hak-hak istri secara khusus.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…." [an-Nisâ`/4:58].

Kebanyakan ayat-ayat yang berbicara tentang hak-hak istri berbentuk kalimat perintah. Ini menunjukkan betapa kuatnya penekanan untuk masalah ini.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

"Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan…." [an-Nisâ`/4:4]

"…Dan bergaullah dengan mereka secara patut…." [an-Nisâ`/4:19].

"Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu …. " [ath- Thalâq/65:6]

"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya…" [ath-Thalâq/65:7].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bertakwalah kalian kepada Allah tentang kaum wanita. Sesungguhnya, kalian mengambil mereka dengan amanat dari Allah. Dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimatullah."[HR Muslim].

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berpesanlah untuk wanita dengan baik". [HR al- Bukhâri dan Muslim]

Kedua.
Di antara dalil larangan menelantarkan hak-hak istri dan melakukan tindakan aniaya kepadanya.

Beberapa ayat menerangkan mengenai larangan menzhalimi istri dan mengabaikan hak-haknya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

"…dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya…"[an-Nisâ`/4:19]

"Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata." [an-Nisâ`/4:20].

"…maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf…"[al Baqarah/2: 232]

Ketiga.
Nash-nash yang menerangkan hukuman dan siksa bagi orang yang melanggar ketentuan-ketentuan Allah dalam masalah ini dengan cara menindas wanita, tidak memenuhi atau mengurangi hak-hak wanita.

"…Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami-isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zhalim." [al-Baqarah/2:229].

"Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir idahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka. Barang siapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zhalim terhadap dirinya sendiri. Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan…." [al-Baqarah/2:231]

Nash-nash di atas memuat takhwîf (ancaman menakutkan) dan pesan bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"…Itulah yang dinasihatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" [al-Baqarah/2:232].

Sementara itu, ancaman juga muncul dari lisan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia atas suami yang berbuat tidak adil dan meremehkan hak seorang istri. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Barang siapa mempunyai dua istri, dan lebih condong kepada salah satu istrinya, ia akan datang pada hari Kiamat dengan menyeret salah satu dagunya atau datang dengan berjalan miring." [HR Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa'i. Lihat Shahih at-Targhib (2/199)]

Demikian sedikit paparan beberapa dalil yang menegaskan tentang pemeliharaan hak-hak istri dalam rumah tangga. Keretakan rumah tangga hanya muncul ketika ada salah satu pihak (atau kedua belah pihak, suami istri) tidak menjalankan kewajiban-kewajiban yang seharusnya ia emban dan lebih condong hanya untuk menuntut hak-haknya semata.
Wallahu a'lam.

[Diadaptasi dari Dhamanâtu Huqûqi al-Mar`ati az-Zaujiyyah, karya Dr. Muhammad Ya`qub Muhammad ad-Dahlawi, Penerbit Jâmi'ah Islâmiyyah Madînah, Cetakan I, Tahun 1424 H]

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XI/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

Pengajian Masjid Raya Bani Umar Tanggal 23 Januari 2010 (3)

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 23 Januari 2010
Pembicara : Ustadz Ahmad Al Habsyi
Tema : 3 tipe perempuan

Wanita dibagi menjadi 3 perumpamaan :

1. Wanita yang diibaratkan wanita kudisan
Yaitu wanita yang sering menimbulkan masalah, sering menonjolkan tubuhnya untuk dipertunjukkan kepada orang lain
2. Wanita yang diibaratkan seperti dompet
Yaitu wanita yang mengagung agungkan kekayaan yang dimilikinya.
3. Wanita idaman (sholehah)
Yaitu wanita yang mampu memberikan keturunan, bisa menyenangkan keluarga, mengajarkan agama pada keluarganya.
Seindah indah perhiasan dunia adalah istri yang shalehah.

Kriteria dalam memilih jodoh :

1. Lihat fisiknya
2. Lihat hartanya
3. Lihat keturunannya
4. Lihat agamanya.

Namun kalau ingin selamat dunia dan akhirat, pilih nomor 4 sebagai landasan dari opsi opsi lainnya.


“Barang siapa ibu yang melahirkan kemudian menyusukan anaknya sampai usia 2 tahun, maka Allah mengganjarnya dengan sedekah pada setiap hisapan susu di anak”

“seorang ibu yang terjaga dimalam hari untuk menyusukan anaknya sama pahalanya dengan memerdekakan 70 hamba sahaya.


“ Wanita yang sholehah , ikhlas, Allah memberikan kesempatan baginya untuk memilih masuk surge dari pintu mana saja”

Doa agar orang yang kita sayangi makin taat kepada Allah :
Ya muqolliban Qukub, tsabitmantakkad kalbuhu (jika perempuan) ha (jika laki laki) kemudian sebut namanya, bayangkan wajahnya, Alla dinika wa ta’atika”

Abdullah Bin Masud r.a. meriwayatkan bahawa Nabi s.a.w. bersabda: "Apabila seorang wanita mencucikan pakaian suaminya, maka Allah s.w.t. mencatat baginya seribu kebaikan, dan mengampuni dua ribu kesalahannya, bahkan segala sesuatu yang disinari sang suria akan memintakan ampunan baginya, dan Allah s.w.t. mengangkat seribu darjat untuknya." (H.R. ABU MANSUR DIDALAM KITAB MASNADIL FIRDAUS)

Ali r.a. meriwayatkan sebagai berikut: Saya bersama-sama Fathimah berkunjung kerumah Rasulullah, maka kami temui beliau sedang menangis. Kami bertanya kepada beliau: "Apakah yang menyebabkan engkau menangis wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Pada malam aku diIsrakan ke langit, saya melihat orang-orang yang sedang mengalami penyeksaan, maka apabila aku teringat keadaan mereka, aku menangis."

Saya bertanya lagi, "Wahai Rasulullah apakah engkau lihat?" Beliau bersabda:

1. Wanita yang digantung dengan rambutnya dan otak kepalanya mendidih.

2. Wanita yang digantung dengan lidahnya serta tangan dicopot dari punggungnya, aspal mendidih dari neraka dituang ke kerongkongnya.

3. Wanita yang digantung dengan buah dadanya dari balik punggungnya, sedang air getah kayu Zakum dituangkan ke kerongkongnya.

4. Wanita yang digantung, diikat kedua kaki dan tangannya kearah ubun-ubun kepalanya, serta dibelit dan dibawah kekuasaan ular dan kala jengking.

5. Wanita yang memakan badannya sendiri, serta dibawahnya tampak api yang berkobar-kobar dengan hebatnya.

6. Wanita yang memotong-motong badannya sendiri dengan gunting dari neraka.

7. Wanita yang bermuka hitam serta dia makan usus-ususnya sendiri.

8. Wanita yang tuli, buta dan bisu didalam peti neraka, sedang darahnya mengalir dari lubang-lubang badannya (hidung, telinga, mulut) dan badannya membusuk akibat penyakit kulit dan lepra.

9. Wanita yang berkepala seperti kepala babi dan berbadan himmar (keldai) yang mendapat berjuta macam seksaan.

10. Wanita yang berbentuk anjing, sedangkan beberapa ular dan kala jengking masuk melalui duburnya atau mulutnya dan keluar melalui duburnya, sedangkan malaikat sama-sama memukuli kepalanya dengan palu dari neraka.

Maka berdirilah Fatimah seraya berkata, "Wahai ayahku, biji mata kesayanganku, ceritakanlah kepadaku, apakah amal perbuatan wanita-wanita itu." Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Fatimah, adapun tentang;

1. Wanita yang digantung dengan rambutnya kerana tidak menjaga rambutnya (dijilbab) dikalangan laki-laki.

2. Wanita yang digantung dengan lidahnya, kerana dia menyakiti hati suaminya, dengan kata-katanya."

Kemudian Nabi s.w.a. bersabda: "Tidak seorang wanita pun yang menyakiti hati suaminya melalui kata-kata, kecuali Allah s.w.t. akan membuat mulutnya kelak dihari kiamat selebar tujuh puluh dzira kemudian akan mengikatkannya dibelakang lehernya."

3. Adapun wanita yang digantung dengan buah dadanya, kerana dia menyusui anak orang lain tanpa seizin suaminya.

4. Adapun wanita yang diikat dengan kaki dan tanganya itu, kerana dia keluar rumah tanpa seizin suaminya, tidak mandi wajib dari haid dan dari nifas (keluar darah setelah melahirkan).

5. Adapun wanita yang memakan badannya sendiri, kerana dia bersolek untuk dilihat laki-laki lain serta suka membicarakan aib orang lain.

6. Adapun wanita yang memotong-motong badannya sendiri dengan gunting dari neraka, dia suka menonjolkan diri (ingin terkenal) dikalangan orang banyak, dengan maksud supaya mereka (orang banyak) itu melihat perhiasannya, dan setiap orang yang melihatnya jatuh cinta padanya, kerana melihat perhiasannya.

7. Adapun wanita yang diikat kedua kaki dan tangannya sampai keubun-ubunnya dan dibelit oleh ular dan kala jengking, kerana dia mampu untuk mengerjakan solat dan puasa, sedangkan dia tidak mahu berwudhu dan tidak solat dan tidak mahu mandi wajib.

8. Adapun wanita yang kepalanya seperti kepala babi dan badannya seperti keldai (himmar), kerana dia suka mengadu-domba serta berdusta.

9. Adapun wanita yang berbentuk seperti anjing, kerana dia ahli fitnah serta suka marah-marah pada suaminya.


Dalam sebuah hadis Nabi s.a.w. bersabda: empat jenis wanita yang berada di syurga dan empat jenis wanita yang berada di neraka dan beliau menyebutnya di antara empat jenis perempuan yang berada di syurga ialah:

1. Perempuan yang menjaga diri dari berbuat haram lagi berbakti kepada Allah dan suaminya.
2. Perempuan yang banyak keturunannya lagi penyabar serta menerima dengan senang hati dengan keadaan yang serba kekurangan (dalam kehidupan) bersama suaminya.
3. Perempuan yang bersifat pemalu, dan jika suaminya pergi maka ia menjaga dirinya dan harta suaminya, dan jika suaminya datang ia mengekang mulutnya dari perkataan yang tidak layak kepadanya.
4. Perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya dan ia mempunyai anak-anak yang masih kecil, lalu ia mengekang dirinya hanya untuk mengurusi anak-anaknya dan mendidik mereka serta memperlakukannya dengan baik kepada mereka dan tidak bersedia kahwin kerana khuatir anak-anaknya akan tersia-sia (terlantar / terbiar).

Kemudian Nabi s.a.w. bersabda: Dan adapun empat jenis wanita yang berada di neraka ialah:

1. Perempuan yang jelek (jahat) mulutnya terhadap suaminya, jika suaminya pergi, maka ia tidak menjaga dirinya dan jika suaminnya datang ia memakinya (memarahinya).
2. Perempuan yang memaksa suaminya untuk memberi apa yang ia tidak mampu.
3. Perempuan yang tidak menutupi dirinya dari kaum lelaki dan keluar dari rumahnya dengan menampakkan perhiasannya dan memperlihatkan kecantikannya (untuk menarik perhatian kaum lelaki).
4. Perempuan yang tidak mempunyai tujuan hidup kecuali makan, minum dan tidur dan ia tidak senang berbakti kepada Allah, RasulNya dan suaminya.

Oleh kerana itu seorang perempuan yang bersifat dengan sifat-sifat (empat) ini, maka ia dilaknat termasuk ahli neraka kecuali jika ia bertaubat.

Pengajian Masjid Raya Bani Umar Tanggal 23 Januari 2010

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 23 Januari 2010
Pembicara : Ustadz Othman Shihab (2)
Tema : Israf dalam harta


“Wahai anak adam (manusia) ambilah pakaianmu ketika hendak memasuki masjid (sholat), makan dan minumlah dan jangan engkau berlebih-lebihan, karena Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” (QS al-A’raf : 31).

Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk memanfaatkan rizki yang Allah telah anugerahkan kepadanya, salah satunya dengan makan dan minum, dan semua yang telah Allah halalkan untuk manusia tanpa berlebih-lebihan.

Sebagian ulama menyatakan, “Banyak manfaat yang didapat pada seseorang yang sedikit (sekedar memenuhi kebutuhan) makan dan minum. Diantaranya, ia terhindar dari penyakit yang membahayakan, cerdas hati dan pikirannya”. Oleh karena itu, sungguh indah apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah Saw, “Sebuah keburukan, ketika seseorang memenuhi perutnya dengan makanan. Maka sekiranya cukup ia dapat menguatkan tulang punggungnya. Oleh karena itu, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk nafas”. (HR Tirmidzi).

Batas-batas berlebihan ada 3 menurut Syekh Nashir as-Sa’di :
  1. Menambah-nambah diatas kadar kemampuan, dan berlebihan dalam hal makan, karena makan setelah kenyang dapat menimbulkan dampak negatip pada struktur tubuh manusia.
  2. Bermewah-mewah dalam makan, minum dan lain-lain.
  3. Melanggar batasan-batasan Allah SWT, dengan menghalalkan yang telah Allah haramkan atau sebaliknya.

Dalam menyikapi masalah ini, Allah SWT memberikan bimbingan pada kita dalam firman Nya :”Dan orang-orang yang apabila meng infaqkan (hartanya), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula terlalu menahannya (bakhil), tetapi yang mereka lakukan adalah pertengahan (antara keduanya)” (QS al-Furqan :67).

Kesimpulannya bahwa berlebih-lebihan (israf) akan banyak menimbulkan dampak negative, yang itu tidak kita inginkan. Yang jelas pada prinsipnya, Islam tidak membolehkan perbuatan israf.

Dalilnya QS Al A'raaf (7) ayat 31 dan HR. Ad Daaruquthni (sesungguhnya termasuk israf jika engkau makan apa saja yang engkau inginkan), serta HR Ahmad (makanlah, minumlah dan pakailah pakaian dan bersedekahlah /membelanjakan hartamu tanpa sombong dan berlebih-lebihan. Sebab, sesungguhnya Allah senang jika nikmatNya terlihat membekas pada hambaNya).

Salah satu hal negatif yang harus dijauhi oleh seorang muslim dan keluarga muslim adalah israf (berlebih-lebihan), baik dalam urusan sandang, pangan dan papan.

Bahaya israf yang paling fatal adalah jika sampai Allah tidak menyukai kita sehingga hal ini akan membawa pada kerugian dan kesengsaraan di dunia dan akhirat. Hal ini berarti dijauhkan dari rahmat, taufiq dan ma'unah (pertolongan) Allah.

Sebab-sebab israf antara lain:
  1. Keluarga : Bisa jadi karena pada saat kecil dulu ia dalam kekurangan, maka saat sudah berkeluarga dan mapan maka ia gak ingin anaknya seperti ia dulu, sehingga akan memanjakan anak dengan berlebihan. Bisa juga karena kompensasi anak ditinggal seharian dirumah sehingga apa saja maunya dituruti. Itu yang berasal dari anak, mungkin pula suami, saudara, kakak, adik, dll yang mendorong kita berbuat israf.
  2. Kelapangan rezeki setelah ditimpa kesulitan ekonomi. Dengan adanya kelapangan rezeki membuat kita mengarah pada israf. Nabi bersabda, "Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takutkan atas kalian. Melainkan yang aku takutkan atas kalian adalah ketika dilapangkan atas kalian dunia seperti pernah dilapangkan atas kaum sebelum kalian. Lalu kalian berlomba-lomba dalam urusan dunia itu dan dunia itupun akhirnya membinasakan kalian sebagaimana ia membinasakan mereka" (HR Bukahari dan Muslim).
  3. Berteman dengan orang-orang yang biasa israf
  4. Lalai terhadap kedasyatan keadaan hari kiamat
  5. Lupa terhadap realitas kehidupan manusia umumnya dan kaum muslimin khususnya.

Terapi israf:
  1. Merenungkan dampak negatif dari israf, shg ada semangat untuk menghindarinya
  2. Berjanji pd diri sendiri dengan tekad membara untuk melawan israf dg hidupkan amal shalih
  3. Merenungkan scr mendalam sabda Nabi yang mengancam pelaku israf
  4. Membaca dg seksama sejarah hidup salafus shalih dan kesederhanaan mereka
  5. Selalu memikirkan kematian dan peristiwa setelah kematian
  6. Memohon perlindungan kpd Allah swt dari penyakit israf.

"Hai anak Adam,pakailah pakaianmu yang indah disetiap memasuki Masjid,makan dan minumlah,dan jaganlah berlebih-lebihan.Sesunguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan"(QS Al A'raaf[7]:31)

Salah satu hal negatif yang harus dijauhi oleh seorang muslim dan keluarga muslim adalah Israf(berlebih-lebihan)dalam urusan sandang,pangan,dan papan.Di tengah krisis ekonomi yang melanda negri ini tidak terlalu sulit menemukan orang memiliki banyak rumah bak istana dan"segudang"mobil yang bertender digarasi.

Masih banyak rakyat yang kelaparan,bahkan di beberapa daerah yang terjangkit penyakit busung lapar. Sementara disisi yang lain,tidak sedikit orang yang menghabiskan jutaan rupiah untuk memenuhi syahwat makanya dalam waktu semalam,bahkan mungkin sekejap.

Semua ini bisa terjadi diantaranya karena terjangkit penyakit israf.Untuk itulah Al Quran hadir kedunia menjadi kesenjangan sosial, diantaranya dengan menawarkan hidup sederhana dan tidak israf seperti yang terkandung dalam ayat diatas.

Ayat ini turun sebagaimana riwayat imam muslim dan lainya,dilatar belakangi oleh orang-orang musrik mekkah,baik laki-laki maupun perempuan yang thawaf mengelilingi Ka'bah dalam keadaan telanjang.Hanya dibagi waktunya menjadi dua:kaum laki-laki disiang hari dan kaum perempuan di malam hari, lalu Allah SWT menurunkan ayat ayat tersebut yang memerintahkan untuk memakai pakaian yang indah disetiap memasuki Masjid

Kemudian Muadzin (tukang adzan) Rosulullah mengumumkan agar masyarakat tidak lagi thawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang.

Al Kalbi bercerita,dahulu masyarakat tidak mau memakan makanan kecuali makanan pokoknya,dan tidak mau memakan Dasm(jenis makanan)selama selama menunaikan Haji karena ingin mengagungkan ibadah ini. Maka,kaum Muslimin berkomentar,"Ya Rosulullah kita lebih berhak melakukan itu(meniggalkan makan Dasm)",lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat tersebut yang memerintahkan untuk makan,baik daging,Dasm dan lainya serta minum minuman yang halal


Tidak ada satupun sisi dari sisi-sisi kehidupan kecuali telah dijelaskan oleh islam ataupun Al Qur'an dan di terangkan hukum-hukumnya.Al Quran tidak hanya meletakkan undang-undang dan aturan tentang hubungan sosial semata, melainkan mencakup seluruh seluruh aspek kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa Al Quran adalah adalah aturan kehidupan. (Syari'atul Hayah).

Salah satu aturan itu adalah kewajiban berpakaian dengan pakaian rapi,indah dan menutup aurat aurat khususnya dalam beribadah sholat dan thawaf. Sebab menutup aurat termasuk wajib dalam sholat dan thawaf dan ini merupakan betuk peradaban yang agung.Atuarn lain, diperbolehkan makan dan minum selama tidak berlebih-lebihan. Dengan demikian ayat ini memberikan pemahamankepada kita tentang Wasatiyyatu'i islam (moderasi islam).


Ayat diatas dilarang keras perbuatan israf(berlebih-lebihan)dalam segala hal,khususnyadalam urusan sandang, pangan dan papan. Larangan ini juga dipertegas oleh Rosulullah SAWdalam sabdanya,"makanlah, minumlah dan pakailah (pakaian) dan bersedekalah (belanjakan hartamu)tanpa sombong dan berlebih - lebihan. Sebab,sesungguhnya Allah senang jika Nikmat-Nya terlihat membekas pada Hamba-Nya (HR Ahmad).

Dalam terminologi Syar'i, Israf adalah melebihi batas dalm segala hal.Ada yang meendefinisikan israf dengan"membelanjakan harta bukan untuk mentaati Allah atau tabzhir dan melebihi batas"(Al Qamus al Muhit III/156 Al Mu'jam Al Wasith I/427).Nabi SAW sendiri telah menggariskan makna israf dalam hal pangan dalam sabdanya,"Sesungguhnya termasuk Israf jika engkau makan apa saja yang enkau inginkan"(HR Ad Daruqunthni).

Agar kita tidak terjerumus kedalam israf,maka berdasarkan hadist tersebut kita harus bisa membedakan antara want (keinginan) dan need (kebutuhan). Tidak semua yang kita inginkan harus diperturutkan dan diwujudkan. Semua keinginan kita harus disesuaikan dengan kebutuhan. Jika kita tidak membutuhkanya,maka kita harus dapat mengerem dan mengendalikan keinginan itu.

Bahaya israf dalam ayat diatas tampak dengan jelas ketika Al Quran mengatakan,"Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan".Jika seseorang tidak dicintai oleh sesama manusia-meski tidak diharapkan-itu masilah ringan. Namun, jika tidak dicintai alias dibenci oleh Allah SWT tentu akan membawa kerugian dan kesengsaraan didunia dan akhirat. Karena, hal ini akan dijauhkan dari rahmat,taufiq dan ma'unah(pertolongan) Allah. Dan adakah orang lebih sengsara daripada orang yang dibenci oleh Allah



Pengajian Masjid Raya Bani Umar Tanggal 23 Januari 2010

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 23 Januari 2010
Pembicara : Ustadz Othman Shihab
Tema : Surga dibawah telapak kaki ibu

Ibu, ayah ... lewat berbakti padamu lah jalan menuju surga Rabbku.

Alhamdulilllah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina." Ada yang bertanya, "Siapa, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga."(HR. Muslim)

Dari Abdullah bin ’Umar, ia berkata,
"Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada
murka orang tua." (Adabul Mufrod no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam)

Jasa Orang Tua Begitu Besar

Sungguh, jasa orang tua apalagi seorang ibu begitu besar. Mulai saat mengandung, dia mesti menanggung berbagai macam penderitaan. Tatkala dia melahirkan juga demikian. Begitu pula saat menyusui, yang sebenarnya waktu istirahat baginya, namun dia rela lembur di saat si bayi kecil kehausan dan membutuhkan air susunya. Oleh karena itu, jasanya sangat sulit sekali untuk dibalas, walaupun dengan memikulnya untuk berhaji dan memutari Ka’bah.

Dari Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar Ka'bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang itu bersenandung,
Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh.
Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.

Orang itu lalu berkata, "Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi kepadanya?" Ibnu Umar menjawab, "Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan." (Adabul Mufrod no. 11. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih secara sanad)

Berbakti pada Orang Tua adalah Perintah Allah

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra’: 23)

Dalam beberapa ayat, Allah selalu menggandengkan amalan berbakti pada orang tua dengan mentauhidkan-Nya dan larangan berbuat syirik. Ini semua menunjukkan agungnya amalan tersebut. Allah Ta’ala berfirman,


“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (QS. An Nisa’: 36)

“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa.” (QS. Al An’am: 151)

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 13-14)

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".” (QS. Al Ahqaf: 15)

Pujian Allah pada Para Nabi karena Bakti Mereka pada Orang Tua

Perhatikanlah firman Allah Ta’ala tentang Nabi Yahya bin Zakariya ‘alaihimas salam berikut,

“Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” (QS. Maryam: 14)
Begitu juga Allah menceritakan tentang Nabi Isa ‘alaihis salam,

“Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 30-32)

Amalan yang Paling Dicintai oleh Allah adalah Berbakti pada Orang Tua

Kita dapat melihat pada hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Beliau mengatakan,

“Aku bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya’. Lalu aku bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Kemudian berbakti kepada kedua orang tua.’ Lalu aku mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Berjihad di jalan Allah’.”

Lalu Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan hal-hal tadi kepadaku. Seandainya aku bertanya lagi, pasti beliau akan menambahkan (jawabannya).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bakti pada Orang Tua Akan Menambah Umur

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Siapa yang suka untuk dipanjangkan umur dan ditambahkan rizki, maka berbaktilah pada orang tua dan sambunglah tali silaturahmi (dengan kerabat).” (HR. Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi, yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya)

Di antara Bentuk Berbakti pada Orang Tua

[1] Menaati perintah keduanya selama bukan dalam perkara yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak ada ketaatan dalam melakukan maksiat. Sesungguhnya ketaatan hanya dalam melakukan kebajikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

“Tatatilah ayahmu selama dia hidup dan selama tidak diperinahkan untuk bermaksiat.” (HR. Ahmad. Dikatakan oleh Syu’aib Al Arnauth bahwa sanadnya hasan)

[2] Mendahulukan perintah mereka dari perkara yang hanya dianjurkan (sunnah).
Sebagaimana pelajaran mengenai hal ini terdapat pada kisah Juraij yang didoakan jelek oleh ibunya karena lebih mendahulukan shalat sunnahnya daripada panggilan ibunya. Kisah ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

[3] Menghiasi diri dengan akhlaq yang mulia di hadapan keduanya, di antaranya adalah dengan tidak mengeraskan suara di hadapan mereka.

Dari Thaisalah bin Mayyas, ia berkata bahwa Ibnu Umar pernah bertanya, "Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk surga?" ”Ya, saya ingin”, jawabku. Beliau bertanya, "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?" "Saya masih memiliki seorang ibu", jawabku. Beliau berkata, "Demi Allah, sekiranya engkau berlemah lebut dalam bertutur kepadanya dan memasakkan makanan baginya, sungguh engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar."(Adabul Mufrod no. 8. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Di antara akhlaq mulia lainnya terdapat dalam hadits berikut. Dari Urwah atau selainnya, ia menceritakan bahwa Abu Hurairah pernah melihat dua orang. Lalu beliau berkata kepada salah satunya,

"Apa hubungan dia denganmu?" Orang itu menjawab, ”Dia ayahku.” Abu Hurairah lalu berkata, "Janganlah engkau memanggil ayahmu dengan namanya saja, janganlah berjalan di hadapannya dan janganlah duduk sebelum ia duduk." (Adabul Mufrod no. 44. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih secara sanad)

[4] Menjalin hubungan dengan kolega orang tua.
Ibnu Umar berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Sesungguhnya kebajikan terbaik adalah perbuatan seorang yang menyambung hubungan dengan kolega ayahnya." (HR. Muslim)

[5] Berbakti kepada kedua orang sepeninggal mereka adalah dengan mendo’akan keduanya.

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

"Derajat seseorang bisa terangkat setelah ia meninggal. Ia pun bertanya, "Wahai Rabb, bagaimana hal ini bisa terjadi?" Maka dijawab,"Anakmu telah memohon ampun untuk dirimu."(Adabul Mufrod, no. 36. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan secara sanad)

Ibu Lebih Berhak dari Anggota Keluarga Lainnya

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

“Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu.’ Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ayahmu’.” (HR. Bukhari dan Muslim)

An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat dorongan untuk berbuat baik kepada kerabat dan ibu lebih utama dalam hal ini, kemudian setelah itu adalah ayah, kemudian setelah itu adalah anggota kerabat yang lainnya. Para ulama mengatakan bahwa ibu lebih diutamakan karena keletihan yang dia alami, curahan perhatiannya pada anak-anaknya, dan pengabdiannya. Terutama lagi ketika dia hamil, melahirkan (proses bersalin), ketika menyusui, dan juga tatkala mendidik anak-anaknya sampai dewasa.” (Syarh Muslim 8/331)

Dosa Durhaka pada Orang Tua

Abu Bakrah berkata,

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?" Para sahabat menjawab, "Mau, wahai Rasulullah."Beliau lalu bersabda, "(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua." Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk bertelekan [pada tangannya]. (Tiba-tiba beliau menegakkan duduknya dan berkata), "Dan juga ucapan (sumpah) palsu." Beliau mengulang-ulang perkataan itu sampai saya berkata (dalam hati), "Duhai, seandainya beliau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Bakroh berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

”Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya [diakhirat]- daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)." (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Di antara Bentuk Durhaka pada Orang Tua

’Abdullah bin ’Umar radhiyallahu ’anhuma berkata,

”Membuat orang tua menangis termasuk bentuk durhaka pada orang tua.”

Mujahid mengatakan,

“Tidak sepantasnya seorang anak menahan tangan kedua orang tuanya yang ingin memukulnya. Begitu juga tidak termasuk sikap berbakti adalah seorang anak memandang kedua orang tuanya dengan pandangan yang tajam. Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya sedih, berarti dia telah mendurhakai keduanya.”

Ka’ab Al Ahbar pernah ditanyakan mengenai perkara yang termasuk bentuk durhaka pada orang tua, beliau mengatakan,

“Apabila orang tuamu memerintahkanmu dalam suatu perkara (selama bukan dalam maksiat, pen) namun engkau tidak mentaatinya, berarti engkau telah melakukan berbagai macam kedurhakaan terhadap keduanya.” (Birrul Walidain, hal. 8, Ibnul Jauziy)

Hati-hatilah dengan Do’a Jelek Orang Tua

Abu Hurairah berkata, ”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

"Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul), tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian dan doa kejelekan kedua orang tua kepada anaknya." (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Semoga Allah memudahkan kita berbakti kepada kedua orang tua, selama mereka masih hidup dan semoga kita juga dijauhkan dari mendurhakai keduanya.


Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut