27 Januari 2010

Pengajian Masjid Raya Bani Umar Tanggal 26 Januari 2010

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 26 Januari 2010
Pembicara : Drs Wahidin Saputra MA
Tema : Panduan Dunia Akhirat

1. Gapai Akirat, jangan tinggalkan dunia

Dan di antara mereka ada orang yang mendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".
QS. al-Baqarah (2) : 201

2. Jaga hubungan baik dengan Allah, sesama manusia

3. Ikhlas beribadah hanya karena Allah

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
QS. al-Bayyinah (98) : 5

Mempelajari Al Qur’an dan Hadits agar Tidak Tersesat

Agama Islam merupakan agama yang mengajarkan ummatnya
agar hidup bahagia di dunia dan akhirat.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi
Al Qashash: 77

Sayangnya, banyak ummat Islam yang tidak mempelajari
sumber ajaran Islam dan mengamalkannya, sehingga
timbul berbagai macam bid’ah, aliran sesat, kerusakan
akhlak dan lain sebagainya.

Sebagai contoh, kita sering melihat orang yang
beragama Islam, tapi dia tidak sholat, berjudi,
berzinah, korupsi, dan sebagainya. Ada juga ummat
Islam yang terjerumus ke dalam kelompok sesat seperti
Inkar Sunnah yang tidak mengakui dan tidak mau
mengikuti sunnah Nabi, atau kelompok Ahmadiyyah yang
tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir dan
lain sebagainya. Hal ini jelas selain sesat juga
menimbulkan kemunduran di kalangan ummat Islam.

Oleh karena itu, ummat Islam perlu mempelajari ajaran
Islam berdasarkan sumber yang sahih, bukan dari sumber
yang tak jelas agar tidak tersesat. Sumber ajaran
agama Islam ada 2, yaitu Al Qur’an dan Hadits/Sunnah.

Sabda Rasulullah Saw: "Aku tinggalkan padamu dua hal,
yang tidak akan sesat kamu selama berpegang teguh
kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan sunnah
Nabi-Nya."(HR Ibnu 'Abdilbarri)

Al-Qur'an adalah kumpulan firman-firman Allah swt yang
disampaikan kepada Nabi, yang isinya dan redaksinya
berasal dari Allah SWT, dan diperintahkan oleh Nabi
untuk ditulis oleh para penulis wahyu. Sedang Hadits
atau Sunnah adalah segala perkataan Nabi (juga
perbuatan dan izinnya) dalam mendidik ummatnya sesuai
dengan bimbingan wahyu dari Allah SWT.

AL QUR’AN

Al Qur’an sebagai petunjuk sudah tidak diragukan lagi:

“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” [Al Baqoroh:2]

Sebagai seorang Muslim, kita diperintahkan Allah untuk
membaca Al Qur’an, agar bisa mendapatkan petunjuk yang
terkandung di dalamnya:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al
Kitab (Al Qur'an)...” Al Ankabuut:45

Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, karena itu
untuk mengetahui artinya, hendaknya kita
mengartikannya sesuai dengan aturan bahasa Arab yang
baku, bukan dengan tafsiran kita pribadi:

“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa
Arab supaya kamu memahami (nya).” Az Zukhruf:3

Terkadang banyak terjadi perbedaan penafsiran, dari
yang kecil, hingga yang tidak bisa ditolerir lagi.

Misalnya, ada sebagian orang yang meski ayatnya sudah
demikian jelas, namun mentafsirkannya sedemikian rupa,
sehingga bertentangan dengan makna aslinya. Contohnya
ada orang yang dengan alasan kesetaraan gender,
berusaha merubah hukum waris yang ada dalam Al Qur’an
serta menolak ayat An Nisaa: 34 yang menyatakan bahwa
pria adalah pemimpin bagi kaum wanita. Hal ini jelas
bertentangan dengan Al Qur’an:

“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada
kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat
itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang
dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka
mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk
menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya,
padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan
Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:
"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat,
semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan
orang-orang yang berakal.” [Ali Imron:7]


Jika setiap ayat Al Qur’an ditafsirkan secara
berbeda-beda, bahkan berlawanan dengan makna aslinya,
bagaimana kita bisa mengamalkan Al Qur’an secara
benar? Ayat Al Qur’an yang Muhkamaat (jelas) tidak
perlu ditafsirkan lagi, tapi hendaknya diamalkan,
sedang ayat yang mutasyabihat hendaknya kita imani,
bukan diperdebatkan sehingga menimbulkan fitnah.

Jika kita telah membaca dan memahami Al Qur’an,
hendaklah kita mengikuti perintah-perintah Allah SWT
yang ada di dalam Al Qur’an dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari:

“Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan
yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar
kamu diberi rahmat,” Al An’aam:155

Dengan membaca Al Qur’an, kita tahu bahwa kita
diperintahkan untuk beriman kepada Allah, Rasul-Nya,
dan Al Qur’an. Selain itu kita juga diberitahu tentang
masalah Malaikat dan juga hari Kiamat:

“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada cahaya (Al Qur'an) yang telah Kami turunkan.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” At
Taghaabun: 8

“Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar
(pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para
malaikat. (Malaikat berkata): "Inilah harimu yang
telah dijanjikan kepadamu".” Al Anbiyaa:103

Jika kita mempelajari Al Qur’an, maka kita akan tahu
siapakah Pencipta segala sesuatu, dan sesungguhnya
tidak ada Tuhan selain Allah:

“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah
Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka
sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala
sesuatu.” Al An’aam:102

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan
rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan
(juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam;
padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha
Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.” At Taubah:31

Jika ummat Islam mempelajari ayat Al Qur’an di atas,
niscaya mereka tidak akan murtad menyembah Tuhan yang
lain. Bahkan mereka akan yakin bahwa ideologi sekuler
buatan ilmuwan yang ada tidaklah pantas untuk
menggantikan ajaran Islam yang telah diturunkan oleh
Allah SWT.

Dengan membaca Al Qur’an, niscaya kita akan tahu bahwa
perintah sholat, zakat, puasa, haji yang ada dalam
rukun Islam itu merupakan kewajiban dari Allah SWT:

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah
beserta orang-orang yang ruku” Al Baqoroh:43

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa,” Al Baqoroh:183

Al Qur’an bukan cuma mengajarkan masalah iman dan
ibadah kepada Allah saja, tapi juga mengajarkan untuk
berbuat baik terhadap sesama manusia:

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu
sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri,” An Nisaa:36

Di Al Qur’an kita diperintahkan untuk tidak memakan
harta orang lain, jujur dalam berniaga, serta bersikap
adil.

“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih bermanfa`at, hingga sampai ia
dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan
dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada
seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan
apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil
kendatipun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah
janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu ingat,” Al An’aam:152

Jika ajaran itu diterapkan, niscaya Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme akan sirna..

HADITS

Ada kelompok yang dengan alasan hanya ingin berpedoman
pada Al Qur’an saja, akhirnya mengingkari
Sunnah/Hadits Nabi. Hal ini jelas tidak benar, karena
mengikuti Nabi justru merupakan perintah Allah yang
tercantum dalam Al Qur’an.

“Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang
mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan
dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah
dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan
ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".” Al
A’raf:158
Al Qur’an hanya memuat garis besar dari perintah dan
larangan Allah. Adapun rinicannya, maka Nabilah yang
menjelaskannya.

“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu
Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al
Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang)
dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu
cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.” Al
Maa-idah:15

“Aku (ini) tidak lain melainkan pemberi peringatan
yang menjelaskan".” Asy Syu’araa:115

Sebagai contoh, di dalam Al Qur’an kita diperintahkan
untuk sholat, tapi bagaimana cara melakukan sholat,
misalnya harus diawali dengan niat, kemudian takbir,
dan diakhiri dengan salam itu dijelaskan di hadits
Nabi. Begitu pula perintah lainnya seperti puasa,
zakat, haji, dan lain-lain. Sebagai contoh:

“Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a katanya: Aku
lihat Rasulullah s.a.w apabila memulai sembahyang,
beliau mengangkat kedua tangan hingga ke bahu. Begitu
juga sebelum rukuk dan bangkit dari rukuk. Beliau
tidak mengangkatnya di antara dua sujud” [HR Bukhori,
Muslim, Tirmizi, Nasa’I, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad,
Malik, Ad Darimi)

Pada zaman Nabi dan Sahabat, Hadits belum dibukukan.
Seiring dengan perjalanan waktu, di mana akhirnya
muncul hadits-hadits palsu, para ulama Salafi mulai
memikirkan untuk membukukan hadits, agar bisa
dibedakan mana hadits yang shahih dengan yang dloif
(lemah) serta maudlu (palsu), dan mudah mencari
referensi hadits.

Di antara kitab-kitab Hadits, yang terkenal adalah
Kutubus Sittah. Kutubus Sittah berarti “Kitab yang
Enam, yaitu kitab-kitab hadits yang menjadi standar
rujukan para ulama dan kaum muslimin untuk menjadi
hujjah bagi persoalan-persoalan agama. Di antaranya
adalah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud,
Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majjah.
Lebih dari 90% hadits mengenai masalah hukum,
tercantum dalam Kutubus Sittah.

Kita tidak bisa taqlid atau mengikuti begitu saja
tanpa tahu dalil-dalil dari Al Qur’an dan Hadits:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.” Al Israa:36

Sebab jika kita membeo begitu saja kepada seseorang
tanpa tahu dalil ayat Al Qur’an dan Hadits, niscaya
kita bisa ikut tersesat jika orang yang kita ikuti
sesat atau keliru.

Insya Allah, jika ummat Islam kembali berpegang kepada
Al Qur’an dan Hadits, dengan membaca, mempelajari, dan
mengamalkannya dengan sungguh-sungguh, maka ummat
Islam akan kuat aqidahnya, benar amal ibadahnya
(terlepas dari bid’ah), bagus akhlaknya, sehingga
segala KKN, kriminalitas, ketimpangan sosial yang ada
akan sirna. Dengan mempelajari Al Qur'an dan Hadits,
kita tidak akan bisa disesatkan oleh orang-orang yang sesat.

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” Ali-Imran ; 103

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Sesungguhnya Allah meridhoi kamu tiga perkara dan membenci kamu tiga perkara ; Dia meridhoi kamu apabila kamu beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu kepada-Nya, dan apabila kamu berpegang teguh kepada tali Allah semua dan kamu tidak berpecah-belah” HR Muslim

BAGAIMANA AGAR UMAT ISLAM BERSATU?

Ayat dan hadits diatas menunjukkan cara untuk menyatukan umat Islam, yaitu kita harus kembali kepada tali Allah, sedangkan makna tali Allah ialah Al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana dijelaskan di dalam hadits.

“Kitab Allah adalah tali Allah yang menjulur dari langit ke bumi”

Adapun dalil yang menunjukkan bahwa As-Sunnah termasuk tali Allah, sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya yaitu kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya’ [HR Imam Malik 1395 bersumber dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu dihasankan oleh Al-Albani di dalam kitabnya Manzilatus Sunnah fil Islam

Pada zaman sekarang umat Islam tidak cukup hanya bepegang kepada Al-Qur’an dan hadits yang shahih untuk menyatukan umat, karena ahli bid’ah pun mengaku berpegang kepada Al-Qur’an dan Sunnah, akan tetapi mereka berselisih dan berpecah-belah, karena itu tidaklah umat Islam akan bersatu melainkan apabila di dalam berpegang kepada Al-Qur’an dan hadits yang shahih disertai dengan pemahaman salafush shalih, dari kalangan para sahabat, tabi’in dan ahli hadits, sebab jika tokoh umat memahami dalil nash dengan pemahaman salafush shalih niscaya mereka tidak akan berpecah belah walaupun mereka berselisih dalam suatu masalah, karena khilaf mereka jatuh pada masalah ijtihadiah.

Adapun dalil wajibnya kita memahami dalil nash dengan pemahaman salafush shalih adalah sebagai berikut.

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya ; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” At-Taubah : 100

Dalam ayat di atas Allah memuji sahabat dan orang yang mengikuti mereka dengan baik, yang sekarang dikenal dengan nama ahlus sunnah wal jama’ah atau pengikut as-salafush sholih.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Maka barangsiapa yang menjumpai itu (perpecahan umat) hendaknya dia berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para kholifah yang menunjukkan kepada kebaikan dan mendapat petunjuk, gigitlah Sunnah ini dengan gigi geraham” HR Tirmidzi

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya berpesan kepada umatnya agar berpegang kepada Sunnahnya saja, akan tetapi kepada Sunnah sahabat pula.

Dari Abu Burdah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Dan sahabatku adalah orang yang dapat dipercaya untuk umatku, maka jika mereka telah pergi, maka akan datang apa yang dijanjikan kepada umatku” HR Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut