18 Juni 2014

Pengajian Masjid Raya Bani Umar 17 Juni 2014 Ustadz Bobby Herwibowo dan Pak Yuli Pujihardi Keutamaan zakat dan Bedah buku "Sejuta Nikmat Zakat"

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 17 Juni 2014
Pemateri : Ustadz Bobby Herwibowo dan Pak Yuli Pujihardi
Tema : Keutamaan zakat dan Bedah buku "Sejuta Nikmat Zakat"

Pembacaan ayat suci Al Quran :

Qs Al Baqarah : 42-46

Dan janganlah kamu campur-adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahui. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukulah bersama orang-orang yang ruku. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

---

“Sejuta Nikmat Zakat (Catatan Seorang Amil Zakat)” adalah judul buku karya Yuli Pujihardi. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman sang penulis yang bekerja di sebuah lembaga amil zakat ternama di Jakarta. Menarik dan menggugah.

Buku yang terbit pada Juli 2013 itu menarik karena kisah-kisahnya faktual. Menggugah karena kisah-kisahnya menyentuh perasaan.

Bacalah kisah “Transfer Rp 50,-“. Bahwa, di sebuah hari, kantor amil zakat si penulis heboh. Ada seseorang yang mentransfer zakatnya Rp 50,-. Lima puluh rupiah? Ditranfer? Besar manakah zakat yang disetorkan dengan biaya transfernya? Kehebohan semakin menebal ketika sampai kepada pertanyaan: Perlukah memasukkan zakat ‘aneh’ itu dalam daftar para pembayar zakat yang rutin dilaporkan tiap Jum’at di salah sebuah surat kabar nasional?
Terjadi perdebatan di internal lembaga amil zakat itu. Misal, “Akan tampak sangat aneh di laporan itu jika angka Rp 50,- nanti bersanding dengan deretan 8 angka atau 7 angka dari muzakki atau donatur lainnya”. Tetapi, rapat memutuskan untuk tetap memuat zakat Rp. 50,-. Alsannya? “Semata-mata sebagai bentuk profesionalisme dan pertanggungjawaban kami kepada donatur” (hal. 12). Sepekan setelah laporan zakat Rp.50,- terbit di koran, datanglah seseorang ke kantor amil zakat tersebut. Jika melihat performanya, dia tampak sebagai orang yang berpunya. Dia lalu menunjukkan bukti setor zakat Rp.50,- dan itu membuka rahasia tentang siapa yang telah mengirim zakat ‘aneh’ itu. “Saya semakin yakin bahwa lembaga ini sangat amanah dan professional karena berapapun uang zakat yang diterima, dicatat dengan baik dan benar,” kata sang tamu. “Maaf,” lanjut si tamu, “Sebenarnya saya hanya ingin menguji, apakah Anda mencatat penerimaan dari saya atau tidak. Ternyata Anda tetap mencantumkan nama saya dalam daftar penerimaan itu”.
Si tamu makin yakin bahwa pilihan dia membayar zakat melalui lembaga amil tersebut tidaklah salah. Dia lalu mengeluarkan selembar cek dan menuliskan angka zakatnya, Rp 48 juta.

Bacalah juga “Dua Kali Membayar Zakat dalam Sehari”. Banyak yang tahu, malam 1 Syawal atau di negeri ini popular disebut sebagai Malam Takbiranadalah hari kerja yang paling panjang bagi para amil zakat dalam setahun. Ini terjadi karena banyak muzakki memilih menyerahkan kewajiban zakatnya kepada amil zakat di malam itu. Di sebuah malam 1 Syawal dan jam sudah menunjuk pukul 23.00, lewat telepon seorang muzakki meminta si penulis untuk mengambil zakatnya. Kata si muzakki, zakat silakan diambil di rumahnya pukul 01.00 sebab pukul 02.00 dia sekeluarga akan mudik. Si penulis lalu meminta temannya untuk mengambil zakat yang dimaksud. Si teman yang dimintai tolong heran, sebab pada paginya -pukul 10.00- orang yang sama telah menyerahkan zakat Rp 40 juta lewat lembaga mereka. Masa sehari berzakat dua kali, pikir si teman bernada tanya. Singkat kata, si teman sampai di rumah si muzakki pukul 00.45. Menjawab rasa heran si amil zakat, akhirnya si muzakki menjelaskan, “Tadi pagi, saya menelepon 3 lembaga zakat agar mengambil zakat di rumah saya. Saya tunggu sampai pukul 22.00 malam ini, hanya satu lembaga yang datang dan tepat waktu”. Setelah dikonfirmasi ulang oleh si muzakki dan dua lembaga itu bilang ‘sebentar lagi’, tapi ternyata sampai pukul 23.00 tetap tak datang juga. Maka, “Ini uang yang seharusnya saya serahkan ke lembaga amil zakat yang tak jadi datang. Jumlahnya Rp 78 juta,” kata si muzakki (hal. 21). Dua kisah di atas menunjukkan kinerja amil zakat yang amanah sehingga dipercaya muzakki. Kecuali soal amanah, buku ini –secara tak langsung-juga mengajak para amil zakat untuk professional.

Bacalah “Jalan Menuju Surga”. Di sebuah hari libur, si penulis kebagian piket di kantor. Memang, banyak lembaga amil zakat yang tetap membuka kantornya di hari libur. Hal itu untuk melayani para tamu -termasuk para muzakki- yang ingin memanfaatkan hari libur untuk menyerahkan zakatnya secara langsung. Di saat si penulis bersiap-siap shalat dhuhur dan beristirahat siang, datang dengan bergandengan tangan sepasang suami-istriyang telah renta. Dia menyambutnya dengan setengah hati karena mengira –dengan melihat penampilanmereka- si tamu adalah mustahik yang sedang memerlukan ‘jatah’-nya. Ternyata si penulis salah. Sepasang suami-istri berusia 70-an tahun itu lalu mengeluarkan celengan gerabah berbentuk ayam jago. Ada dua hal menarik atas celengen itu. Pertama, benda itu dibungkus kain sangat rapat seperti lazimnya orang yang sedang melindungi barang berharganya. Kedua, di dekat lubang tempat memasukkan uang ada tulisan: “Jalan Menuju Surga”. Si penulis menanyakan maksud tulisan “Jalan Menuju Surga” tersebut. Si kakek (sebut saja begitu) lalu menjelaskan, bahwa “Tabungan ini memang saya siapkan agar bisa menjadi jalan kami menuju surga. Walau tak seberapa, semoga zakat saya bisa membuat orang yang sakit jadi sembuh, yang belum punya usaha bisa berusaha kecil-kecilan” (hal. 7). Setelah celengan dipecah dan uangnya memenuhi meja di depan mereka, berkatalah si nenek (sebut saja demikian), “Kami minta tolong bantu hitungkan tabungan kami ini.” Ternyata, zakat mereka Rp. 4.760.000,-. Atas kenyataan itu si penulis malu karena,pertama, telah berprasangka negatif. Kedua, bahwa dia yang sebelum bekerja di lembaga amil zakat telah bekerja di salah sebuah bank ternama sejauh ini belum pernah berzakat sebesar itu. Ketiga, bahwa penghasilan dia sebagai amil diambilkan dari zakat para muzakki termasuk dari sepasang kakek-nenek itu. Kisah ‘kakek-nenek’ di atas mengirim pesan agar para amil zakat selalu bersikap professional. Terkait ini, maka selalu berpikir positif dan –sebaliknya- tak mudah berprasangka negatif adalah sebagian dari contoh sikap professional.

http://www.anwardjaelani.com/kisah-kisah-indah-pezakat/

---

Pagi itu Yudi, -bukan nama asli- sedang menyantap sarapan pagi bersama istri dan dua orang anaknya. Waktu saat itu menunjukkan pukul 05.20 WIB. Mereka bergegas menyantap sarapan. Itulah kebiasaan Yudi sekeluarga setiap hari. Mereka harus meninggalkan rumah setengah enam pagi kalau tidak ingin terlambat dalam aktivitas keseharian. Namun dalam ketergesaan di pagi buta itu, terdengar suara pintu di ketuk oleh seseorang. Istri Yudi segera berhambur ke arah pintu depan. Di sana rupanya ada seorang ibu tetangga rumah beserta anaknya yang datang dengan sebuah bungkusan. "Ada apa, ibu?" tanya istri Yudi. "Boleh saya bertemu dengan pak Yudi?" tanya sang tamu. Perempuan itu dipersilakan masuk. Ia menunggu di ruang tamu, sementara Yudi menyelesaikan sarapan. Usai itu, Yudi datang menyapa. Ia menanyakan ada apa gerangan. Di sisinya sang istri turut mendengarkan. Ibu sang tamu kemudian berkata lirih, "Pak Yudi, tolong beli handuk ini…!" Yudi dan istri saling bertatapan heran. Setahu mereka sang tetangga ini tidak pernah berjualan. "Sejak kapan sang ibu ini berjualan handuk?" batin mereka berdua. Namun mereka berdua merasa aneh, saat mereka membuka bingkisan yang disodorkan tiada lain adalah sebuah handuk bukan baru melainkan usang terpakai. Yudi dan istri terheran. Mereka tidak mengerti apa maksud sang ibu menawarkan handuk usang. Setelah beberapa saat, Yudi pun mendapatkan sebuah pertanyaan untuk dilontarkan. "Kenapa ibu mau jual handuk ini? Tanya Yudi. "Suami saya sudah beberapa hari gak pulang, Pak! Saya gak tahu apakah dia kabur karena kawin lagi atau sudah meninggal di jalan. Biasanya kalau lagi bawa truk ke Jawa, 1 minggu paling lama dia sudah pulang. Sampai sekarang sudah dua minggu lebih gak ada kabar. Gak ada telpon, sms atau apapun. Padahal di rumah saya gak punya uang dan makanan. Sudah 2 hari saya bilang ke anak-anak untuk sabar menahan lapar. Tapi tadi malam saya sudah gak kuat mendengar jerit anak-anak saya kelaparan. Tolong beli handuk ini, Pak…! Saya gak mau mengemis, saya juga gak berani ngutang. Tolong ya pak…!" ibu tadi menutup kalimatnya dengan nada memelas. Yudi dan istri merasa lemas mendengarnya. Keduanya menghela nafas panjang. Bergegas Yudi dan istri masuk ke dalam kamar. Mereka tidak kuat mendengar keluhan tetangga. Namun, celakanya uang yang mereka punya hanya Rp 200 ribu saja. "Berapa yang pantas untuk diberikan?" gumam mereka berdua. Akhirnya Yudi memutuskan untuk memberi uang sejumlah Rp 150 ribu. Padahal sebelumnya sang istri mengingatkan bahwa tanggal gajian masih seminggu lagi. Dari mana uang untuk makan dalam beberapa hari tersebut? Yudi menjawab singkat, "Allah pasti menolong kita!" Yudi memberikan sejumlah uang di atas kepada tetangganya. Setelah ibu itu berpamitan, Yudi dan seluruh anggota keluarga pergi meninggalkan rumah. Rute yang dilalui adalah; mengantarkan anak-anak ke sekolah, lalu ke tempat kerja istri dan terakhir menuju kantor. Yudi dan istri menikmati perjalanan rutin di pagi itu. Namun ada satu rasa di dalam hati mereka yang tengah bersemi. KEBAHAGIAAN & KEDAMAIAN, itu yang mereka rasakan. Energi kebaikan itu dirasakan oleh Yudi sepanjang hari. Senyum terus terkembang di wajahnya. Semua orang yang ia jumpai selalu menyapanya. Alangkah berkah hari itu Yudi rasakan. Pukul 16.00 WIB hari itu usai shalat Ashar, Direktur SDM di kantornya memanggil Yudi datang ke ruangan. Tak terlintas di benak Yudi, ada apa gerangan? Yudi mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk. Setelah duduk di sebuah kursi di ruang itu, Yudi bertanya ada apa gerangan ia dipanggil. Wajah sang direktur terlihat ceria. Beberapa kali senyuman terulas di wajahnya. Yudi bergumam, ini mungkin menjadi satu lagi penambah keberkahan hari Yudi. Setelah berbincang beberapa lama, sang direktur memberitahukan bahwa tahun ini seperti masa-masa sebelumnya perusahaan memberangkatkan 1 orang dari pegawai untuk berangkat ibadah haji. Direktur SDM itu memberitahukan bahwa pegawai yang beruntung tahun itu adalah YUDI. Allahu Akbar ! tubuh Yudi berguncang hebat. Tak mampu menahan gemuruh dalam ruang batinnya. Ia pun bersyukur kepada Allah dan tersungkur sujud. Ia tidak hanya menjabat tangan sang direktur, saking girangnya ia memeluk tubuh sang direktur dan ia ucapkan terima kasih berulang kali. Ia kembali ke rumah dengan hati berbunga. Rasanya kali itu adalah perjalanan pulang ke rumah yang paling indah yang pernah ia alami. Sambil memegang kemudi mobil, berkali-kali bulir air mata menetes di pipi Yudi. "Alangkah murahnya Allah!" hatinya memuji. Yudi pun tiba di rumah. Setelah mobil diparkir, ia pun lari berhambur mencari istrinya. Istrinya terheran-heran melihat gelagat suaminya, kemudia ia pun menanyakan Yudi apa yang terjadi? Yudi lalu menceritakan kabar gembira bahwa dirinya akan berangkat haji tahun ini. Setelah keduanya merasakan kegembiraan itu, keduanya pun mengerti bahwa Allah Swt memberikan anugerah yang amat berharga itu setelah Yudi dan istri memberikan bantuan kepada seorang ibu tetangga tadi pagi!

https://id-id.facebook.com/JemputAkuMenjadiBidadarimu/photos/a.100884376721741.939.100536116756567/266003263543184/?type=1&permPage=1

---

Keutamaan "kepedulian" terhadap tetangga :

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, "Demi Allah tidaklah seseorang beriman! Demi Allah tidaklah seseorang beriman! Demi Allah tidaklah seseorang beriman!, Mereka para sahabat bertanya, "Siapa ya Rasulullah?". Rasulullah menjawab, "Seseorang yang tetangganya tidak aman dari kejahatannya". (HR. al-Bukhari).

http://id-id.facebook.com/notes/al-quran-hadist-today/10-kiat-sukses-bertetangga/242427998270

---

Dari Abdullah ibnul Mishwar, ia berkata, “Saya pernah mendengar lbnu Abbas meriwayatkan dari lbnu Zubair di mana dia berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,’Seorang yang beriman tidak akan kekenyangan sedangkan tetangganya dalam keadaan lapar.” (Shahih)

http://rumaysho.com/akhlaq/tetangga-yang-baik-dan-tetangga-yang-jelek-2-1610

---

Keutamaan sedekah : Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan melainkan bertambah-bertambah dan bertambah (HR Tirmidzi)

https://id-id.facebook.com/note.php?note_id=165395590154914

---

Keutamaan memberi makan orang miskin

Qs Al Ma'un

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. orang-orang yang berbuat riya. dan enggan (menolong dengan) barang berguna.

---

Keutamaan berjihad di jalan Allah

QS Muhammad : 7

“Wahai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Allah niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.

Maksud menolong agama Allah tentunya tidak sebatas ibadah ritual di masjid atau ceramah tapi bagaimana kita memberikan yang terbaik buat kehidupan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut