21 September 2009

Khotbah Idul Fitri 1430 H Masjid Raya Bani Umar 20 September 2009

Event : Khotbah Idul Fitri 1430 H
Tanggal : 20 – 09 -2009
Pembicara : Prof Dr Quraish Shihab
Judul : Makna Idul Fitri


Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamdu

Dengan takbir dan tahmid sambil memanjatkan puji syukur kepada Allah kita melepasdkan Ramadhan yang semoga telah menempa hati, mengasuh jiwa serta mengasah nalar kita sebulan penuh.

Bulan Ramadhan adalah bulan pelatihan guna meraih takwa melalui upaya pengendalian diri, bermula dengan pengendalian diri dalam pemenuhan kebutuhan fa’li , tidak makan tidak minum dan tidak melakukan hubungan suami isteri pada waktu tertentu lalu meningkat kepada pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu yang berdampak negative yakni tidak melakukan tindakan seperti angkuh, iri hati, marah bukan pada tempatnya, lalu meningkat ke tahap selanjutnya yakni pengendalian diri dengan menekan gejolak nafsu guna meraih yang baik bahkan yang terbaik dalam bidang kecerdasan intelektual , kecerdasan emosional bahkan yang terbaik dalam bidang kecerdasan intelektual , kecerdasan emosional , kecerdasan spiritual bahkan kecerdasan memahami diri, orang lain dan lingkungan dan puncaknya adalah kecerdasan memahami wujud dan keesaan Allah lalu menemukan dan menaatiNya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamdu

Hari ini kita beridul fitri. Kita kembali kepada fitrah kita. Al Quran menginformasikan bahwa manusia diciptakan dengan fitrah Allah
“ Fitrah Allah yang telah menciptakan manudia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah ciptaan Allah itu”

Fitrah tersebut adalah naluri keagamaan yang benar. Fitrah keagamaan itulah yang kita kumandangkan hari ini dengan bertakbir dan bertahmid. Ia menurut sementara pakar adalah God Spot yang terdapat pada satu titik di temporal lobes, bagian otank yang berada persis di belakang tulang jidat. Allah menganugerahkan kepada manusia sebagai potensi spiritualitas dan alat bagaikan hardware yang dapat mengantarkan manusia menyadari dan mengakui serta berhubungan dengan Zat Yang Maha Tinggi itu. Ia melekat pada diri setiap insane dank arena itu kehadiran Allah atau fitrah itu merupakan keniscayaan serta kebutuhan tak terelakkan bagi seluruh manusia. Itulah yang kita asah dan asuh selama ini, khususnya dalam bulan ramadhan yang baru saja meninggalkan kita, itulah pangkalan tempat kita bertolak sekaligus pelabuhan tempat kita bersauh.

Setiap orang memiliki fitrah itu, walau sering kali akibat kesibukan atau dosa dosanya, kehadirannya tidak dia sadari. Firaun yang tadinya mengingkari Allah dan keesaanNya baru menyadari dan mengakui wujud dan kehadiran fitrah itu ketika ruhnya telah akan meninggalkan jasad.

“ Hingga saat firaun akan tenggelam , berkatalah dia, “saya percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil dan saya termasuk orang orang yang berserah diri kepada Allah ” QS Yunus : 90

Saudara, dibalik kalimat takbir itu kita dapat menemukan dan menyadari fitrah dan jati diri kita sebagai manusia, yang meruypkan makhluk dwi dimensi, jasmani dan rohani, juga makhluk social dan makhluk yang bertanggung jawab, mengabaikannya atau melupakan hakikat tersebut menjadikan kita melupakan diri sebagai mansuia yang berperikemanusiaan. Lupa diri bahwa kita selaku individu adalah bagian dari masyarakat luas, bagian dari umat manusia.

“ Dan janganlah kamu menjadi orang orang yang lupa Allah, maka Allah menjadikan mereka lupa pada diri mereka sendiri , Mereka itulah orang orang yang fasik “ QS Al Hasyr : 19

Siapa yang melupakan Allah dan sifat sifatnya yang agung pastilah dia melupakan jati dirinya sebagai manusia yang memiliki banyak potensi yang harus dikembangkannya serta memiliki aneka kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya tanpa bantuan orang lain. Seorang yang melupakan hal ini, akan merasa mampu berdiri sendiri dan ketika itu dia akan berlaku sewenang wenang

1 komentar:

  1. Salam.

    Senang membaca status FB-nya
    Memberi banyak pencerahan bagi yang membaca.

    Blognya ini biarpun sederhana tapi enak dibaca juga.

    TFS
    [makasih sharing-nya]

    Salam

    BalasHapus

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut