23 April 2013

Pengajian Masjid raya bani umar Tanggal 23 April 2013

Event : Pengajian Masjid raya bani umar
Tanggal : 23 April 2013
Pembicara : Drs. Cholisuddin Yusa, MA
Tema : Misi Kehidupan Manusia

QS Al Hujurat : 13-15

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal

Orang-orang Arab Badwi itu berkata: Kami telah beriman. Katakanlah (kepada mereka): Kamu belum beriman,tetapi katakanlah kami telah tunduk, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.

---

Orang yang mengklaim dirinya taqwa, maka dia tidak bertaqwa

---

Ibadah bukan sekedar kewajiban, melainkan kebutuhan

---

Ciri iman, tidak takut, tidak sedih

Qs Al Baqarah : 277

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

---

Ada uang abang disayang, tak ada uang abang diterjang. Entah ini hanya sekedar pribahasa atau kata-kata mutiara, yang pasti maknanya cukup menggelikan. Mungkin pribahasa ini lahir dari realita yang ada sekarang dimana memang para istri sudah agak ketat dan bersyarat dalam memberikan kasih sayang kepada para suami.

Sangat berbeda dengan prinsip yang dianut oleh kaum istri yang ada pada zaman salaf (istri-istri sahabat, tabi'in dan tabi' tabi'in) dahulu dimana mereka tidak hanya menyayangi suami ketika ada uang, tetapi juga menyayangi suami dengan kasih sayang yang mutlak, baik dalam keadaan sempit maupun dalam keadaan lapang..

Lihatlah Sayyidah Fatimah Az Zahra radhiallahu anha, penghulu kaum wanita di surga ini sangat menyayangi suaminya Sayyidina Ali karramallahu wajhah yang susah penghidupannya. Ketika sebelum menikahpun, beliau sudah sangat menyadari betapa akan susahnya nanti jika harus berumah tangga dengan Sayyidina Ali. Tetapi beliau percaya akan pemuda tawaran bapaknya ini suatu saat nanti akan menjadi surga beliau di dunia dan akhirat.

Kehidupan Sayyidina Ali yang susah bukan karena beliau seorang pengangguran, tetapi karena waktunya banyak habis di medan jihad sehingga menuntut beliau untuk kerja musiman saja memperdagangkan barang-barang dagangan orang-orang Quraisy.

Sering sekali dapur Sayyidina Ali tidak mengepul untuk beberapa hari. Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah dan anak-anaknya Hasan, Husain dan Zainab sering makan sehari-hari dengan buah tamar (kurma) yang keras.

Sayyidah Fatimahpun menumbuk makanannya sendiri tanpa ada pembantu sehingga tangannya yang mulia dan halus sering lecet dan menjadi kasar. Pernah Sayyidina Ali menyuruh Fatimah untuk meminta ayahnya memberikan seorang jariyah (budak wanita) untuk membantu pekerjaan rumahnya. Benar saja, ketika Nabi Saw datang ke rumah Sayyidah Fatimah (kala itu Sayyidah Fatimah kebetulan sedang menggiling gandum), beliau meminta ayahnya untuk memberikannya seorang jariyah, tapi Nabi Saw bukannya malah memberikan seorang jariyah, malah menyuruh batu gilingan yang ada di genggaman tangan Fatimah untuk bergoyang sendiri dan menumbuk gandum dengan sendirinya. Nabi Saw Bersabda, "Kalau engkau mau Fatimah batu itu dapat menjadi khadimmu (pembantu)." Dan ternyata benar saja, batu gilingan itu bergerak dan menggiling dengan sendirinya (Hingga kisah ini banyak sekali diabadikan oleh para ulama dalam berbagai kitab yang berkenaan dengan mu'jizat Rasul Saw seperti Khushushiyat Rasul karya Syaikh Nuruddin Al-Banjari dan Mawahib Al-Ladunniyah karya Imam Al-Kasthallani). Kejadian ini justru membuat Sayyidah Fatimah malu, dan entah apa yang dipikirkan oleh wanita terbaik ini hingga akhirnya Sayyidah Fatimah lebih memilih untuk bersabar dengan kehidupan susahnya dan menolak tawaran Rasul Saw. Tak lama setelah itu, Rasulullah Saw datang kembali ke rumah Fatimah dan mengajarkan kalimat subhanallah, alhamdulillah dan Allahu akbar masing-masing sebanyak 33 kali.

Sayyidina Ali sering sekali pulang dari pasar membawa hasil dagangannya.dengan hasil yang minim atau bahkan sering juga tidak sama sekali. Itupun kalau sudah dapat, Sayyidina Ali sering sekali menyedekahkannya kepada fakir miskin yang beliau temui di jalan pulangnya. Mungkin kita sering mendengar berbagai kisah Sayyidina Ali yang gemar menyedekahkan hartanya walaupun dalam keadaan susah. Di antara yang pernah saya dengar adalah pernah sudah tiga hari keluarga Sayyidina Ali tidak makan. Di rumah tidak ada apa-apa lagi yang bisa dijual selain sebuah jubah usang yang jika dijual hanya akan cukup untuk membeli beberapa potong roti saja. Tidak ada cara lain, mengingat Hasan, Husain dan Zainab sudah sangat kelaparan. Jubah usang yang sulit laku itu sepertinya memang harus dijual. Sayyidah Fatimah meminta suaminya untuk menjualnya dan uangnya dibelikan beberapa potong roti. Alhamdulillah ternyata terjual dan Sayyidina Alipun menukarkannya dengan tiga buah potong roti. Perut Sayyidina Ali yang sudah sakit keroncongan tidak ingin mencabik roti itu sedikitpun sebelum sampai di rumah dan menikmati kelezatan roti itu bersama istri dan anak-anaknya. Tapi apalah daya, di dalam perjalan menuju pulang, tiga kali Sayyidina Ali berpapasan dengan tiga orang pengemis yang kelaparan. Ketiga potong roti itupun habis dibagi-bagikan kepada para pengemis.

Anda jangan berpikir, sesampai di rumah nasib Sayyidina Ali akan tragis sebab pasti akan didamprat oleh istri yang sudah kelaparan. Ternyata tidak, setelah mengetahui Sayyidina Ali tidak membawa sedikit makananpun, Sayyidah Fatimah menyambut suaminya itu dengan penuh senyum dan rahmat. Selanjutnya saya tidak tahu, entah apa yang akan mereka makan pada hari itu. Husnuzhon saya mungkin di dalam rumahnya Allah menurunkan hidangan surga untuk keluarga itu, pastinya kita tidak ada yang tahu. Yang jelas ternyata mereka masih terus bertahan hidup untuk waktu yang lama setelah hari itu walaupun kejadian itu tidak terjadi hanya sekali atau dua kali.

http://trimudilah.blogspot.com/2009/09/istri-istri-dulu-vs-istri-istri.html

---

Perdagangan dengan manusia, ada untung, ada rugi, perdagangan dengan Allah selalu menguntungkan

Qs Fatir : 29

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi

---

Ganjaran pahala dari Allah

QS Al Baqarah : 261

Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui

---

Barangsiapa bershalawat untukku (Nabi MUhammad) sekali, maka Allah bershalawat untuknya sepuluh kali. (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

---

Ganjaran bagi para kekasih Allah

QS Yunus : 62-64

Ketahuilah sesungguhnya kekasih-kekasih Allah tidak takut apa yang terjadi dan tidak bersedih apa yang sudah terjadi karena kesungguhan iman dan ketakwaan mereka kepada Allah, untuk mereka Allah gembirakan hidup di Dunia ini apalagi di Akhirat kelak, itu pasti untuk mereka, itulah kemenangan besar bagi hamba-hamba yang bertaqwa

---

Cara menjadi kekasih Allah

1. Mencintai Allah yang maha agung

2. Mengikuti Al Quran

3. Tidak terlalu cinta dunia

4. Sibuk hari harinya untuk menambah bekal di hari kiamat

---

Agar kita tidak tertipu oleh manis urusan dunia ada baiknya kita renungkan nasihat bijak dari khalifah ke dua Amirul Mukminin Umar ibnu Khatthab:
”Letakkan kehidupan dunia itu dalam gengaman tangan anda, jangan letakkan dunia didalam hati anda.”

Bagaimana bila kita meletakkan “sesuatu” itu ditangan kita? Bisakah “sesuatu” itu kita lemparkan menjauh dari kita? Bisakah “sesuatu” itu kita masukan ke dalam saku kita? Tentu jawabannya adalah bisa. Mengapa? Karena sesuatu itu ada di tangan kita pastilah ada di dalam kendali kita mau kita apakan saja bisa. Kita tinggalkan bisa, kita lempar bisa, kita berikan ke seseorang juga bisa. Sebab semuanya masih ada dalam kendali kita. Hal ini akan lain bila “sesuatu” itu ada dalam “hati” kita. Sebab sesautu yang sudah melekat di dalam hati akan sulit kita lepaskan. Dan bila kita lepaskan, maka biasanya akan terasa sakit. Oleh karena itu nasihat sang khalifah ini benar-benar bijak. Letakkan dunia ini hanya sebatas di dalam genggaman tangan saja. Jangan sampai masuk ke hati. Iblis dan setan berusaha merayu kita untuk meletakkan dunia itu tidak hanya di dalam genggaman tangan tetapi sampai masuk ke hati.

Khalifah Umar inbu Khatthab benar. Mengapa dunia cukup hanya kita letakkan di dalam genggaman dan tidak dalam hati. Sebab nilai dunia bila dibandingkan dengan nikmat akhirat adalah tiada bandingnya. Perhatikanlah sabda Rasulullah SAW tentang nilai dunia: “Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan,maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat? (HR Muslim)

Pertanyaannya seberapakah banyak air yang mampu kita angkat dengan jari kita? Setetes, dua tetes, atau baling banyak tiga tetes. Itulah nikmat dunia bila dibandingkan dengan nikmat akhirat. Lantas seberapakah nikmat akhirat itu? Nikmat akhirat itu adalah air sebanyak lautan itu sendiri. Luar biasa, itulah kata yang pantas kita ucapkan. Sebab bila kita mau bersabar sedikit dikehidupan dunia ini tentulah kita akan termasuk orang-orang yang beruntung. Bagaimana tidak beruntung? perniagaan mana yang bisa mendatangkan keuntungan seperti ini? Hanya modal setetes, dua tetes mendapatka seluruh air dilautan. Sungguh perniagaan yang menguntungkan. Alangkah ringannya hanya dengan meletakkan dunia di dalam genggaman, kita akan mendapatkan keuntungan perniagaan yang sangat besar.

http://obedjustin.blogspot.com/2013/02/hidup-kita-ini-ialah-sementara.html

---

Ibadah adalah simpanan kekayaan untuk akhirat/Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut