20 November 2014

Pengajian Khoirotunnisa Puri Bintaro 20 Nov 2014 Ustadz Anom wiratnoyo Suplemen/obat hati untuk meraih kebahagiaan dunia akhirat

Event : Pengajian Khoirotunnisa Puri Bintaro
Tanggal : 20 Nov 2014
Pembicara : Ustadz Anom wiratnoyo
Tema : Suplemen/obat hati untuk meraih kebahagiaan dunia akhirat

Kemuliaan hidup ada di dalam ibadah membuat kita sampai kepada kebahagiaan dunia dan akhirat

Yuk positif thinking dalam menjalani kehidupan

QS Al Baqarah : 185

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu

---

Kita semua menghendaki kebaikan di dunia dan akhirat

QS Al Baqarah : 200-201

Ya Tuhan kami berilah kami (kebaikan) di dunia, tetapi tiadalah bagian di akhirat. Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari siksa neraka

---

Indikator hidup bahagia di dunia :
1. Istri/suami sholehah/sholeh
2. Rumah yang nyaman
3. Teman yang baik
4. Tempat bekerja yang baik

---

Sebagian ulama menyatakan bahwa kebaikan di akhirat sudah mulai dirasakan setelah ruh meninggalkan kerongkongan, karena sudah terlihat kebaikan/keburukan yang akan dinikmatinya di akhirat nanti

Rasa sakit sakaratul maut :

Hadist : Sakaratul maut itu sakitnya sama dgn tusukan 300 pedang” (HR Tirmidzi)

---

Siksa neraka yang paling ringan : "Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya adalah seseorang yang diletakkan dua buah bara api di bawah telapak kakinya, seketika otaknya mendidih." (Muttafaq 'Alaih)

http://www.voa-islam.com/read/aqidah/2012/12/26/22516/siksa-neraka-paling-ringan/;#sthash.zPKVbe2v.dpuf

Tentu saja kita tidak ingin merasakannya meskipun hanya 1 detik

---

Dimensi kehidupan manusia :
1. Dzohir-> Proses
2. Pikiran -> Mediator
3. Hati -> Hasil

---

Dalam Shahihain, dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “tiga hal yang terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, tidaklah ia mencintai seseorang kecuali karena Allah, dan ia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.”

Dalam riwayat Imam Ahmad, dari Abu Razin al ‘Uqaili rahimahullah, “apabila kamu seperti itu maka benar-benar iman sudah masuk ke dalam hatimu sebagaimana masuknya kecintaan kepada air bagi orang yang kehausan di tengah hari yang terik.”

Makna manisnya iman adalah nikmatnya melaksanakan ketaatan dan menanggung beban berat dalam melaksanakan sesuatu yang diridlai Allah an Rasul-Nya serta mengutamakan hal tersebut atas tawaran dunia. Makna manisnya iman adalah nikmatnya melaksanakan ketaatan dan menanggung beban berat dalam melaksanakan sesuatu yang diridlai Allah 'Azza wa Jala dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam serta mengutamakan hal tersebut atas tawaran dunia.
Ibnul Qayim bercerita tentang gurunya, Ibnu Taimiyah: “sungguh aku pernah mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “sesungguhnya di dalam dunia ada sebuah surga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, maka ia tidak akan bisa memasuki surga akhirat.”

sesungguhnya di dalam dunia ada sebuah surga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, maka ia tidak akan bisa memasuki surga akhirat.” Ibnu Taimiyah

http://www.voa-islam.com/read/ibadah/2010/01/18/2685/sudahkan-anda-merasakan-nikmatnya-ibadah/#sthash.HQhXou0D.dpuf

---

Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah -rahimahullaahu- telah membagi hati menjadi tiga jenis:

1. Qolbun Mayyit (Hati yang Mati), Hati yang mati adalah hati yang kosong dari semua jenis kebaikan.

2. Qolbun Maridh (Hati yang Sakit), Qolbun maridh adalah hati yang telah disinari dengan cahaya keimanan, telah beriman kepada Allah -Ta’ala- dan menyembah hanya kepada-Nya. Dia telah menyalakan pelita-pelita keimanan di dalam hatinya. Tapi cahaya pelitanya kurang terang sehingga masih ada sisi hatinya yang masih gelap, dipenuhi oleh kegelapan syahwat dan badai-badai hawa nafsu. Maka setan mempunyai tempat keluar

3. Qolbun Salim (Hati yang Sehat), Qolbun Salim adalah hati yang dipenuhi oleh keimanan, hatinya telah bersinar dengan cahaya keimanan, telah hilang darinya badai-badai syahwat, telah dilepaskan darinya kegelapan-kegelapan maksiat. Cahaya itu sangat terang di dalam hatinya. Seandainya bisikan dan godaan mendekat kepadanya, maka godaan tersebut akan terbakar.

---

1. Penyakit yang melekat pada diri kita
Rintangan ada 4
a. Dunia
Menghalangi pandangan ke akherat, hadapi dengan Zuhud, yaitu memandang dunia sebagai sawah-ladang untuk meraih kebahagiaan akherat. Proses bersawah-ladangnya pun harus bahagia

Qs Ali Imran : 14

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

---

QS Al Hadid : 20

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

---

b. Manusia
Menghalangi jalan ibadah, hadapi dengan Uzlah. Orang yang berada di komunitas buruk akan cenderung buruk, yang berada di komunitas baik akan cenderung baik. Uzlah berfungsi mengendalikan pengaruh lingkungan manusia, agar menjadi pendorong perilaku ibadah dan kebaikan

Qs Al Kahfi : 28

Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas

---

c. Syetan
Menghalangi jalan kembali kepada Allah, hadapi dengan Muharobah. Ada dua cara melawan syetan:
1) berlindung kepada Allah
2) melaksanakan amal-ibadah dengan penuh disiplin dan sungguh-sungguh

Qs Yassin : 60

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu

---

d. Nafsu
Menghalangi perbuatan baik, hadapi dengan Jihad. Nafsu jika dibiarkan akan mengajak manusia berbuat jelek, jika dihilangkan berarti mati. Nafsu hanya bisa dikendalikan, agar jinak dan menolong manusia berbuat baik

Qs Yusuf : 53

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

---

Para ulama sering membagi nafsu menjadi tujuh macam :

3 nafsu buruk (Amarah, Lawwamah, Mulhamah)

Nafsu Amarah

Sesungguhnya nafsu amarah itu senantiasa membawa sesuatu yang buruk dan menggelincirkan. Nafsu amarah cenderung mendapatkan kesenangan jasmaniah, sekedar untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah. Sebagai contoh nafsu amarah adalah marah.

QS Yusuf : 53

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

---

Diriwayatkan dari Imam Al-Baqir as bahwa Rasulullah SAWW bersabda, Allah SWT berfirman: "Demi kemuliaan-Ku, kebesaran-Ku, keagungan-Ku, keperkasaan-Ku, nur-Ku, ketinggian-Ku dan ketinggian tempat-Ku, tak seorang hambapun yang mengutamakan keinginannya (nafsunya) di atas keinginan-Ku, melainkan Aku kacaukan urusannya, Aku kaburkan dunianya dan Aku sibukkan hatinya dengan dunia serta tidak Aku berikan dunia kecuali yang telah kutakar untuknya. Demi kemulian-Ku, kebesaran-Ku, keagungan-Ku, keperkasaan-Ku, nur-Ku, ketinggian-Ku dan ketinggian tempat-Ku, tak seorang hambapun yang mengutamakan keinginan-Ku di atas keinginan (nafsu) dirinya melainkan Aku suruh malaikat untuk menjaganya, langit dan bumi menjamin rezekinya dan menguntungkan setiap perdagangan yang dilakukannya serta dunia akan datang dan selalu berpihak kepadanya

---

http://dedetaufik.blogspot.com/2009/11/hadis-qudsi.html

---

Macam Perniagaan :

1. Sesama Manusia

2. Dengan Allah

QS Muzzamil : 20

Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

---

Qs Fatir : 29

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi

---

Orang yang memperturutkan hawa nafsunya

Qs Al Furqon : 43

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilahnya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?

---

Orang yang hina, memperturutkan hawa nafsu diibaratkan sama seperti hewan (anjing)

Qs Al A'raf : 176

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.

---

Nafsu lawwamah

ialah nafsu yang selalu mengkritik diri sendiri bila berlaku suatu kejahatan dosa atas dirinya. Dalam nafsu lawamah ini sudah timbul penyesalan, walaupun penyesalan itu datangnya belakangan. Ketika mengerjakan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT maka akan mulai timbul penyesalan atas pelaksanaan tersebut. Pekerjaan yang dilarang masih sering dikerjakan namun terkadang suatu ketika menyadari bahwa kegiatan itu dilarangNya

Qs Al Qiyamah : 2

dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)

---

Nafsu mulhamah

Nafsu ini merupakan nafsu yang kosong dari sifat-sifat tercela. Sifat-sifat jelek sudah mulai dapat dihilangkan, dan mulai mengerjakan solat sunah, berdzikir, wirid. Orang-orang pada tingkatan nafsu ini jiwanya sudah diilhami dari ilmu-ilmu yang langsung dari Allah. Sifat-sifatnya antara lain kalaah, sarofah dan sifat sabar yang melebihi orang lain dan mudah bersyukur. Sabar dan syukur merupakan hal yang sulit disatukan, karena sabar biasanya bagi orang-orang yang sedang dilanda musibah. Jika dia bias bersabar dan masih bias bersyukur maka itu merupakan hal yang sangat luar biasa

Qs Asy Syams : 7-8

dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),

maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan,

---

4 nafsu baik (Al-Mutmainnah, Radliyah, Al-Mardliyyah, Kamilah).

---

nafsu mutmainah

Ialah dorongan batin untuk mempertahankan diri dari segala kejahatan karena selalu ingat kepada Allah. Nafsu ini merupakan nafsu yang kosong dari sifat-sifat tercela. Sifat-sifat jelek sudah mulai dapat dihilangkan, dan mulai mengerjakan solat sunah, berdzikir, wirid. Orang yang dikuasai nafsu mutmainah sudah belajar untuk istiqomah dan beramal soleh dan mulai meninggalkan hal-hal yang dilarang Allah

---

Nafsu Radhiyah

Ialah unsur jiwa yang menginsafi apa yang diterimanya dan menyatakan rasa syukur dalam menerima ridha Allah. Merupakan nafsu dimana orang yang memilikinya selalu ridho kepada Allah SWT. Segala sesuatu keputusan Allah baik hal yang baik maupun yang buruk selalu diterima dengan ridho

---

Nafsu Mardhiyah

Ialah orang yang memiliki peringkat nafsu ini mempunyai hati dan jiwa yang benar-benar tertuju kepada Allah dan setiap perbuatan mereka pasti Allah telah ridho. Merupakan nafsu yang diridhoi Allah ketika kita kembali kepada Allah SWT. Dan nafsu inilah yang sangat diidamkan oleh setiap muslim untuk dapat dikuasai ketika kembali kepada Allah.

---

Qs Al Fajr : 27-30

Hai jiwa yang tenang.

Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya.

Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku,

dan masuklah ke dalam surga-Ku.

---

Nafsu Kamilah

Merupakan sifat kesempurnaan bagi manusia. Jiwa dengan Allah sudah menyatu. Sebagai contoh adalah nafsu kamilah ini sudah dikuasai oleh Ali bin Abi Thalib, ini terbukti ketika Ali sedang solat dan terkena anak panah, Ali tetap khusu’ dalam solatnya walaupun seseorang sudah mencabut anak panah tersebut. Komunikasi dengan Allah yang begitu nikmat sehingga menyebabkan apapun yang terjadi tidak dirasakan lagi. Dan nafsu ini hanya dikaruniakan Allah kepada umatnya yang bertaqwa.

---

http://newredline.blog.friendster.com/2008/09/macam-macam-nafsu-dalam-al-quran/

---

2. Penyakit yang berada di luar diri kita

a. Rizki
Memalingkan manusia dari ibadah, atasi dengan Tawakkal, yaitu cara mencari rizki yang memenuhi tiga syarat :
1) tidak melanggar hak Allah
2) tidak melanggar hak orang lain
3) tidak melanggar hak diri

Qs Ali Imran : 159

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

---

b. Belenggu
Membelenggu langkah-langkah kebaikan, cara menyandarkan diri kepada Allah untuk menghadapi tiga macam belenggu :
1) belenggu masa lalu, spt : pernah gagal, hadapi dengan Istighfar

QS Ali Imran : 133

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa

---

2) belenggu masa kini, spt : merasa bodoh, hadapi dengan Muhasabah

Qs Al Hasyr : 18

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan

---

3) belenggu masa depan, spt : merasa tidak akan berhasil, hadapi dengan Tafwidh

Qs Mukmin : 44

Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepadamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya

---

c. Musibah
Kejadian-kejadian yang menimbulkan rasa putus asa, atasi dengan Sabar, yaitu cara/respon yang benar menghadapi tiga macam kejadian :
1) larangan Allah

QS An Nisa : 31

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)

---

2) kegagalan atau kecelakaan

Qs Al Baqarah : 156

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Innaa lillahi wa innaa ilaihi raajiuun.

---

3) proses ketika menuju sukses

QS Hud : 112

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan

---

d. Taqdir
Takdir adalah suatu kepastian dan tidak bisa disalahkan. Kesalahan ada pada cara memandang takdir, yang menimbulkan kebingungan, atasi dengan Ridho, yaitu cara pandang yang benar terhadap takdir

Qs Al Kahfi : 29-30

Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik.

---

Munculkan optimisme dalam diri

---

3. Penyakit yang berada di diri kita namun dipengaruhi dari luar diri kita
Jebakan ada 5

a. Cepat puas
Perasaan seolah-olah sudah benar atau sudah sampai atau ingin cepat sampai, ikat dengan Khouf, yaitu rasa takut menghadapi resiko dan akibat jika salah jalan. Khouf akan meningkatkan perhitungan dan ketelitian dalam setiap langkah menuju sukses

QS Yassin : 11

Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan takut kepada Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia

---

b. Malas
Perasaan lemah dan kehilangan tenaga, cambuk dengan Roja’, yaitu harapan bahwa setiap langkah pasti ada buahnya. Allah dan Rasul-Nya mencintai ibadah yang sedikit tapi istiqomah daripada banyak tapi tidak istiqomah. Tentu akan lebih baik jika banyak dan istiqomah

QS Al Kahfi : 110

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya

---

c. Takabur
Ingin dipuji Orang, palingkan dengan Tawadhu’, yaitu mengingat kelemahan diri, dan hanya Allahlah Yang Maha Kuat nan Sempurna

QS Qhashash : 83

Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa

---

d. Ujub
Memuji Diri-sendiri, patahkan dengan Dzikrul Minnah, yaitu mengingat banyaknya rahmat dan pertolongan Allah yang telah melimpah kepada kita

(QS An Nahl : 18

Dan jika kamu menghitung-hitung nimat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

---

e. Riya
Berpaling dari peranan Allah, luruskan dengan sifat IKHLASH, yaitu mengingat bahwa segala sesuatu urusan datang dan kembalinya hanya kepada Allah SWT

Qs Al Bayyinah : 5

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus

---

Hadist : "Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik paling kecil. Maka beliau ditanya tentang itu. Beliau berkata: Riya" (HR. Ahmad)

---

Macam macam sabar :
a. Sabar dalam ketaatan
b. Sabar menghindarkan kemaksiatan
c. Sabar menghadapi musibah
d. Sabar menghadapi kenikmatan

---

Didalam syari’at, setidaknya ada 5 hukum syara’ yang disepakati oleh Jumhur Ulama yakni :


1. Wajib, kadang disebut Fardlu. Keduanya sinonim. Yakni sebuah tuntutan yang pasti (thalab jazm) untuk mengerjakan perbutan, apabila dikerjakan mendapatkan pahala, sedangkan bila ditinggalkan maka berdosa (mendapatkan siksa). Contohnya, shalat fardlu, bila mengerjakannya maka mendapatkan pahala, bila ditinggalkan akan diadzab di neraka, demikian juga dengan kewajiban-kewajiban yang lainnya.

Wajib terbagi menjadi dua yakni : Pertama, wajib ‘Ainiy : kewajiban bagi setiap individu. Kedua, wajib Kifayah : kewajiban yang apabila sudah ada yang mengerjakannya maka yang lainnya gugur (tidak mendapatkan dosa), contohnya seperti shalat jenazah, tajhiz jenazah (mengurus jenazah), menjawab salam dan sebagainya.

Istilah Wajib juga ada yang mensinonimkan dengan Lazim. Sebagian ulama ada yang membedakan antara Fardlu dan Wajib hanya pada beberapa permasalahan di Bab Haji.

Ada juga yang membedakan antara Fardlu dan Wajib, seperti Hanafiyah. Menurut mereka, Fardlu adalah sesuatu yang telah ditetapkan dengan dalil syar’i (maqthu’ bih) dan tidak ada keraguan didalamnya, seperti shalat 5 waktu, zakat, puasa, haji, iman kepada Allah. Hukum Fardlu adalah lazim (wajib) baik secara keyakinan maupun perbuatan sehingga apabila mengingkari (secara keyakinan) pada salah satu kefardluan itu maka kafir, namun bila meninggalkan saja (tidak mengerjakannya, seperti shalat 5 waktu dan semacamnya) maka fasiq. Sedangkan Wajib adalah kewajiban yang ghairul fardl (selain fardlu), sesuatu yang ditetapkan dengan dalil namun masih ada kemungkinan ketidak pastian (hasil ijtihad), hukumnya lazim secara perbuatan saja, tidak secara keyakinan. Apabila mengingkarinya, tidak sampai kafir namun terjatuh dalam syubhat. Sedangkan bila meninggalkannya maka berdosa dengan dosa yang kadarnya lebih sedikit daripada meninggalkan perbuatan yang sifatnya Fardlu, sebab kalau meninggalkan yang bersifat Fardlu maka disiksa dineraka, sedangkan meninggalkan yang sifatnya Wajib, tidak disiksa di neraka, namun ia terhalang dari syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam.

Jumhur ulama tidak membedakan antara Fardlu dan Wajib, bahkan ada yang menyatakan bahwa pembedaan seperti itu tidak tepat dan tidak berarti apa-apa.

2. Sunnah, disebut juga Mandub, Mustahabb, Tathawwu, Al-Nafl, Hasan dan Muragghab fih. Semuanya bersinonim. Yakni sebuah anjuran mengerjakan yang sifatnya tidak jazm (pasti), apabila dikerjakan mendapat pahala, namun apabila ditinggalkan tidak berdosa.

Sunnah juga terbagi menjadi 2, yaitu : Pertama, sunnah ‘Ain : sesuatu yang disunnahkan pada setiap orang (individu) yang mukallaf, seperti shalat-shalat sunnah ratibah dan lainnya. Kedua, sunnah Kifayah : sesuatu yang disunnahkan, apabila ada sebagian yang telah mengerjakannya, maka yang lain gugur, seperti seseorang memulai salam ketika bersama jama’ah (memulai bukan menjawab, penj), dan lain sebagainya. Sehingga bila sudah ada yang mengerjakannya, maka hilang (gugur) tuntutan terhadap yang lainnya, namun pahalanya bagi yang mengerjakan saja.

Sebagian ulama seperti Malikiyah membedakan antara istilah sunnah dan mandub. Sunnah menurut mereka adalah sebuah tuntutan syara’, bentuk perintahnya sangat ditekankan, namun tidak ada dalil yang mewajibkannya, apabila dikerjakan mendapat pahala, namun apabila ditinggalkan tidak disiksa, seperti shalat witir dan shalat hari raya. Sedangkan mandub adalah sebuah tuntutan syara’ yang tidak jazm (tidak pasti), bentuk perintahnya tidak terlalu ditekankan, apabila dikerjakan mendapat pahala, namun bila tidak dikerjakan tidak disiksa, contohnya didalam Malikiyah adalah shalat sunnah 4 raka’at sebelum dzuhur.

Selain itu, sunnah dari sisi tuntutannya, terbagi menjadi 2 yakni : sunnah Muakkad (sunnah yang sangat ditekankan) dan sunnah ghairu Muakkad (anjuran tidak terlalu ditekankan).

Sedangkan menurut Hanafiyah, ada perbedaan terkait sunnah Muakkad. Menurut mereka, sunnah Muakkad, bentuknya kewajiban yang sempurna, jika meninggalkannya maka tetap berdosa, namun dosanya lebih sedikit daripada meninggalkan Fardlu (dibawah tingkatan Fardlu). Sedangkan sunnah ghairu Muakkad, menurut mereka adalah sejajar dengan Mandub dan Mustahab.

3. Mubah, bila dikerjakan atau ditinggalkan tidak apa-apa, tidak mendapatkan pahala atau pun disiksa (sebuah pilihan antara mengerjakan atau tidak). Misalnya, memilih menu makanan dan sebagainya.

4. Makruh, yakni sebuah tuntutan yang tidak pasti (tidak jazm) untuk meninggalkan perbuatan tertentu (larangan mengerjakan yang sifatnya tidak pasti), apabila dikerjakan tidak apa-apa, namun bila ditinggalkan akan mendapatkan pahala dan dipuji.

Menurut sebagian ulama, istilah Makruh ini ada yang menyatakan dengan Khilaful Aula (menyelisihi yang lebih utama).

5. Haram, yakni tututan yang pasti untuk meninggalkan sesuatu, apabila dikerjakan oleh seorang mukallaf maka mendapatkan dosa, namun bila ditinggalkan mendapatkan pahala. Contohnya seperti minum khamr, berzina dan lain sebagainya. Istilah haram juga kadang menggunakan istilah Mahdzur (terlarang), Maksiat dan al-danb (berdosa).

Menurut Hanafiyah, istilah Haram adalah antonim dari Fardlu (mereka membedakan antara Fardlu dan Wajib). Ada juga istilah makruh Tahrim dan makruh Tanzih. Makruh Tahrim adalah sebuah istilah yang lebih dekat dengan Haram, serta merupakan kebalikan dari Wajib dan Sunnah Mu’akkad. Sedangkan istilah makruh Tanzih, tidak disiksa bila mengerjakannya dan mendapatkan pahala bila meninggalkannya. Istilah makruh Tanzih menurut Hanafiyah adalah kebalikan dari sunnah ghairu Muakkad.

Ulama juga ada yang kadang menyatakan dengan istilah Halal, itu adalah kebalikan dari Haram, namun masih ambigu, yaitu bisa hukum wajib, hukum mandub dan makruh. Bila meninggalkan perbuatan yang hukum wajib, maka berdosa. Adapun yang lainnya (mandub dan makruh) bila ditinggalkan ataupun dikerjakan tidaklah berdosa.

http://madinatuliman.com/3/2/560-hukum-islam-ada-5-yakni-wajib,-sunnah,-mubah,-makruh-dan-haram.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut