27 Januari 2010

Liqo Tanggal 27 Januari 2010

Event : Liqo
Tanggal : 27 Januari 2010
Pembicara : Ummu Lia
Tema : Makna Islam yang sebenarnya

1. Bersyahadat Kepada Allah, Rasulullah
2. Meyakini, mengimani , mengamalkan Al Quran dan Hadist
3. tunduk dan taat kepada Al Quran dan Hadist
4. Sadar dan tidak ada rasa keterpaksaan

QS 2 : 208
Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu.
QS. al-Baqarah (2) : 208

QS 49 : 14
Orang-orang Arab Badwi itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
QS. al-Hujurat (49) : 14

--
Wanita Yang Dijamin Surga

Ummu Ruman Bintu Amir


Nama lengkapnya Ummu Ruman Binti Amir bin Uwaimir bin Abdusyams bin Iqab hingga bermuara pada Kinanah. Nama aslinya adalah Zainab atau Da’d. Namun, ia lebih populer dengan panggilan Ummu Ruman.

Ia tumbuh besar dan hidup di kawasan yang disebut As-Surrah, sebuah kawasan berbukit di jazirah Arab.

Begitu memasuki usia baligh, ia langsung dinikahi oleh Harits bin Sakhbarah bin Jurtsumah Al-Khair, salah seorang pemuda sekampungnya. Ia melahirkan seorang anak laki-laki yang mereka berinama Ath-Thufail.

Bersama suami dan anaknya, ia hijrah ke Mekah dan tinggal di sana dengan perlindungan Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.

Setahun setelah tinggal di Mekah, suaminya meninggal dunia. Abu Bakar akhirnya menikahinya untuk melindungi ia dan anaknya.

Sosok Ibu Pengasuh
Dari istri sebelumnya, Abu Bakar dikaruniai dua orang anak, Asma dan Abdullah. Sementara itu, dengan Ummu Ruman, ia dikaruniai Aisyah dan Abdurrahman. Antara Asma dan Aisyah hanya terpaut sepuluh tahun.

Ummu Ruman mendekap dan mengasuh keempat anak-anak Abu Bakar, di samping anak hasil perkawinannya dengan Harits, Ath-Thufail, dengan penuh kasih sayang, seolah-olah mereka adalah anaknya sendiri.

Masuk Islam
Ia langsung menyatakan masuk Islam setelah keislaman suaminya, Abu Bakar. Ia termasuk kelompok pertama yang masuk Islam. Semua anak-anaknya pun mengikuti jejak orang tua mereka dan masuk Islam, kecuali Abdurrahman yang masuk Islam belakangan. Rumahnya pun menjadi rumah kedua dalam Islam setelah rumah Rasulullah SAW.

Ath-Thufail, anak hasil perkawinan pertamanya dengan Al Harits, juga msuk Islam dini dan ia pernah meriwayatkan hadits dari Aisyah r.a. Diriwayatkan dari Ath-Thufail bin Al-Harits, saudara seibu Aisyah dari Ummu Ruman, bahwasanya Aisyah pernah bercerita kepadanya bahwa Abdullah bin Az-Zubair pernah berkomentar atas jual beli atau pemberian yang diberikan Aisyah kepadanya, “Demi Allah, sungguh Aisyah harus mengakhirinya atau akan kularang ia membelanjakan harta.” (Ketika dilapori demikian) Aisyah berkata, “Ia berkata demikian?” Orang-orang menjawab, “Ya.” Ia pun menukas, “Demi Allah, aku bernazar tidak akan pernah berbicara sepatah kata pun dengan Ibnu Az-Zubair selama-lamanya.” (Mendengar nazar Aisyah ini) Abdullah bin Az-Zubair meminta tolong pada Miswar bin Makhramah dan Abdurrahman bin Al-Aswad bin Abd Yaghuts agar membujuk Aisyah untuk membatalkan nazarnya. Mereka berdua lantas meminta izin bertemu Aisyah dan ia mengizinkan keduanya. Keduanya lantas berbicara dengannya dan membujuknya untuk mengingat Allah, unsur kekerabatannya dengan Ibnu Az-Zubair, dan sabda Rasulullah SAW (Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya sesama muslim diatas tiga hari). Ia pun akhirnya memaafkan Ibnu Az-Zubair.

Ummu Ruman turut menanggung selakna cobaan yang dialami kaum muslimin di Mekah. Ia tampil menjadi penyokong terbaik suaminya, Abu Bakar, yang termasuk orang yang paling banyak dapat siksaan dan tekanan.

Istri Yang Disiplin
Ummu Ruman memiliki cara berpikir yang bijak dan disiplin. Saat Khulah binti Hakim, istri ‘Utsman bin Mazh’un, datang menemuinya dan berkata (penuh ketakjuban), “Hai Ummu Ruman, apa gerangan kebajikan dan kebarakahan yang dianugerahkan Allah SWT kepada kalian ini?” Ia menukas, “Apa itu?” Khulah binti Hakim lantas menjelaskan, “Rasulullah SAW mengutusku untuk meminang Aisyah untuk beliau.” (Bukannya langsung menjawab ya) Ummu Ruman malah menjawab, “Tunggulah Abu Bakar sampai ia datang (biar dia yang memutuskan).”

Ia begitu menghargai suami sembari menjelaskan keterpujian sifatnya. Ketika mengutarakan masalah pinangan Nabi SAW tersebut pada Abu Bakar, ia langsung berseru kepadanya, “Tunggu aku!” Ia lantas bergegas keluar.

Ummu Ruman pun lantas menjelaskan duduk perkaranya pada Khulah, “Math’am bin Uday telah menyunting Aisyah untuk anak laki-lakinya. Demi Allah, Abu Bakar tidak pernah berjanji apa pun kemudian ia langgar sendiri.”

Abu Bakar ternyata pergi menemui Math’am bin Uday yang mengurungkan pinangannya pada Aisyah karena takut anaknya bakal terseret masuk Islam. Abu Bakar pun pulang dan berkata pada Khulah, “Undanglah Rasulullah SAW kemari!”. Khulah pun mengundang beliau. Selanjutnya Abu Bakar segera menikahkan beliau dengan putrinya, Aisyah, yang kala itu masih berusia enam tahun.

Mukminah Penyabar
Ketika Nabi SAW memutuskan hijrah dan menunjuk Abu Bakar sebagai pendampingnya, Abu Bakar pulang menemui Ummu Ruman dan memberitahunya. Dipamiti demikian, Ummu Ruman sama sekali tidak gentar meski harus menghadapi bahaya sendirian di Mekah bersama putra-putrinya. Ia malah berkata, “Sebab beliau juga meninggalkan anak-anak dan berhijrah.”

Selama ketiadaan suaminya, ia praktis menjalankan fungsi kepala rumah tangga secara penuh hingga akhirnya pergi berhijrah bersama keluarganya semua, didampingi putra-putri Nabi SAW. : Fatimah dan Ummu Kultsum, juga istri Nabi SAW. (Saudah), dengan dikawal oleh Zaid bin Haritsah, Abu Rafi (budak pembantu Rasulullah SAW), dan Abdullah bin Uraiqizh yang diutus khusus oleh Nabi SAW untuk memboyong mereka, ditambah lagi dengan keikutsertaan Thalhah bin Ubaidillah. Jadilah rombongan itu laiknya rombongan cahaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut