15 November 2009

Pengajian Masjid Raya Bani Umar 15 November 2009

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 15 November 2009
Pembicara : DR Shobahussurur Syamsi MA
Tema: Kajian Tematik Al Fatihah Ayat ke 6

QS Al Fatihah : 6

Tunjukilah kami jalan yang lurus.

---

Yang dimaksudkan jalan yang lurus adalah agama yang akan menjadi pegangan / pedoman kita dalam menjalani kehidupan agar selalu menggunakan Al Quran dan sunnah

Isi yang terkandung di dalam QS al Fatihah pada ayat ke 1- 5 adalah ayat yang berisi memuji Allah, membuat koitmen dengan Allah, Menyembah Allah

Sedangkan ayat ke 6 ini barulah berisi tentang permohonan kita kepada Allah

Setelah menyampaikan pujian kepada Allah Subhana wa Ta’ala dan hanya kepada-Nya permohonan ditujukan, maka layaklah jika hal itu diikuti dengan permintaan

Sebagaimana firman-nya :”Setengah untuk-Ku dan setengah lainnya unutk hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.

Yang demikian itu merupakan keadaan yang amat sempurna bagi seorang yang mengajukaan permintaan. Pertama ia memuja rabb yang akan ia minta, kemudian memohonkan keperluanyya sendiri dan keperluan saudara-saudaranya dari kalangan orang-orang yang beriman, melalui ucapannya Karena yang demikian itu lebih memudahkan pemberian apa yang dihajatkan dan lebih cepat dikabulkan. Untuk itu Allah Tabaraka wa Ta’ala membimbing kita agar senantiasa melakukannya, sebab yang demikian itu lebih sempurna. Permohonan juga dapat diajukan dengan cara memberitahukan keadaan dan kebutuhan orang yang mengajukan permintaan tersebut, sebagaimana yang diucapkan Musa ‘alaihi sallam

---

Inti dari ayat tersebut adalah :

Berilah kami Ilham, bagaimanapun cara kita mencari ilham, kalau belum diberikan jalan keluar oleh Allah, tetap saja kita akan mengalami jalan buntu terhadap keperluan kita. Oleh karena itu, segala sumber inspirasi adalah Allah.

Berilah kamu persetujuan (taufik) : segala bentuk persetujuan dari Allah.Bagaimanapun kita mendapatkan kemudahan dari sesama manusia tapi kalau Allah belum menyetujui hal tersebut, tetap saja tidak akan terlaksana. Oleh karena itu, mintalah persetujuan dari Allah , segala sumber persetujuan.

Berilah kami segala bentuk pemberian.pemberian Allah itu bisa berupa immateriil (kegembiraan, kemudahan, kesehatan dll) dan materiil (rumah, anak, uang dll)

Berilah kami petunjukpetunjuk yang berupa :

a. rasa : kepuasan.

b. indera : 5 indera.

c. akal : pikiran yang digunakan untuk bisa membedakan segala sesuatu.

d. agama : merupakan hal yang terpenting untuk menguji rasa, mengasah indera, mengembangkan akal.

Hal ini membuktikan bahwa kita melaksanakan etika berdoa, yaitu diawali dengan pujian terhadap Allah baru kemudian menyampaikan doa kita

---

urutan berdoa:

1. membaca istighfar

2. tahmid

3. shalawat

4. isi doa

5. hamdalah

6. shalawat

---

referesi dari situs lain :

1. Terlebih dahulu sebelum berdo`a hendaknya memuji kepada Allah kemudian bershalawat kepada Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam pernah mendengar seorang lelaki sedang berdo`a di dalam shalatnya, namun ia tidak memuji kepada Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam maka Nabi bersabda kepadanya: “Kamu telah tergesa-gesa wahai orang yang sedang shalat. Apabila anda selesai shalat, lalu kamu duduk, maka memujilah kepada Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya, dan bershalawatlah kepadaku, kemudian berdo`alah”. (HR. At-Turmudzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani)

2. Mengakui dosa-dosa, mengakui kekurangan (keteledoran diri) dan merendahkan diri, khusyu’, penuh harapan dan rasa takut kepada Allah di saat anda berdo`a. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:“ Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera di dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo`a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu` kepada Kami”. (Al-Anbiya’: 90).

3. Berwudhu’ sebelum berdo`a, menghadap Kiblat dan mengangkat kedua tangan di saat berdo`a. Di dalam hadits Abu Musa Al-Asy`ari Radhiallaahu anhu disebutkan bahwa setelah Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam selesai melakukan perang Hunain :” Beliau minta air lalu berwudhu, kemudian mengangkat kedua tangannya; dan aku melihat putih kulit ketiak beliau”. (Muttafaq’alaih)

4. Benar-benar (meminta sangat) di dalam berdo`a dan berbulat tekad di dalam memohon. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila kamu berdo`a kepada Allah, maka bersungguh-sungguhlah di dalam berdo`a, dan jangan ada seorang kamu yang mengatakan :Jika Engkau menghendaki, maka berilah aku”, karena sesungguhnya Allah itu tidak ada yang dapat memaksanya”. Dan di dalam satu riwayat disebutkan: “Akan tetapi hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam memohon dan membesarkan harapan, karena sesungguhnya Allah tidak merasa berat karena sesuatu yang Dia berikan”. (Muttafaq’alaih).

5. Menghindari do`a buruk terhadap diri sendiri, anak dan harta. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Jangan sekali-kali kamu mendo`akan buruk terhadap diri kamu dan juga terhadap anak-anak kamu dan pula terhadap harta kamu, karena khawatir do`a kamu bertepatan dengan waktu dimana Allah mengabulkan do`amu”. (HR. Muslim)

6. Merendahkan suara di saat berdo`a. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Wahai sekalian manusia, kasihanilah diri kamu, karena sesungguhnya kamu tidak berdo`a kepada yang tuli dan tidak pula ghaib, sesungguhnya kamu berdo`a (memohon) kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu menyertai kamu”. (HR. Al-Bukhari)

7. Berkonsentrasi di saat berdo`a. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Berdo`alah kamu kepada Allah sedangkan kamu dalam keadaan yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah tidak mengabulkan do`a dari hati yang lalai”. (HR. At-Turmudzi dan dihasankan oleh Al-Albani)

8. Tidak memaksa bersajak di dalam berdo`a. Ibnu Abbas pernah berkata kepada `Ikrimah: “Lihatlah sajak dari do`amu, lalu hindarilah ia, karena sesungguhnya aku memperhatikan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam dan para shahabatnya tidak melakukan hal tersebut”.(HR. Al-Bukhari)

---

Ayat yang berkaitan dengan tafsir tersebut :

QS Al Baqarah : 7

" (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.


---

9. Setelah menyampaikan pujian kepada Allah Subhana wa Ta’ala dan hanya kepada-Nya permohonan ditjukan, maka layaklah jika hal itu diukitu dengan permintaan. Sebagaimana firman-nya :”Setengah untuk-Ku dan setengah lainnya unutk hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta Yang demikian itu merupakan keadaan yang amat sempurna bagi seorang yang mengajukaan permintaan. Pertama ia memuja rabb yang akan ia minta, kemudian memohonkan keperluanyya sendiri dan keperluan saudara-saudaranya dari kalangan orang-orang yang berimana, melalui ucapannya (Tunjukilah kami jalan yang lurus) Karena yang demikian itu lebih memudahkan pemberian apa yang dihajatkan dan lebih cepat dikabulkan. Untuk itu Allah Tabaraka wa Ta’ala membimbing kita agar senantiasa melakukannya, sebab yang demikian itu lebih sempurna.
Permohonan juga dapat diajukan dengan cara memberitahukan keadaan dan kebutuhan orang yang mengajukan permintaan tersebut, sebagaimana yang diucapkan Musa ‘alaihi sallam

QS Al Qasas : 24

“Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”.

---

Permintaan itu bisa didahului dengan meyebut sifat-sifat siapa yang akan diminta, seperti ucapan Dzun dan Nun (nabi Yunus ‘alaihi sallam)

QS Al Anbiya : 87

“Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”

---

Kata hidayah pada ayat ini berarti bimbingan dan taufik. Terkadang kata hidayahdengan sendirinya (tanpa huruf lain yang berfungsi sebagai pelengkapnya), seperti pada firman Allah Subhaana wa Ta’ala, dalam ayat ini terkandung makna berikanlah ilham kepada kami, berikanlah taufik kepada kami, berikanlah rizki kepada kami atau berikanlah anugerah kepada kami.

Sebagaimana yang ada pada firman Allah

QS Al Balad : 10

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.”

---

Artinya Kami telah menjelaskan kepadanya jalan kebaikan dan jalan kejahatan. Selain itu dapat juga menjadi muta’addi dengan memakai kata “‘ila“, sebagaimana firman Allah

QS An Nahl : 121

“Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. ”

---

Maka hidayah dalam ayat diatas ialah dengan pengertian bimbingan dan petunjuk. Demikian juga dengan firman-Nya

QS Asy yura : 52

Dan sesungguhnya kamu (Muhammad Shalalallahu ‘alahi wasallam) benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

---

Kemudian terjadi perbedaaan penafsiran dikalangan mufaasir dari kalangan ulama salaf dan khalaf dalam menafsirkan kata shirath, meskipun pada prinsipnya kembali kepada satu makna, yakni mengikuti Allah dan Rasul-Nya.

---

Jika ditanyakan : “Mengapa seorang mu’min memohon hidayah pada setiap saat, baik pada waktu mengerjakan shalat maupun diluar shalat, padahal ia sendiri menyandang sifat itu. Apakah yang demikian itu termasuk memperoleh sesuatu yang sudah ada? Jawabnya adalah tidak. Kalau bukan karena dia perlu memohon hidayah siang dan malam hari, niscaya Allah tidak akan membimbing kearah itu, sebab seorang hamba senantiasa membutuhkan Allah setiap saat dan situasi agar diberikan keteguhan, kemantapan, penambahan dan kelangsungan hidayah, karena ia tidak kuasa memberikan manfaat atau mudharat kepada dirinya sendiri kcuali Allah menghendaki.

Oleh karena itu Allah selalu membimbingnya agar ia senantiasa memohon kepada-Nya setiap saat dan supaya Dia memberikan pertolongan, keteguhan dan taufik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut