28 November 2009

Khotbah Idul Adha 1430 H di Masjid Raya Bani Umar

Event : Idul Adha 1430 H di Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 27 November 2009
Pembicara : DR. dr. KH. Tarmizi Taher
Tema: Mewujudkan Umatan Washatan (Moderat) melalui ibadah haji

Kaum muslimin yang dirahmati Allah Swt
Setiap menjelang idul adha, sekirat 2,5 juta kaum muslimin melakukan ibadah haji. Pada detik detik itu mereka bergerak dari padang arafah menuju ke Mina untuk mabit kemudian melontar jumroh, tentunya sebagai pernyataan pengakuan atas kebesaran dan keesaan Allah Swt. Mereka hanya mengenakan dua helai pakaian yang berwarna putih. Ini menandakan bahwa mereka meninggalkan segala status , pangkat dan jabatan yang biasanya dalam kehidupan sehari hari yang dilambangkan dalam bentuk simbol dan pakaian kebesaran.

Kedudukan manusia di mata Allah bukan terletak pada bentuk simbol lahiriyah melainkan terletak pada tingkat ketakwaannya kepada Allah. Pada saat melaksanakan ibadah haji, umat islam menyatakan tekad untuk mengabdi semata mata kepada Allah Swt dan menyatakan bahwa mereka adalah umat satu yang berdiri di atas lansadan tauhid yang akan melahirkan kepribadian yang utuh. Tauhid seharusnya menjadi sesuatu yang terintegrasi dalam seluruh aspek kehidupan kita.

Di samping itu, umat islam dituntut untuk mengingatkan diri dan anak cucu untuk selalu memiliki tauhid yang kokoh. sebab kemusyrikan adalah kedzaliman yang paling nyata. Allah mengilustrasikan hal ini dalam Al Quran dengan nasehat Lukman kepada anaknya :

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".QS. Luqman (31) : 13

Berbagai peristiwa yang menjadi latar belakang bagi idul adha, merujuk pada peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim As. Beliau adalah seorang Nabi yang berjuang dengan segala tenaga untuk menanamkan ajaran tauhid, memperkokoh nilai nilai kemanusiaan yang universal dan membangkitkan semangat berkurban untuk meraih cita cita luhur. Pesan yang ingin disampaikan lewat perjalanan Nabi Ibrahim pada ibadah haji adalah semangat perjuangan untuk menegakkan kalimat tauhid.

Kalimat tauhid itu ternyata banyak terbukti ,menjadi kekuatan yang meningkatkan harkat dan martabat manusia. Hal itu dapat dirasakan dalam sejarah perjalanan masyarakat dan bangsa Indonesia. Pada awal perkembangan islam di negara ini, mereka yang pulang dari melaksanakan ibadah haji menjadi guru guru yang memperkenalkan budaya baca tulis terhadap masyarakat dan umat islam yang masih buta huruf.

Pada zaman penjajahan, para jamaah haji itulah yang ikut menyalakan api perlawanan terhadap penjajah. sehingga seorang orientalis Belanda yang bernama Snouck Hurgronje merasa perlu tinggal di Makkah untuk meneliti apa yang sesungguhnya menjadi sumber kekuatan umat muslim dalam menentang bangsa penjajah.

Demikian pula pada awal kemerdekaan, banyak diantara founding fathers atau para pendiri negara kita yang pernah menunaikan ibadah haji. dengan demikian dampak positif dari ibadah haji benar benar dirasakan manfaatnya untuk kebangkitan dan kemajuan umat dan bangsa Indonesia.

Ibadah haji juga memberikan pesan tentang pentingnya persatuan. perbedaan suku , bangsa dan bahasa adalah fitrah manusia. tetapi perbedaan itu haruslah menjadi sumber kekuatan , bukan malah menjadi sumber konflik atau pertentangan. Allah menjadikan perbedaan itu agar kita saling mengenal dan kemudian membangun sesuatu yang positif bagi kemaslahatan umat.
Pengalaman seorang pejuang hak hak sipil orang hitam di Amerika yang bernama Malcom X yang melakukan ibadah haji pada tahun 1960 an memberikan pelajaran yang sangat berharga. Islam ternyata mampu memberikan kedudukan yang sama bagi seluruh umat manusia, tanpa memandang asal usul kebangsaannya. Setelah melaksanakan ibadah haji, ia benar benar dapat menyadari islam yang sebenarnya tentang kesamaan derajad manusia, sekembalinya ke Amerika dalam sejarah perkembangan islam di kawasan Amerika ia menjadi salah satu orang yang terpenting.

Manusia sekarang ini benar benar berada di tengah arus globalisasi. kesiapan umat islam dalam menyongsong nya akan sangat menentukan apakah mereka akan menjadi kelompok penonton, pemain pinggiran atau menjadi kekuatan yang secara positif menggerakkan sekaligus mengarahkan. semua posisi yang didapatkan itu, merupakan aspek substansial dalam mengarahkan corak perkembangan yang terus bergulir tanpa henti di masa masa yang akan datang.
Allah telah menyatakan peran yang harus dimainkan islam yaitu sebagai umatan washatan (umat yang serasi, seimbang dan moderat) menjadi saksi atas kebenaran dan keagungan ajaran Allah Swt . Hal itu dengan jelas terdapat dalam ayat Al Quran :

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.QS. al-Baqarah (2) : 143

Penegasan Allah bahwa umat islam harus menjadi umatan washatan selayaknya mendapatkan perhatian yang sungguh sungguh dari kita semua. terutama di saat mengalami perubahan yang sangat cepat akibat dari kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan dan besarnya gelombang globalisasi. di saat bangsa Indonesia tengah menikmati keberhasilan pembangunan merupakan kewajaran bila muncul tuntutan terhadap kebebasan. Bahkan sebagian masyarakat menuntut kebebasan yang hampir tanpa batas.

Menurut ajaran islam, sesungguhnya kebebasan itu bukanlah ditujukan untuk kebebasan sendiri . kebebasan haruslah dimanfaatkan untuk menciptakan kemaslahatan bersama. Karena itu, kita perlu terus menerus merenungkan apa makna kebebasan itu, kita juga perlu menyadari bahwa sekalipun kebebasan itu menjadi hak bagi setiap orang, tetapi kebebasan kita pasti juga terbatasi oleh hak orang lain untuk menikmati kebebasan yang sama. dengan demikian di dunia ini tidak ada kebebasan mutlak.
Dan sebagainya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut