19 Agustus 2014

Pengajian Masjid Raya Bani Umar 19 Agustus 2014 Ustadzah Nok Waliyah Tips Membangun Kreativitas anak dan remaja

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 19 Agustus 2014
Pemateri : Ustadzah Nok Waliyah
Tema : Tips Membangun Kreativitas anak dan remaja

“Barangsiapa memberi petunjuk pada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikuti ajakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun juga.” (HR. Muslim)

Bagaimana islam memandang kreativitas ? Boleh, harus berlandaskan akidah islam

---

Didik anak dengan ajaran yang islami

Qs Ali Imran
: 19

Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya

---

Penanaman aqidah : Pemahaman di jiwa

---

Rasulullah memberikan nasehat tentang tauhid kepada Ibnu Abbas yang ketika itu masih kecil, inilah pentingnya menanamkan aqidah sedari kecil

Dari Abil Abbas Abdullah bin Abbas dia berkata : “Dahulu aku pernah berada di belakang Rasulullah, lalu beliau bersabda : “Wahai anak kecil sesungguhnya aku ingin mengajarimu beberapa kata, jagalah Allah, maka pasti Allah menjagamu, jagalah Allah pasti kau akan menjumpai-Nya dihadapanmu. Apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya suatu umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak bisa memberi manfaat tersebut kecuali yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan apabila mereka berkumpul untuk memadharatkanmu maka mereka tidak bisa memadharatkanmu kecuali dengan apa-apa yang ditakdirkan oleh Allah atasmu, telah di angkat pena dan telah kering tinta” (HR. Tirmidzi)

http://kaffah4829.wordpress.com/artikel/jagalah-allah-maka-allah-pasti-menjagamu/

---

Cara menanamkan aqidah : Siap dalil, doktrin, nasehat, di waktu/suasana kapan ?

1. Ketika dalam perjalanan
2. Ketika makan
3. Ketika sakit

---

Salah satu pola asuh yang diajarkan di dalam Al Quran

QS Luqman : 12-19

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

---

Parenting Ala Ali Bin Abi Thalib

"Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, Karena mereka hidup bukan di jamanmu" itulah quote tekenal dari Ali Bin Abi Thalib RA, khalifah ke-4 umat islam yang terkenal dengan kepintaran, kejujuran dan juga kesetiaannya terhadap Rasulullah SAW.

Seperti sudah kita pahami bahwasannya mendidik dan membesarkan anak adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Banyak hal yang harus diperhatikan untuk menentukan pola pendidikan yang terbaik bagi masing-masing anak, apalagi mereka tidak hidup di jaman dahulu.
Menurut Ali bin Abi Thalib Ra. ada tiga pengelompokkan dalam cara memperlakukan anak:

1. Kelompok 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun), perlakukan anak sebagai raja.
2. Kelompok 7 tahun kedua (usia 8-14 tahun), perlakukan anak sebagai tawanan.
3. Kelompok 7 tahun ketiga (usia 15-21 tahun), perlakukan anak sebagai sahabat.

ANAK SEBAGAI RAJA (Usia 0-7 tahun)

Melayani anak dibawah usia 7 tahun dengan sepenuh hati dan tulus adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan. Banyak hal kecil yang setiap hari kita lakukan ternyata akan berdampak sangat baik bagi perkembangan prilakunya, misalnya :

>> Bila kita langsung menjawab dan menghampirinya saat ia memanggil kita bahkan ketka kita sedang sibuk dengan pekerjaan kita - maka ia akan langsung menjawab dan menghampiri kita ketika kita memanggilnya.

>> Saat kita tanpa bosan mengusap punggungnya hingga ia tidur, maka kelak kita akan terharu ketika ia memijat atau membelai pungung kita saat kita kelelahan atau sakit.

>> Saat kita berusaha keras menahan emosi di saat ia melakukan kesalahan sebesar apapun, lihatlah dikemudian hari ia akan mampu menahan emosinya ketika adik/ temannya melakukan kesalahan padanya.

Maka ketika kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk melayani dan menyenangkan hati anak yang belum berusia tujuh tahun, insya Allah ia akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan, perhatian dan bertanggung jawab. Karena jika kita mencintai dan memperlakukannya sebagai raja, maka ia juga akan mencintai dan memperlakukan kita sebagai raja dan ratunya.

ANAK SEBAGAI TAWANAN (usia 8-14 tahun)

Kedudukan seorang tawanan perang dalam islam sangatlah terhormat, Ia mendapatkan haknya secara proporsional, namun juga dikenakan berbagai larangan dan kewajiban. Usia 7-14 tahun adalah usia yang tepat bagi seorang anak bagi seorang anak untuk diberika hak dan kewajiban tertentu.

Rasulullah SAW mulai memerintahkan seoang anak untuk sholat wajib pada usia 7 tahun, dan memperbolehkan kita memukul anak tersebut (atau mengukum dengan hukuman seperlunya) ketika iIa telah berusia 10 tahun namun meninggalkan sholat. Karena itu usia 7-14 tahun adalah saat yang tepat dan pas bagi anak-anak kita untuk diperkenalkan dan diajarkan tentang hal-hal yang terkait dengan hukum-hukum agama, baik yang diwajibkan maupun yang dilarang, seperti:

>> Melakukan sholat wajib 5 waktu
>> Memakai pakaian yang bersih, rapih dan menutup aurat
>> Menjaga pergaulan dengan lawan jenis
>> Membiasakan membaca Al-Qur'an
>> Membantu pekerjaan rumah tanngga yang mudah dikerjakan oleh anak susianya
>> Menerapkan kedisiplinan dalam kegiatan sehari-hari

Reward dan punishment (hadiah/penghargaan/pujian dan hukuman/teguran) akan sangat pas diberlakukan pada usia 7 tahun kedua ini, karena anak sudah bisa memahami arti dari tanggung jawab dan konsekuaensi. Namun demikian, perlakuan pada setiap anak tidak harus sama kerena every child is unique (setap anak itu unik)

ANAK SEBAGAI SAHABAT (usia 15-21 tahun)

Usia 15 tahun adalah usia umum saat anak menginjak akil baligh. Sebagai orang tua kita sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat dan memberi contoh atau teladan yang baik seperti yang diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib Ra.

>> Berbicara dari hati ke hati
Inilah saat yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati dengannya, menelaskan bahwa ia sudah remaja dan beranjak dewasa. Perlu dikomunikasikan bahwa selain mengalami perubahan fisik, Ia juga akan mengalami perubahan secara mental, spiritual, sosial, budaya dan lingkungan, sehingga sangat mungkin akan ada masalah yang harus dihadapinya. Paling penting bagi kita para orang tua adalah kita harus dapat membangun kesadaran pada anak-anak kita bahwa pada usia setelah akil baliqh ini, ia sudah memiliki buku amalannya sendiri yang kelak akanditayangkan da diminta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT.

>> Memberi Ruang Lebih
Setelah measuki usia akil BAliqh, anak perlu memiliki ruang agar tidakmerasa terkekang, namun tetap dalam pengawasan kita. Controlling tetap harus dilakukan tanpa bersikap otoriter dan tentu saja diiringi dengan berdo'a untuk kebaikan dan keselamatannya. Dengan demikian anak akan merasa penting, dihormati, dicintai, dihargai dan disayangi. Selanjutnya, Ia akan merasa percaya diri dan mempunyai kepribadian yang kuat untuk selalu cenderung pada kebaikan dan menjauhi perilaku buruk.

>> Mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat.
Waktu usia 15- 21 tahun ini penting bagi kita untuk memberinya tanggung jawab yang lebih beratdan lebih besar, dengan begini kelak anak-anak kita dapat menjadi pribadi yang cekatan, mandiri, bertanggung jawab dan dapat diandalkan. Cobtoh pemberian tanggung jawab pada usia ini adalah seperti memintanya membimbing adik-adiknya, mengerjakan beberapa pekejaan yang biasa dikerjakan oleh orang dewasa, atau mengatur jadwal kegiatan dan mengelola kuangannya sendiri

>> Membekali anak dengan keahlian hidup.
Rasulullah SAW bersabda, "Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah" (Riwayat sahih Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Secara harfiah, olah raga berkuda, berenang dan memanah adalah olah raga yang sangat baik untuk kebugaran tubuh. Sebagian menafsirkan bahwa berkuda dapat pula diartikan mampu mengendarai kendaraan (baik kendaraan darat, laut, udara). Berenang dapat disamakan dengan ketahanan dan kemampuan fisik yang diperlukan agar menjadi muslim yang kuat. Sedangkan memanah dapat pula diartikan sebagai melatih konsentrasi dan fokus pada tujuan.

Di era modern, sebagian pakar memperluas tafsiran hadist diatas sebagai berikut :
> Berkuda = Skill of Life, memberi keterampilan atau keahlian sebagai bekal hidup agar memiliki rasa percaa diri, jiwa kepemimpinan dan pengendalian diri yang baik.
> Berenang = Survival of Live, mendidik anak agar selalu bersmangat, tidak mudah menyerah dan tegar dalam menghadapi masalah.
> Memanah = Thingking of Life, mengajarkan anak untuk membangun kemandirian berpikir, merencanakan masa depan dan menentukan target hidupnya.

http://bumiberpelangi.blogspot.com/2013/03/parenting-ala-ali-bin-abi-thalib.html

---

Anak anak biarkan bermain, Jangan dilarang

---

Dialog antara Nabi Ibrahim dengan Ismail, Dialod antara ayah dan anak adalah salah satu pola asuh dialogis

Qs As-saffat : 102

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar

---

Yang Diharapkan Orang Tua : Kebanyakan orang tua memang sangat mendambakan anaknya untuk kreatif, tapi kebanyakan dari mereka juga tidak tahu bagaimana cara mengembangkan kreativitas anak

Apa Itu Kreatifitas ?

John Kao, pengarang buku Jamming: The Art and Discipline in Bussiness Creativity, (1996) “Kita semua memiliki kemampuan kreatif yang mengagumkan, dan
kreativitas bisa diajarkan dan dipelajari

David Campbell, kreativitas adalah suatu ide atau pemikiran manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna, dan dapat dimengerti

Drevdahl. Menurutnya, kreativitas adalah kemampuan seseorang menghasilkan gagasan baru, berupa kegiatan atau sintesis pemikiran yang mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata

---

Bagaimana Islam Memandang Kreatifitas ?

Bagi setiap Muslim, landasan berpikir dan berbuat atau berkarya adalah akidah Islam.

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam buku At-Tafkîr (1973) memberikan contoh, bahwa berpikir tentang kebenaran dapat merupakan proses berpikir kreatif
(menggagas pemikiran baru).

Contoh: berpikir untuk menghasilkan sebuah pemikiran (baru), Jika sesuai Aqidah maka pemikiran itu merupakan kebenaran; jika tidak sesuai maka wajib dilakukan pengkajian Agar tercapai kebenaran

---

Kreatifitas pada anak anak

Kreativitas anak-anak bersifat ekspresionis yang bersifat spontanitas, terbuka, tangkas dan sportif. Ada 3 ciri dominan pada anak yang kreatif:
(1) spontan
(2) rasa ingin tahu
(3) tertarik pada hal-hal yang baru

Berarti semua anak pada dasarnya adalah kreatif; faktor lingkunganlah yang menjadikan anak tidak kreatif.

---

Penghambat Kreatifitas Anak
1. Perasaan Takut Gagal
2. Anak terlalu terpaku pada tata tertib dan tradisi sehingga sering kali menghambat adanya inovasi baru
3. Anak-anak enggan untuk bermain-main dan terlalu mengharapkan hadiah bila dihadapkan pada sebuah tugas tertentu
4. Orang-tua yang terlalu melindungi anak (biasanya terjadi banyak pada anak pertama) sehingga kesempatan bagi dirinya untuk belajar justru berkurang
5. Anak sering dibanding-bandingkan, padahal setiap anak unik

---

Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Kreatifitas Anak

1. Membangun Kepribadian Islam, Didik anak agar memiliki pola pikir dan pola sikap anak yang islami.

- Membacakan cerita, mengajari anak untuk selalu mengaitkan fakta baru dengan ilmu yang sudah diberikan, menghindarkan anak dari fakta dan informasi yang merusak , menseleksi tayangan TV, buku dan majalah.
- Meski anak belum sempurna akalnya, orangtua tetap perlu mengenalkan standar-standar kepada anak secara berulang-ulang.
- Biasakan pula mengenalkan dalil kepada anak.
- Senantiasa menghadirkan keteladanan yang baik pada anak di mana saja mereka berada

Setiap Sahabat Rasul adalah insan kreatif. Salman al-Farisi adalah penggagas Perang Parit; Umar bin al-Khaththab adalah penggagas ketertiban lalu-lintas; Abu Bakar ash-Shiddiq adalah penggagas tegaknya sistem ekonomi Islam; Khalid bin Walid adalah penggagas strategi perang moderen; dan banyak lagi.

2. Memilihkan Sarana Bermain yang Sesuai. Anak memiliki energi yang berlebih. Bermain merupakan penyaluran terbaik untuk membuang surplus energi mereka itu. Bertumbuhnya segi fisik-motorik, mental-intelektual/kognitif, sosial, moral, emosional, dan tentunya kreativitas

3. Kenalkan dengan Lingkungan Sosial. Pengenalan terhadap lingkungan sosial memberikan bekal empiris kepada anak untuk bermasyarakat hingga dewasa. Anak berkembang menjadi dirinya sendiri, sekaligus berkenalan dengan aturan main, dengan norma, sehingga dia dapat bergaul dengan wajar

4. Ajak Berhubungan dengan Alam, Tidak sebatas mengenalkan dengan nama-nama benda melainkan juga merangsang imajinasi anak untuk dapat memanfaatkan benda-benda tersebut. Beri kesempatan pada anak untuk berinteraksi dengan alam.

5. Jangan Asal Melarang. Cara pandang terhadap suatu masalah antara orang dewasa dengan anak-anak berbeda Selami pikiran anak-anak, pahami maksud dari apa yang dia kerjakan, dan jangan asal melarang. Beri dia pengertian dengan kalimat yang mendidik dan dapat dipahami oleh anak

6. Memfasilitasi Anak untuk Menilai Dunia. Sebagai Hal yang Penting Kreativitas digugah oleh daya tarik lingkungannya, punya kepedulian terhadap
orang lain, dan menilai hidup sebagai sesuatu yang penting Dimulai dari pembinaan hubungan antara anak dan orang tua sedini mungkin. Dengan dukungan dari orang tua, anak belajar mengekplorasi lingkungan dan memberi makna kepada obyek-obyek yang ditemuinya

7. Memfasilitasi Anak untuk Tetap Memiliki. Penilaian dan Pemahaman yang Unik. Protes, bantahan, inisiatif, kemauan, dan tindakan yang tak umum anak perlu difasilitasi. Mereka harus menghindari tanggapan yang sekedar melarang atau membolehkan. Orang tua perlu menjaga agar kepedulian dan rasa ingin tahu anak tidak hilang

8. Menggugah Anak Dengan Rangsangan yang Beragam. Orang tua perlu memperkenalkan anak dengan berbagai ranah kehidupan, seperti kehidupan sosial dan ekonomi, seni, olah raga, ilmu pengetahuan, dan kehidupan religius. Orang yang kreatif punya imajinasi yang sangat kaya karena ia juga punya pengalaman berhubungan dengan beragam hal dalam beragam ranah kehidupan

9. Melibatkan anak dalam melakukan Aktivitas-aktivitas Kreatif
a. Membayangkan apa yang akan dilakukan ketika dewasa
b. Membuat cerita sebelum tidur yang bersambung dan menggugah rasa penasaran anak
c. Mengajak anak untuk bermain peran yang ia ciptakan sendiri
d. Biarkan anak menjadi penunjuk jalan
e. Menari bersama
f. Berkebun bersama
g. Membuat layang-layang (mainan)bersama
h. Memasak bersama
i. Menumbuhkembangkan Motivasi (Dengan penghargaan diri, komunikasi dialogis dan kemampuan mendengar aktif maka anak akan merasa dipercaya, dihargai, diperhatikan, dikasihi, didengarkan, dimengerti, didukung, dilibatkan dan diterima segala kelemahan dan keterbatasannya. Maka anak akan
memiliki dorongan yang kuat untuk secara berani dan lancar mengemukakan gagasan-gagasannya

---

Kreatifitas Remaja

Untuk menjadi seorang yang kreatif tidak perlu melecehkan akidah, syariat, dan akhlak agama. Imam Abu Hanifah (80-15 0H), tokoh 4 mazhab pernah berjalan bersama Abu Laila, seorang hakim di Kufah. Keduanya melewati para biduanita yang sedang menyanyikan lagu tak senonoh. Ketika para biduanita itu kemudian diam, Abu Hanifah berkata kepada mereka, “Kamu semua sungguh baik!” Mendengar kata-kata itu, hati Abu Laila terkejut setengah mati. Lantas suatu ketika Abu Hanifah menjadi saksi bagi Abu Laila dalam suatu masalah, maka berkatalah Abu Laila, “Kesaksianmu tidak sah!” Abu Hanifah bertanya, “Kenapa?” Abi Laila menjawab, “Karena ucapanmu kepada para biduanita itu! Ucapanmu itu menunjukkan keridhaanmu terhadap kemaksiatan!” Abu Hanifah bertanya lagi, “Kapankah aku mengucapkan kalimat itu? Ketika mereka menyanyi atau ketika mereka diam?” Abi Laila menjawab, “Ketika mereka diam.” Abu Hanifah berkata, “Allahu Akbar! Sesungguhnya yang aku maksudkan dengan ucapan itu adalah bagusnya mereka ketika diam, bukan karena nyanyian itu!”

Kecerdasan Imam Abu Hanifah yang menggelitik kesadaran kita mengenai apa yang seharusnya dilakukan para seniman, penulis, dan insan kreatif lainnya
dalam mengekspresikan kreativitas mereka. Untuk menjadi seorang yang kreatif tidak perlu melecehkan akidah, syariat, dan akhlak agama

Remaja Muslim harus mengarahkan kreativitasnya dalam hal-hal yang mendatangkan pahala dan keridhaan Allah.

---

Perilaku orang tua

A. Otoriter

1. Paling tahu

2. Berkuasa

3. Memerintah

4. Selalu benar/menyalahkan

5. Emosional

6. Menolong

---

Watak anak

1. Merasa kurang tahu

2. Tidak berdaya

3. Menurut

4. Takut salah

5. Temperamen

6. Menerima saja

Jati diri anak

1. Sulit mengaktualisasikan jati diri

2. Tidak berprestasi

3. Kepedulian rendah

4. Tidak peduli

5. Mendahulukan emosi untuk menyelesaikan masalah

6. Mudah terpengaruh

---

B. Melindungi

Perilaku orang tua

1. Memanjakan

2. Memenangkan

3. Membela

Watak anak

1. Tergantung

2. Terjamin

3. Berlindung pada orang tua

Jati diri anak

1. Sulit berperan dewasa

2. Berkuasa

3. Rentan / tidak tahan banting

---

C. Membebaskan

Perilaku orang tua

1. Sangat percaya pada anak

2. Mengijinkan semua permintaan

Watak anak

1. Menganggap dewasa

2. Tidak terikat sistem

Jati diri anak

1. Kemauan harus dituruti

2. Binal

---

D. Suri tauladan

Perilaku orang tua

1. Mengarahkan / menjelaskan

2. Berdialog

3. Memberi pedoman / berprinsip

4. Bekerjasama

5. Membimbing

Watak anak

1. Hormat kepada orang tua

2. Senang berdiskusi

3. Berkesadaran tujuan hidup

4. Merasa diperlukan

5. Memiliki tempat bertanya

Jati diri anak

1. Menjaga nama baik keluarga

2. Mudah bersosialisasi

3. Berprinsip

4. Dewasa

5. Memiliki akar dalam keluarga

---

Sikap ortu dan anak yang tidak stabil

Penyedih/ dingin

1. Sangat murung

2. Tegang

3. Tidak bersemangat

4. Penuh perhitungan

5. Kaku

6. Dingin

7. Pendiam

8. Pasif

---

Sikap ortu dan anak Bergejolak / panas

1. Perasa

2. Tidak tenang

3. Agresif

4. Negatif

5. Berubah ubah

---

Sikap anak yang stabil

Berhati tenang, sejuk

1. Hati hati

2. Tenggang rasa

3. Damai

4. Terkendali

5. Dapat dipercaya

6. Emosi seimbang

---

Penuh semangat, bersemangat, gembira, hangat

1. Optimis

2. Aktif bermasyarakat

3. Orientasi

4. Bergembira

5. Pemimpin

6. Merdeka

7. Fleksibel / memahami

8. Perbedaan

9. Senang berkomunikasi

---

Jadi sikap yang harus dikembangkan dalam pola asuh kepada anak agar sukses dalam pendidikan adalah :

1. Bertaqwa

2. Fleksibel (flexible)

3. Keterbukaan (open)

4. Ketegasan (decisive)

5. Berencana (organize)

6. Mandiri (independence)

7. Toleransi (tolerate)

8. Disiplin (discipline)

9. Berani ambil resiko (risk taker)

10. Sprotif (sportive)

11. Setia kawan (lotalty)

12. Integritas (integrity)

13. Orientasi masa depan - penyelesaian tugas (future oriented)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut