12 Februari 2014

Pengajian Masjid Raya Bani Umar Tanggal 11 Feb 2014 Ustadz Reza M Syarif

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 11 Feb 2014
Pembicara : Ustadz Reza M Syarif
Tema : Meraih Keberkahan rezeki

Seberapa pentingkah keberkahan itu ?

1. Tentang hal hal yang berkaitan dengan makanan

Doa sebelum makan : Allahumma baarik llanaa fiima razaqtanaa waqinaa adzaa ban-naar, Artinya : Yaa Allah, berkahilah rezeki yang engkau berikan kepada kami, dan peliharalah kami dari siksa api neraka

Jadi, makanan yang sangat penting adalah makanan yang diberikahi Allah

2. Tentang hal hal yang berkaitan dengan salam

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Artinya : Semoga Allah memberikan keselamatan, kasih sayang dan keberkahan atasmu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Jika seseorang di antara kalian berjumpa dengan saudaranya, maka hendaklah memberi salam kepadanya. Jika antara dia dan saudaranya terhalang pepohonan, dinding atau bebatuan; kemudian mereka berjumpa kembali, maka ucapkan salam kepadanya” (HR. Abu Daud).

Urutan salam yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Riwayat Bukhary adalah sebagai berikut:

a. Orang yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan
b. Orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk
c. Rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang lebih banyak
d. Yang kecil (muda) memberi salam kepada yang besar (tua)

3. Tentang Doa bagi kedua mempelai di dalam suatu walimah : "Barakallahu laka wabaaraka 'alaika wajama'a baynakuma fii khair".

Artinya : Semoga Allah mencurahkan keberkahan kepadamu dan istrimu. Semoga Allah menyatukan kamu berdua dalam segala kebaikan." (HR. Bukhari)

4. Tentang doa untuk keberkahan negeri

QS Al A'raf : 96

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya

Jadi, jika penduduk suatu begeri beriman dan bertaqwa, InsyaAllah negeri tersebut mendapatkan keberkahan

Pengertian Berkah, Berkah secara bahasa bahasa artinya “an-namaa’ “(tumbuh) dan “az-ziyaadah” (bertambah). Secara istilah, secara sederhana berkah adalah bertambahnya nilai dari suatu kebaikan dan ketaatan

---

Ruang lingkup keberkahan
1. Terletak pada kemanfaatan
2. Mendekatkan diri kepada Allah
3. Semakin santun kpd sesama

---

Bagaimana cara mendapatkan rezeki yang barokah

1. Iman
2. Imun : terhadap maksiat
3. Aman
4. Amin : Dipercaya
5. Taqwa

JILBAB : Jujur Indah Luwes Beradab Anggun Berwibawa

---

Hal hal yang membatalkan keberkahan

1. Memutuskan silahturahim
2. Menghardik anak yatim

Macam macam ujian
1. Cobaan
2. Teguran
3. Azab

---

Anjuran untuk berbuat perbaikan dan larangan dari berbuat kerusakan di muka bumi telah ditekankan dalam berbagai ayat, di antaranya adalah firman-Nya

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.” (QS. Al-A’râf : 56)

“Dan janganlah kalian mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.” (QS. Asy-Syu’arô` : 151-152)

Menyeru manusia kepada prinsip ini adalah salah satu tugas para nabi dan rasul. Nabi Sholih ‘alaihissalâm menyeru kaumnya,

“Dan ingatlah olehmu di waktu Dia menjadikan kalian pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagi kalian di bumi. Kalian dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kalian pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kalian merajalela di muka bumi membuat kerusakan.” (QS. Al-A’râf : 74)

Dan Nabi Syu’aib ‘alaihissalâm berkata kepada kaumnya,

“Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Rabb bagi kalian selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari Rabb kalian. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kalian kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi sesudah diperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”.” (QS. Al-A’râf : 85)

Dan Nabi Musa ‘alaihissalâm berpesan kepada saudaranya Nabi Harun ‘alaihissalâm,

“Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan buatlah perbaikan, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. Al-A’râf : 142)

Dan orang-orang sholih di masa Nabi Musa mengingatkan Qârûn,

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash : 77)

Dan syari’at kita telah menerangkan bahwa berbuat kerusakan adalah akhlak orang-orang Yahudi, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya,

“Dan mereka (orang-orang Yahudi) berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. Al-Mâ`idah : 64)

Dan hal tersebut juga merupakan akhlak orang-orang munafiqîn,

“Dan bila dikatakan kepada mereka (orang-orang munafiqîn), Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab, “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah : 11-12)

Syari’at Islam benar-benar mengutuk dan sangat mencela perbuatan kerusakan di muka bumi, sehingga dijelaskanlah dalam ajarannya berbagai jenis perbuatan kerusakan yang berseberangan dengan nilai-nilai Islam yang mulia nan luhur. Diantara bentuk kerusakan itu adalah menumpahkan darah yang terjaga dan terlindungi -dari kalangan muslimin maupun kafir yang haram untuk dibunuh,

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al-Mâ`idah : 32)

“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash : 4)

Di antara perbuatan kerusakan ialah mencuri harta manusia, baik milik pribadi maupun milik umum,

“Saudara-saudara Yusuf menjawab, “Demi Allah sesungguhnya kalian mengetahui bahwa kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah para pencuri”.” (QS. Yûsuf :73)

Menghalangi manusia ke jalan Allah termasuk perbuatan kerusakan di muka bumi,

“Dan janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kalian berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kalian. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-A’râf : 86)

Menyimpang dari kebenaran setelah mengetahuinya dan mengikuti hawa nafsu juga termasuk perbuatan kerusakan,

Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Âli Imrân : 63)

“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (QS. Al-Mukminûn : 71)

Dan ingatlah bahwa Allah Al-‘Azîz Al-Jabbâr telah menegaskan berbagai ancaman bagi siapa yang berbuat kerusakan di muka bumi,

“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bersilang, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka akan beroleh siksaan yang besar.” (QS. Al-Mâ`idah : 33)

“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” (QS. Ar-Ra’d : 25)

“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (QS. Al-Baqarah : 204-206)

“Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan.” (QS. An-Nahl : 88)

Kemudian ketahuilah, bahwa sebab munculnya kerusakan di muka bumi adalah karena perbuatan tangan manusia sendiri,

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rûm : 41)

Dan berpaling dari perintah Allah juga merupakan sebab munculnya kerusakan di tengah manusia,

“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kalian (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al-Anfâl : 73)

Dan sebaliknya, mengadakan perbaikan dan kemashlahatan di suatu negeri adalah salah sebab tertolaknya bencana dan azab dari negeri tersebut,

“Dan Rabbmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri karena kezholiman (yang mereka lakukan), sedang penduduknya orang-orang yang mengadakan kemashlahatan (perbaikan).” (QS. Hûd : 117)

Dan ketahuilah, bahwa tiada keselamatan bagi segenap hamba kecuali dengan memerangi segala bentuk perbuatan kerusakan, baik itu kerusakan pada keyakinan, kerusakan pemikiran, kerusakan aksi dan tindakan, dan sebagainya. Allah ‘Azzat Hikmatuhu menegaskan,

“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (QS. Hûd : 116)

Dan Allah berfirman,

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash : 83)

Dan untuk kaum muslimin di zaman ini, kami ingatkan dengan firman Allah ‘Azza wa Jalla,

“Dan berkata Fir`aun (kepada pembesar-pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Rabb-nya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agama kalian atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.” (QS. Ghôfir : 26)

http://jihadbukankenistaan.com/jalan-petunjuk/anjuran-untuk-berbuat-perbaikan-dan-peringatan-akan-bahaya-berbuat-kerusakan-di-muka-bumi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut