24 Maret 2016

Pengajian Hijabersmom Community 20 Maret 2016 Ustadz Hasbi Al Anshari Mengenal Ciri Ciri Gangguan Jin

Event : Pengajian Hijabersmom Community
Tanggal : 20 Maret 2016
Pemateri : Ustadz Hasbi Al Anshari
Tema : Mengenal Ciri Ciri Gangguan Jin

Ciri ciri Ruqyah Syirkiyyah (Ruqyah Syirik dan menyalahi syari’at)

Banyak pasien yang datang kepada ustadz Hasbi dengan berbagai keluhan, sedangkan sebelumnya mereka telah ditangani pengobat lain yang mereka sebut tabib, kyai, mama, ajengan atau sebutan lainnya yang menggambarkan kewibawaan, kharismatik dan keshalehan sang pengobat.
Namun keluhan si pasien bukannya berkurang, bahkan bertambah parah. Padahal mereka telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mahar pengobatannya tersebut.

Ustadz Hasbi ingatkan kepada semua saudaraku seiman, janganlah kalian tertipu dengan penampilan dan gelar keagamaan seorang pengobat. Lihat dan perhatikanlah cara dia mengobati, sesuai syari’at atau tidak. Jika kita temukan sebagian tatacara berikut ini, ketahuilah bahwa dia adalah dukun, paranornal atau tukang sihir yang berkolaborasi dengan jin kafir/setan. Dia bukanlah ustadz, bukan kyai, bukan ajengan, bukan pemuka agama yang baik, sekalipun dia selalu berdzikir di dalam mesjid atau memiliki pondok pesantren dengan jumlah santri yang banyak. Dia menyembah Allah tetapi dia juga bergantung kepada setan.

Inilah ciri-cirinya :
1. Pengobat bertanya nama kita, nama ayah atau ibu kita untuk dimantra.
2. Pengobat meminta salah satu benda pasien, seperti foto, kain, sapu tangan, pakaian dan sebagainya.
3. Sebagian mereka meminta jenis hewan tertentu dengan ciri-ciri dan sifat-sifat khusus, atau meminta media lain seperti bunga, minyak wangi, kemenyan, daun sirih, tanah dari rumah pasien, tanah kuburan atau meminta untuk mengadakan selamatan.
4. Pengobat menulis jimat-jimat atu rajah, terkadang dengan tulisan arab atau gambar yang sulit dimengerti.
5. Membaca mantra-mantra/ jampi-jampi yang tidak dipahami, bisa berupa potongan ayat Al-Quran atau yang lainnya.
6. Terkadang sang pengobat menyuruh pasien untuk menyepi seorang diri di sebuah tempat yang jauh dari keluarganya.
7. Terkadang juga menyuruh pasiennya untuk mandi di tengah malam, ada kalanya dengan campuran bunga atau mandi di sejumlah mata air tertentu.
8. Terkadang melarang pasien menyentuh air pada masa-masa tertentu.
9. Memberi benda-benda yang harus ditanam di dalam tanah, ditempel di atas pintu, susuk, keris, batu akik, cincin besi, air sakti, telur, sabuk perlindungan, kalung, benang dan lain sebagainya.
10. Menyuruh pasienya beribadah dan membaca wirid bid’ah.
11. Terkadang sudah tahu dulu permasalahan, nama dan tempat asal, mengaku bisa melihat adanya jin pada diri seseorang atau jin di suatu tempat.
12. Sang pengobat punya kamar khusus di rumahnya yang tidak boleh dimasuki oleh orang lain.
13. Ada pantangan bagi dirinya dan pasienya terhadap hari dan tanggal tertentu.
14. Menulis Al-Quran dengan terbalik, dari kiri ke kanan atau ditulis dengan darah (haidh) atau dengan sesuatu yang najis.
15. Meminta sesajen, membakar kemenyan dan menuruti semua permintaan jin.
16. Terkadang pengobat melarang mahrom atau keluarga pasien untuk menemani dan menyaksikan proses berlangsungnya pengobatan.
17. Terkadang pengobat mematikan lampu pada saat berlangsungnya pengobatan, kemudian menunjukkan adanya benda-benda yang keluar dari tubuh pasien, seperti paku, jarum dll.
18. Pengobat meminta sejumlah uang sebagai mahar atau menetapkan tarif tertentu sebagai syarat dalam pengobatan.

Ruqyah Syar'iyyah
A. Apa Itu Ruqyah?
Ruqyah artinya mantra atau jampi. Jika diperhalus lagi, ruqyah artinya adalah doa, yaitu doa mohon kesembuhan dari suatu penyakit, baik penyakit fisik maupun non fisik. Diruqyah berarti dimantra, dijampi atau didoakan.
Sedangkan definisi ruqyah menurut istilah syar’i yaitu, “Pengobatan yang dilakukan seseorang dengan cara membacakan ayat-ayat Al-Quran yang ditujukan kepada orang yang terkena sihir atau penyakit.”

B. Adakah Ruqyah Di Masa Nabi SAW
Ruqyah sudah ada sejak masa jahiliyah, namun ruqyah pada masa itu masih dicampurkan dengan praktik syirik dan sihir, sehingga Rasulullah saw melarang melakukannya. Maka ketika para sahabat memperlihatkan praktik ruqyah yang bersih dari syirik dan sihir, beliau pun memberikan rukhshah, membolehkannya dan bahkan memerintahkannya.

C. Rukhshah Dalam Ruqyah
“Dari Abdurrahman bin Aswad, dari ayahnya, ia berkata, ‘Aku bertanya kepada Aisyah RA, tentang ruqyah dari setiap (binatang) yang berbisa.’ Maka Aisyah berkata : ‘Rasulullah SAW memberi rukhshah (memperbolehkan) ruqyah dari setiap (binatang) berbisa’.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Al-Hafiz Ibnu Hajar berkata: “Kata Rakhkhasha di dalam hadits ini menunjukan bahwa ruqyah itu dahulu dilarang.

Dalam riwayat lain disebutkan: “Dari Anas RA, ia berkata: ‘Rasulullah memberi rukhshah (memperbolehkan) ruqyah dari (penyakit) ‘Ain, bisa dan bisul.” (HR. Muslim)

Imam Nawawi berkata: “Makna hadits ini bukanlah membatasi atau mengkhususkan bolehnya ruqyah pada tiga hal tersebut saja. Namun maknanya adalah ketika Nabi ditanya tentang tiga hal tersebut, lalu beliau mengizinkannya. Dan jika beliau ditanya untuk hal yang lainnya, maka beliau akan mengizinkannya juga. Adalah beliau pernah mengizinkan ruqyah untuk selain tiga hal tersebut, dan beliau juga pernah meruqyah untuk selain tiga hal tersebut.”

D. Apa Yang Dimaksud Ruqyah Syar’iyyah?
Ruqyah Syar’iyyah adalah praktik ruqyah yang benar dan sesuai syari’at, yaitu yang di dalamnya benar-benar bersih dari perbuatan syirik dan sihir serta berbagai bentuk penyimpangan. Adapun kebalikannya disebut Ruqyah Syirkiyyah, yaitu praktik ruqyah yang diharamkan karena di dalamnya mengandung kesyirikan, sihir, dan berbagai hal yang menyimpang dari ajaran Islam. Ruqyah jenis ini biasanya dilakukan oleh para dukun, tukang sihir atau kelompok yang menamakan dirinya sebagai pelestari budaya leluhur.

E. Bolehnya Ruqyah Syar’iyyah
Bolehnya ruqyah syar’iyyah adalah berdasarkan pada hadits Muslim, bahwa orang-orang berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, kami dahulu di masa jahiliyah pernah meruqyah.” Lalu Nabi SAW bersabda : “Kemukakanlah kepadaku jampi-jampi (ruqyah) kalian itu, tidaklah mengapa melakukan ruqyah selama tidak berupa kemusyrikan.” (HR. Muslim dalam Kitabus Salam)

F. Ruqyah Itu Perbuatan Yang Membawa Manfaat
Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya: Dari Jabir RA, ia berkata: “Dahulu pamanku pernah meruqyah orang yang terkena sengatan kalajengking, maka Rasulullah melarang ruqyah.” (Jabir) berkata: Kemudian pamanku itu datang kepada beliau dan berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhya engkau melarang ruqyah ketika saya ingin meruqyah bisa kalajengking?” maka Nabi bersabda: “Barang siapa diantara kalian mampu untuk memberi manfaat pada saudaranya, maka lakukanlah.” (HR. Muslim)

G. Apa Yang Dibaca Dalam Ruqyah?
Di dalam riwayat Imam Bukhari di atas sangat jelas bahwa Rasulullah saw membenarkan ruqyah yang dibaca oleh sahabat beliau yang bernama Abu Said Al-Khudri, yaitu dengan membaca surat Al-Fatihah. Demikian pula beliau membenarkan bacaan Abdullah bin Mas’ud yang ketika meruqyah ia membaca surat Al-Mukminun ayat 115. (Mazma’uz Zawaid, 5/115)

Ummul Mukminin ‘Aisyah RA juga meriwayatkan bahwa Rasulullah masuk kepadanya pada saat ada seorang wanita yang sedang diobati dan dibacakan ruqyah kepadanya. Lalu Nabi SAW bersabda: “Obatilah dengan kitab Allah.”(Dishahihkan oleh Al-Bani dalam kitab As-Silsilah As-Shahihah)
Di dalam hadits ini disebutkan “Kitab Allah”, maksudnya adalah Al-Quran.

Jadi, semua ayat di dalam Al-Quran dapat dibacakan sebagai ruqyah. Tetapi kita tidaklah hafal seluruh ayat-ayat tersebut. Maka bacakanlah ayat-ayat yang terkait dengan tauhid dan kekuasaan Allah, mengenai kehidupan jin dan setan atau ayat-ayat tentang kenikmatan surga dan pedihnya siksa neraka.
Dengan izin Allah, jin pengganggu itu akan merasa terusik, tersiksa dan pergi.

H. Al-Quran Sebagai Penawar
Al-Quran adalan Kalamullah yang dapat menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Sebagai penyembuh bagi penyakit fisik dan fsikis.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan Kami turunkan dari Al-Quran, sesuatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang yang beriman.” (Al-Isra:82)
Kata “Min”(dari) di sini untuk menerangkan jenis, karena seluruh Al-Quran adalah penawar dan penyembuh yang sempurna untuk segala penyakit hati maupun penyakit jasmani.

I. Ruqyah Dengan Al-Fatihah
Sedangkan di dalam Shahih Bukhari disebutkan bahwa Abu Said Al-Khudri pernah bepergian bersama sejumlah sahabat nabi, kemudian mereka singgah di salah satu lembah, seraya meminta penduduk lembah tersebut agar menerima mereka sabagai tamu. Namun penduduk lembah itu enggan menerima mereka sebagai tamu. Kemudian pemimpin penduduk itu disengat sesuatu, hingga mereka datang kepada para sahabat seraya berkata: “Apakah ada salah seorang diantara kalian yang bisa meruqyah?” Abu Said Al-Khudri berkata: “Saya bisa, tetapi saya tidak bersedia meruqyah untuk kalian sehingga kalian memberikan suatu pemberian kepada kami.” Kemudian Abu Said Al-Khudri meruqyah orang yang tersengat tersebut. Setelah diruqyah, orang itu berdiri dengan gesit seakan-akan baru lepas dari sebuah ikatan. Kemudian mereka memberi sejumlah kambing kepada para sahabat. Ketika tiba kembali (di Madinah) mereka mengabarkannya kepada Nabi SAW, lalu beliau bersabda kepada Abu Said Al-Khudri: “Dengan apa kamu meruqyahnya?” Abu Said Al-Khudri menjawab: “Dengan membaca Al-Fatihah.” Lalu Nabi SAW bersabda: “Bagaimana kamu tahu bahwa Al-Fatihah itu adalah ruqyah?.”Dalam lafazh yang lain disebutkan: Lalu Nabi SAW bersabda: “Kalian telah berbuat benar. Sekarang, bagikanlah dan jadikan aku termasuk bersama kalian sebagai orang yang mendapatkan bagian.”

J. Syarat-syarat Ruqyah
Para ulama ahlussunnah telah bersepakat mengenai bolehnya melakukan ruqyah, dengan syarat terpenuhinya beberapa hal berikut ini:
1. Ruqyah tersebut hendaknya dengan kalamullah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, atau bersumber dari hadits Nabi SAW.
2. Ruqyah yang dibaca hendaknya menggunakan bahasa Arab atau dengan bahasa lain yang dimengerti artinya.
3. Harus diyakini bahwa ruqyah tersebut tidak memberikan pengaruh apa-apa kecuali dengan kekuasaan Allah Ta’ala. Ruqyah hanya merupakan salah satu sebab atau perantara saja.

K. Syarat-syarat Peruqyah.
Beberapa aspek standar yang menjadi syarat utama seorang peruqyah adalah :

Pertama, Aspek Ruhiyah dan Kepribadian :
1. Memiliki aqidah yang lurus, benar dan bersih, yaitu aqidah Islam berdasarkan pemahaman salaf as-shalih.
2. Memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat serta mengamalkan tauhid yang murni. Yaitu dengan melaksanakan berbagai ketaatan dan menjauhi segala kemaksiatan.
3. Memiliki keyakinan yang besar bahwa bacaan Al-Quran itu sangat berpengaruh terhadap jin dan setan, bahkan dapat membakarnya.
4. Membaca Al-Quran sudah menjadi amalan harian, bukan hanya pada saat meruqyah saja.
5. Selalu menjaga shalat berjamaah di mesjid.
6. Senantiasa menjaga wudhu (selalu pada kondisi suci).
7. Selalu membaca dzikir-dzikir pembentengan diri, sebagai upaya memohon perlindungan kepada Allah SWT.
8. Mampu menjauhkan diri dari perbuatan yang sia-sia dan tak berguna.
9. Mampu mengontrol emosi, memiliki jiwa penyabar dan dapat melakukan pengobatan dengan penuh kasih sayang.

Kedua, Aspek Ilmiah dan Keterampilan
1. Memiliki pengetahuan tentang hal ihwal jin dan setan, serta mengetahui pintu-pintu masuknya setan ke dalam tubuh manusia.
2. Selalu mewaspadai masuknya jin/setan dengan menutup pintu-pintunya.
3. Menguasai berbagai tehnik ruqyah, tidak hanya terpaku pada satu tehnik saja. Karena jin yang dihadapi pun memiliki keahlian yang berbeda-beda, sesuai level, usia dan pengalamannya.
4. Dapat mensinergikan ruqyah dengan berbagai herbal sunnah.
5. Memiliki banyak referensi terkait masalah ruqyah dan terus memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman.

Ketiga, Aspek Niat dan Tujuan
1. Mengikhlaskan niat pada saat mengobati. Tidak mensyaratkan jumlah upah sebelum dan sesudah mengobati.
2. Mempelajari ilmu ruqyah hanya untuk membentengi diri dan keluarga serta menolong sesama. Bukan untuk mengejar popularitas dan tujuan-tujuan duniawi.
3. Jangan memposisikan diri sebagai penyembuh, karena peruqyah adalah mitra pasien yang membimbing dan mengarahkannya dalam menemukan kesembuhan dari Allah.
4. Memiliki tujuan yang baik, yaitu hanya ingin mengusir jin dan mengobati pasien. Bukan untuk menyiksa dan berbuat sewenang-wenang kepada jin, kecuali benar-benar terpaksa.

L. Faktor-faktor Kegagalan Ruqyah
Jika dari sisi peruqyah sudah memenuhi berbagai persyaratan di atas, maka bisa jadi faktor kegagalan ruqyah tersebut disebabkan karena kondisi pasien yang belum memenuhi persyaratannya, diantaranya adalah:
1. Pasien yang tidak tulus dalam bertaubat. Masih menyimpan jimat-jimat, membaca mantra-mantra tertentu atau masih mengamalkan wirid-wirid bid’ah.
2. Pasien masih memiliki keyakinan yang mengarah pada kesyirikan atau bahkan masih betah dalam kesyirikan.
3. Pasien yang tidak yakin dengan pengaruh bacaan Al-Quran yang dapat menyembuhkannya, atau tidak istiqomah dalam menapaki petunjuk Al-Quran dan As-sunnah.
4. Pasien yang hanya bergantung kepada peruqyah, tidak berusaha membentengi dirinya sendiri dengan dzikir-dzikir perlindungan.
5. Pasien yang masih merasa berat mensucikan jiwanya dengan meninggalkan dosa dan maksiat, atau masih tetap pada kebiasaan buruknya.
6. Pasien yang belum mampu mengontrol emosinya, sering marah, takut, sedih atau tidak sabar dan putus asa dengan penyakitnya.

Fenomena Kerasukan Jin (Kesurupan)
Fakta Atau Dusta?

Ada segelintir orang yang tidak percaya terhadap fenomena kesurupan. Bahkan ada yang memvonis musyrik kepada orang yang mempercayai adanya kerasukan jin.
Entah dari agama mana keyakinan ini muncul. Jika dia muslim, seharusnya dia mengikuti landasan yang benar dari Al Quran dan sunnah.
Dalil-dalil Tentang Adanya Kesurupan.
1. Dalil Dari Al-Quran : “Orang-orang yang memakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Al-Baqarah : 275)
Ibnu Abbas berkata, “Pemakan riba akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan seperti orang gila yang mengamuk.” (Abi Hatim)
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Maksudnya adalah mereka tidak dapat berdiri (bangkit) dari kuburnya kecuali seperti berdirinya orang gila pada saat dia mengamuk dan kerasukan setan.”
Imam Al-Qurthubi berkata, “Di dalam ayat ini terdapat dalil atas kelirunya orang yang mengingkari adanya kesurupan jin, dan mengatakan bahwa hal itu hanya merupakan pengaruh kejiwaan saja. Atau mengatakan bahwa setan tidak dapat masuk pada diri manusia dan tidak dapat membuatnya menjadi gila.”

2. Dalil Dari As-Sunnah
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang berbunyi: “Sesungguhnya setan mengalir pada diri anak Adam seperti aliran darah.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Ibnu Hajar Al-Haitsami di dalam Kitab Al-Fatawa Al-Haditsiyah berkata: “Hadits ini membantah orang yang menolak masuknya jin ke dalam jasad manusia, seperti kaum mu’tazilah”.

Dan berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad, Thabrani dan Al-Hakim dari Ya’la bin Murrah, ia berkata: “Aku pernah bersama Nabi, sehingga aku bisa melihat dari beliau tiga perkara yang sangat mengagumkan ... Kami melewati seorang wanita yang tengah duduk membawa anaknya. Wanita itu berkata, ‘Ya Rasulullah, anakku ini kesurupan dalam sebulan sampai tujuh kali.’ Beliau bersabda, ‘Dekatkanlah dia kepadaku!’ Lalu beliau meludah di mulut anak itu seraya bersabda, ‘Keluarlah wahai musuh Allah, karena sesungguhnya aku adalah utusan Allah!’ Setelah itu beliau berpesan, ‘Jika engkau telah kembali ke rumahmu, beritahukanlah kepadaku tentang apa yang diperbuatnya.’
Ketika beliau kembali dari perjalanannya, wanita itu menemui beliau dengan menghadiahkan dua ekor kambing, minyak samin dan susu perasan. Beliau bersabda kepadaku, ‘Terimalah salah satu kambing yang dihadiahkannya, juga minyak dan susu perasannya!’ Wanita itu berkata, ‘Wahai Rasulullah, sekarang saya sudah tidak melihat lagi anakku terkena kesurupan’.” (Syaikh Al-Bani menyatakan hadits ini jayyid, dalam silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no.485)
Di dalam hadits ini disebutkan bahwa Nabi menyuruh setannya keluar, dan tidaklah sesuatu itu disebut keluar kecuali sebelumnya ada proses masuk terlebih dahulu.

Sedangkan di dalam riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan: Dari Atha’ bin Abi Rabah, ia berkata: Ibnu ‘Abbas bertanya, “Maukah aku tunjukkan kepadamu seorang wanita yang termasuk ahli surga?” Aku menjawab, “ Ya, tentu.” Ibnu ‘Abbas berkata: “Inilah dia seorang wanita hitam yang datang kepada Nabi ﷺ, seraya berkata: ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya terserang kesurupan dan pakaian saya sering tersingkap karenanya. Berdo’alah kepada Allah untuk kesembuhanku’. Rasulullah menjawab, ‘Jika engkau mau, bersabarlah dan balasan adalah surga. Dan jika engkau mau, aku akan berdo’a kepada Allah agar menyembuhkanmu’. Wanita itu menjawab, ‘Saya memilih bersabar, tetapi pakaian saya sering tersingkap (saat kesurupan), maka doakanlah kepada Allah agar pakaianku tidak lagi tersingkap’. Maka beliau pun berdoa untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wanita tersebut bernama Ummu Zufar. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Dalam riwayat Al-Bazzar dari jalan lain dari Ibnu ‘Abbas tentang kisah seperti ini disebutkan bahwa wanita itu berkata: “Aku takut si jahat itu akan menelanjangiku”. Si jahat (al-Khabits) adalah setan.”
Lalu Al-Hafizh berkata: “Dari beberapa jalan hadits yang telah saya sebutkan tadi dapat disimpulkan bahwa yang dialami oleh Ummu Zufar adalah kesurupan (kerasukan setan), bukan penyakit ayan”. (Fathul Bari 10/115)

3. Pendapat Para Ulama
a. Para Imam Tafsir telah bersepakat terhadap kebenaran adanya kesurupan sebagaimana yang mereka nyatakan dalam kitab tafsirnya masing-masing, yaitu ketika mereka menafsirkan ayat ke 275 dari surat Al-Baqarah. Mereka itu adalah Imam Ath-Thabari, Imam Al-Qurthubi, Al-Hafizh Ibnu Katsir dan Al-Alusi.
b. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Eksistensi jin telah dinyatakan oleh Al-Quran, sunnah dan kesepakatan ulama salaf dari umat ini. Demikian pula tentang bisa masuknya jin ke dalam jasad, dinyatakan dengan kesepakatan para imam ahlus sunnah. Perkara tersebut merupakan hal yang bisa disaksikan dan dirasakan bagi orang yang mentadaburinya. Ia (jin) bisa masuk ke dalam jasad orang yang kesurupan lalu orang tersebut berbicara dengan pembicaraan yang tidak diketahuinya dan tidak disadarinya. Bahkan dipukul dengan pukulan yang sangat keras pun tidak merasakannya.”
c. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah di dalam kitabnya Zad Al-Ma’ad mengatakan, ”Kesurupan itu ada dua jenis, kesurupan karena ruh-ruh jahat yaitu jin, dan kesurupan karena adanya percampuran berbagai hal yang hina (tabi’at-tabi’at buruk). Yang kedua inilah yang menjadi pembicaraan para dokter tentang sebab dan cara penyembuhannya, sedangkan kesurupan ruh-ruh (jin), maka para dokter spesialis dan para ahli mengakuinya dan tidak menolak keberadaannya.”
d. Di dalam Maqalat Ahlis Sunnah Wal Jama’ah, Imam Abul Hasan Al-Asy’ari menyebutkan bahwa menurut pendapat Ahlus Sunnah Wal Jama’ah jin dapat memasuki tubuh manusia, sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 275.

4. Pendapat Ahli Medis Dan Kedokteran Modern
a. Dr. Abdurraziq Nufal mengatakan, “Terdapat beberapa penyakit yang tidak dikategorikan kepada penyakit-penyakit manapun yang telah terdeteksi oleh para ilmuwan. Sekalipun penyakit-penyakit tersebut memiliki kemiripan secara fisik dengan penyakit lain, namun mereka (para ahli) tetap kebingungan mendeteksi jenisnya, dan mencarikan obat untuknya. Mereka hanya mampu mencapai kesimpulan bahwa penyakit-penyakit ini adalah lain dari yang lain.”

b. Beliau juga menambahkan, “Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa mereka (para ahli) telah sampai pada kesimpulan bahwa penyakit itu adalah akibat kerasukan jin. Jadi, semakin hari ilmu pengetahuan tersebut berkembang dan mampu mengungkap hal-hal yang belum terungkap sebelumnya. Namun demikian, betapa pun pesatnya ilmu pengetahuan, ia tidak akan bisa mencapai apa-apa yang telah dicapai oleh Al-Quran Al-Karim. Kitab suci ini telah mengemukakan hal tersebut sejak 14 abad silam.”

c. Dr. Ali Muhammad Muthawi, Dekan I pada Fakultas Kedokteran Universitas Al-Azhar, Mesir, mengatakan, “Kata Al-Mass yang terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 275, serta penyakit-penyakit lain yang ditimbulkan olehnya mencakup penyakit histeria, epilepsy, dan penyakit-penyakit kejiwaan, terutama kegoncangan jiwa, termasuk juga keragu-raguan. Dan yang menyakiti manusia adalah setan-setannya jin, baik jin laki-laki maupun jin perempuan.”

Gejala Gejala Gangguan Jin

Kenali diri anda, kenali penyakit anda, dari mana sumber penyakit fisik dan nonfisik yang anda derita?
Inilah beberapa ciri dan gejala gangguan jin pada jiwa dan tubuh kita, jika sepuluh prosennya saja ada pada diri kita, dapat dipastikan bahwa kita telah terkena gangguan jin:
1. Mengalami gangguan kejiwaan (psikis) seperti :
Emosi yang tidak stabil, mudah marah, cemas, takut, ragu dan was-was serta pelupa berat dan tidak fokus. Bisa juga galau berat, depresi, linglung pikiran, gila dan mengisolasi diri.
Terkadang ada perasaan ingin berteriak-teriak di keramaian, ingin membuka aurat, ingin menjatuhkan diri ke jurang, ingin bunuh diri, ingin mencelakai diri sendiri atau orang lain.
Sering kesurupan, mudah stress dan shock hingga pingsan. Kadang-kadang merasa ada sosok yang melihat dan memperhatikan dirinya atau merasa ada yang menemaninya ketika sedang menyendiri di suatu tempat, di rumah atau di kamar atau di tempat lainnya.
Tiba-tiba merasa takut, marah, benci, mual, pusing, panas, dingin, meriang, merinding ketika bertemu atau berhadapan dengan peruqyah.

2. Mengalami gangguan fisik seperti :
Sering pusing padahal tidak ada gangguan mata, telinga, gigi, tenggorokan, dan bukan pula karena tekanan darah tinggi atau rendah. Sering merasa lesu, malas beraktifitas dan sering mengantuk padahal tidak kurang tidur. Dada dan ulu hati sering terasa sesak dan sakit (biasanya karena jin sihir).
Sakit yang terus menerus pada salah satu organ tubuh, sedangkan menurut diagnosa medis keadaannya sehat-sehat saja. Atau sakit menahun pada sebagian organ tubuh, terdeteksi oleh medis, namun tak kunjung sembuh dengan berbagai obat yang diberikan dokter.
Kedutan di wajah, tangan, kaki atau di bagian-bagian tubuh lainnya.

3. Mengalami gangguan dalam hal ibadah, seperti:
Malas melakukan ibadah dan ketaatan kepada Allah, bahkan terkadang sudah mempersiapkan diri untuk beribadah, tapi tiba-tiba muncul rasa malas sehingga batal mengerjakannya.
Sulit untuk khusyu’ dalam shalat, sering lupa rakaat atau ragu dalam bacaan shalat, sudah dibaca atau belum. Terkadang lidah terasa berat dalam membaca bacaan shalat. Bahkan ada yang merasa sesak nafas pada saat shalat atau ketika membaca Al-Quran atau tiba-tiba mengantuk pada saat mendengar bacaan Al-Quran.
Membenci suara Adzan, malas dan berat melangkah ke mesjid untuk melakukan shalat berjama’ah. Malas shalat jumat atau sering tertidur ketika shalat jumat.

4. Mengalami gangguan pada waktu tidur, seperti:
Susah tidur kecuali setelah lama bersusah payah. Tidak bisa tidur kecuali setelah larut malam, atau baru terasa mengantuk ketika menjelang subuh. Akhirnya sulit bangun subuh, bahkan sering tidak mendengar adzan subuh.
Terkadang tertawa, menangis, merintih, mengaduh dan berteriak saat tidur, atau tiba-tiba berdiri dan berjalan di saat tidur lelap.
Sering mimpi mengejutkan, mimpi menakutkan, ketindihan, mimpi berada di pekuburan atau berada tempat-tempat sepi dan menyeramkan. Atau dalam mimpinya melihat orang yang aneh seperti tinggi sekali, besar sekali, pendek sekali, makhluk jelek dan menakutkan.
Dalam mimpinya sering melihat binatang seperti kucing, ular, tikus, anjing, harimau dan yang lainnya. Hanya melihat atau digigit, dikejar-kejar, berkelahi, dimangsa dan seterusnya.

5. Gangguan Lain
Tak kunjung menemukan jodoh, atau sering batal menikah. Jika sudah menikah, mudah cerai dan banyak pertengkaran dalam rumah tangganya. Atau setelah lama menikah, tak kunjung punya momongan (mandul) atau sering keguguran.
Sering mendengar bisikan di dada dan telinga, dapat melihat sosok-sosok gaib dan dapat berkomunikasi dengannya. Atau dapat meramal dan membaca pikiran orang lain.
Sering mencium bau wangi atau bau busuk yang tak ada wujudnya, baik di rumah sendiri, di rumah orang lain atau di tempat lainnya.

6. Gangguan Pada Anak-anak
Anak indigo, yaitu anak memiliki kemampuan melihat penampakan jin, mampu mengobati dan meramal. Biasanya disebabkan leluhurnya yang memiliki ilmu hitam. Ini adalah penyakit, bukan keistimewaan.
Anak yang hyperaktif atau yang sebaliknya sangat pendiam, anak autis (keterbatasan mental & jasad), anak yang pemarah dan pembangkang serta anak yang sangat membenci ibunya atau ayahnya. Demikian juga anak yang malas mendirikan shalat dan malas belajar Al-Quran.
Anak yang sering rewel atau menangis di waktu-waktu tertentu, terkadang matanya melihat atau fokus ke suatu tempat, kadang sambil menunjuknya.
Anak yang mudah tersinggung, mudah marah, senang mengadu domba, sering menyakiti diri sendiri dan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut