06 November 2014

Pengajian Khoirotunnisa Puri Bintaro 6 Nov 2014 Ustadz M Fatih Karim Benci dan Cinta karena Allah

Event : Pengajian Khoirotunnisa Puri Bintaro
Tanggal : 6 Nov 2014
Pembicara : Ustadz M Fatih Karim
Tema : Benci dan Cinta karena Allah

Islam begitu memuliakan wanita, hal ini tidak berlaku ketika pada zaman jahiliyyah :

Pada zaman Jahiliyyah (kebodohan), para orang tua yang memiliki anak perempuan akan menguburnya hidup-hidup. ''Anak perempuan yang lahir pada masa itu, dianggap sebagai aib (hina) bagi keluarganya. Sebab, anak perempuan dianggap tidak berguna dan jika kelak dewasa, ia hanya dijadikan sebagai nafsu pemuas para lelaki,'' ujarnya. Karena itu, mereka pun kemudian dibunuh. Sebelum masuk Islam, khalifah Umar Ibn Khattab RA juga pernah melakukan hal serupa dan mengubur anak perempuannya hidup-hidup.''Apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam) dan dia sangat marah. Lalu dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang diterimanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah, alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan.'' (QS An-Nahl [16] : 58-59)

Hal ini berbeda dengan anak lelaki. Mereka menjadikan anak lelaki sebagai seorang calon pemimpin yang memberikan kehormatan bagi anggota keluarga. Karena itu, masyarakat Arab di zaman jahiliyyah ini, begitu bangga bila mendapatkan anak laki-laki. saat anak perempuan menjadi isteri. Pada zaman jahiliyah ini, kaum perempuan bisa diwariskan baik secara sukarela atau dipaksa. ''Seorang suami yang sudah tidak senang kepada isterinya, dapat memberikan isterinya kepada orang lain, baik isterinya mau ataupun tidak. Dan jika suaminya ingin menikah lagi, maka isterinya dituduh berbuat serong (selingkuh),''. Seperti diketahui, menurut Adat Arab Jahiliyah, seorang wali (pria) berkuasa penuh atas perempuan yang berada dalam asuhannya serta harta yang dimilikinya. Jika perempuan itu cantik, maka akan dinikahi dan diambil hartanya, jika buruk rupa, maka dihalangi nikahnya dengan laki-laki lain. Tujuannya agar walinya dapat menguasai seluruh hartanya. Hal seperti ini ditentang oleh Alquran seperti tercantum dalam surah An-Nisaa' ayat 127).

ketika perempuan menjadi seorang ibu. Pada masa jahiliyah, seorang ibu tidak bisa mendapatkan harta warisan apabila anaknya meninggal dunia. Dalam Islam, jika anak meninggal dunia dan ia memiliki harta warisan, maka ibunya dapat mewarisinya sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan Alquran.

saat perempuan menjadi anggota masyarakat. Di masa jahiliyah, seorang perempuan memiliki gerak langkah yang terbatas. Ia diposisikan hanya menjadi pengurus suaminya dan tidak diperkenankan melakukan hal-hal lain. Karena diskriminasi yang berlebihan inilah, maka Islam sebagai agama yang memberikan rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil 'alamin), menentang setiap perlakuan tidak adil kepada perempuan. Misalnya, seperti yang disebutkan dalam Alquran surah Al-Hujurat ayat 11 yang menegaskan, kemuliaan seseorang tidak diukur dengan besarnya tanggung jawab atau pangkat dan kedudukannya, tetapi dikarenakan oleh ketaqwaannya kepada Allah SWT. Begitu juga pada surah An-Nisaa' ayat 124, siapa yang mengerjakan amal kebajikan baik laki-laki atau perempuan dan dia beriman kepada Allah SWT, maka mereka akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dizalimi sedikit pun. Ketidaksederajatan dan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan ini, sangat dikecam oleh Islam. Selama ribuan tahun, kaum perempuan diposisikan sebagai makhluk kelas dua yang bertugas hanya melayani suami. Maka hadirnya Islam, semua sistem perbudakan, pembunuhan terhadap anak perempuan dihapuskan. Pandangan Islam yang berkeadilan ini, kemudian memantik semangat baik gerakan-gerakan di dunia Barat untuk menuntut perlakuan yang sama antara laki-laki dan perempuan. sya/dia Kedudukan Perempuan dalam Islam ''Wahai seluruh manusia (lelaki dan perempuan) sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari (sepasang) lelaki dan perempuan.'' (QS Alhujuraat ayat 13 ).

Dalam kaitan ini Nabi Muhammad SAW bersabda: '' Perempuan adalah saudara kandung laki-laki.'' (HR Ahmad Abu Daud dan at-Tirmidzi). "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS Al Ahzab [33]: 35). Ayat di atas menyiratkan kesetaraan dalam Islam. Bahwa di hadapan Allah, tak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Amal ibadahnyalah yang membedakan kedudukan mereka di hadapan-Nya.

http://www.republika.co.id/berita/shortlink/61229

---

Pada zaman jahiliyyah, penyembah berhala (360 patung berhala) mengelilingi ka'bah dengan telanjang bulat, Pada masa islam, patung berhala tersebut dihancurkan, mengelilingi ka'bah dengan pakaian ihram :

Dari Abu Hurairah ra bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq ra pernah mengutusnya pada waktu haji yang telah diperintahkan Rasulullah saw sebelum haji wada’, pada hari Nahar (tanggal 10 Dzhul Hijjah) bersama sejumlah sahabat untuk menyampaikan kepada masyarakat luas larangan dari beliau: agar tidak boleh ada orang musyrik yang menunaikan ibadah haji dan tidak boleh (pula) melakukan thawaf dengan telanjang bulat di Baitullah. (HR Bukhari Muslim)

---

Nabi berdoa supaya Islam dikuatkan oleh Umar :

Saidina Umar memeluk Islam pada tahun keenam kenabian Rasulullah SAW. Pada waktu itu beliau berumur 27 tahun. Diriwayatkan hati Umar mula bergoncang untuk menerima Islam setelah mendengar adiknya,Fatimah membaca Al-Quran,Surah Toha ayat 1-9 (sesetengah riwayat mengatakan Surah Toha ayat 1-5). Walaubagaimanapun, tindakan Umar memeluk Islam benar-benar telah menggemparkan masyarakat Quraisy. Ini disebabkan sebelumnya Umar adalah antara penentang kuat kepada ajaran Islam, bersama dengan Abu Jahal yang memang tidak dinafikan kebenciannya pada Islam. Namun perancangan Allah mengatasi segalanya. Berkat doa Rasulullah SAW, Umar telah diberikan hidayah untuk menerima Islam. Rasulullah SAW berdoa ; "Ya Allah kuatkan Islam dengan Umar Al-Khatab atau Abu Jahal b. Hisyam".( HR : At-Thabarani)

Dalam sebuah hadis lain yang diriwayatkan oleh At-Thabarani bahawa Rasulullah SAW juga pernah berdoa : "Ya Allah kuatkan Islam dengan Umar Al-Khattab". Sebuah hadis dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahawa Rasulullah SAW berkata : "Apabila Umar memeluk Islam, Jibril pun datang dan berkata : "Ya Muhammad, sesungguhnya seluruh makhluk langit bergembira dengan islamnya Umar".

Setelah memeluk Islam, Rasulullah SAW telah mengelarnya sebagai Al-Faruq kerana dapat membezakan di antara perkara yang benar dan bathil. Ketika ditanya oleh para sahabat bagaimana dia mendapat gelaran tersebut, Saidina Umar menjawab : "Pada suatu hari, Aku bertanya kepada Rasulullah SAW : "Ya Rasulullah SAW, adakah kita dalam kebenaran ?" Jawab Rasulullah SAW : "Benar" Aku berkata lagi : "Kenapakah kita beribadah secara sembunyi ?"
Kemudian kami masuk ke Masjidil Haram membuat dua saf, satu aku dan satu lagi Saidina Hamzah. Maka semua orang kafir Quraisy melihat ke arah kami berdua dengan perasaan yang sangat marah yang tidak pernah mereka terjadi sebelum ini, lalu Rasulullah SAW mengelarkan aku Al-Faruq. Dengan islamnya Umar, maka umat Islam yang sebelum itu sentiasa ketakutan menjadi kuat. Mereka telah berani solat secara terang-terangan di Baitullah khususnya setelah peristiwa di atas. Di samping itu juga, orang Quraisy juga tidak berani menganggu orang Islam yang sedang beribadah kerana takut kepada Umar.

https://www.facebook.com/notes/-taubat-/umar-bin-al-khattab-al-faruq-pemisah-antara-kebenaran-dan-kebatilan/190465410998780

---

Kisah mengenai Bilal bin Rabah :

Menyebut nama Bilal bin Rabah, kita pasti terbayang kisah keteguhan hati seorang Muslim sejati. Betapa tidak. Saat umat Islam masih berjumlah sekian orang serta kekejaman yang diterima kaum Muslim, seorang budak berkulit kelam bertekad bulat dan mengikrarkan diri beriman kepada Allah SWT.

Nama lengkapnya Bilal bin Rabah Al-Habasyi. Ia berasal dari negeri Habasyah, sekarang Ethiopia. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah dan digelari Muadzdzin Ar-Rasul. Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ia berpostur tinggi, kurus, warna kulitnya cokelat, pelipisnya tipis, dan rambutnya lebat.

Ibunya adalah hamba sahaya (budak) milik Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumuh. Bilal menjadi budak mereka hingga akhirnya ia mendengar tentang Islam. Lalu, ia menemui Rasulullah SAW dan mengikrarkan diri masuk Islam. Ia merupakan kalangan sahabat Rasulullah yang berasal dari non-Arab.

Dalam Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah karya Syekh Muhammad Sa'id Mursi, dipaparkan bahwa Umayyah bin Khalaf pernah menyiksa dan membiarkannya di jemur di tengah gurun pasir selama beberapa hari. Di perutnya, diikat sebuah batu besar dan lehernya diikat dengan tali. Lalu, orang-orang kafir menyuruh anak-anak mereka untuk menyeretnya di antara perbukitan Makkah.

Saat berada dalam siksaan itu, tiada yang diminta Bilal kepada para penyiksanya, kecuali hanya memohon kepada Allah. Berkali-kali Umayyah bin Khalaf menyiksa dan memintanya agar meninggalkan agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Namun, Bilal tetap teguh pendirian.

Ia selalu mengucapkan, "Ahad-Ahad." Ia menolak mengucapkan kata kufur (mengingkari Allah). Abu Bakar as-Sidiq lalu memerdekakannya. Umar bin Khattab berujar, "Abu Bakar adalah seorang pemimpin (sayyid) kami dan dia telah memerdekakan seorang pemimpin (sayyid) kami."

Setelah merdeka, Bilal mengabdikan diri untuk Allah dan Rasul-Nya. Ke mana pun Rasul SAW pergi, Bilal senantiasa berada di samping Rasulullah. Karena itu pula, para sahabat Nabi SAW sangat menghormati dan memuliakan Bilal, sebagaimana mereka memuliakan dan menghormati Rasulullah SAW.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/07/19/139369-kisah-sahabat-nabi-bilal-bin-rabah-sang-muadzin-rasulullah

---

Kisah mengenai Ummu Ammar RA (Sumayyah binti Khayyath) :

Sumayyah binti Khayyath adalah seorang budak milik Abu Hudzaifah bin Mughirah. Ia dikawinkan tuannya tersebut dengan seorang perantau dari Yaman yang kemudian menetap di Makkah, Yasir bin 'Amir. Abu Hudzaifah memang bersahabat dengan Yasir bin Amir. Dari perkawinannya ini, lahirlah Ammar bin Yasir, salah seorang sahabat yang mempunyai tempat khusus di hati Nabi SAW sehingga Beliau seringkali memujinya. Sumayyah, atau lebih dikenal dengan nama Ummu Ammar, bersama suami dan anaknya termasuk dalam kelompok yang mula-mula memeluk Islam. Keadaannya sebagai orang miskin dan budak, membawanya kepada penyiksaan kaum kafir Quraisy karena pilihannya tersebut. Sumayyah ditimbun dengan pasir yang panas, kemudian dicambuk secara bengis dengan sepenuh kekuatan, tetapi yang keluar dari mulutnya hanya perkataan ‘Ahad, Ahad’, seperti halnya yang dilakukan oleh Bilal.

Penyiksaan yang dilakukan Abu Jahal di hadapan suami dan anaknya itu dimaksudkan agar mereka menjadi takut dan iba, sehingga melepaskan kembali keislamannya. Tetapi keteguhan iman dan kesabaran yang telah merasuk ke dalam jiwa, tidak menjadikan Sumayyah goyah, bahkan kata-kata tauhid itu terus keluar dari mulutnya. Dan terkadang ia melakukan cacian terhadap berhala-berhala orang Quraisy sesaat, kemudian kembali berucap, “Ahad-ahad!!”
Berhari-hari penyiksaan tersebut berlangsung, pernah suatu saat Abu Bakar RA melewatinya, dan bermaksud menebus atau membeli mereka, tetapi Abu Jahal menolaknya, dan bertekad menyiksa keluarga Yasir ini sampai mati jika tidak kembali kepada agama jahiliahnya. Ketika Rasulullah SAW melewati keluarga yang sedang disiksa oleh Abu Jahal ini, Beliau bersabda, "Bersabarlah, wahai keluarga Yasir, janji Allah untuk kalian adalah surga….Ya Allah, ampunilah keluarga Yasir, karena mereka telah berbuat…" Abu Jahal makin meningkatkan siksaannya, bahkan mengancamnya dengan kematian, tetapi Sumayyah justru berkata, "Mampuslah engkau wahai musuh Allah, karena Rasulullah (SAW) telah menjanjikan aku dengan surga, aku lebih memilih mati daripada melihat tampangmu…"

Makin mendidih saja kemarahan Abu Jahal oleh sikap perempuan budak tersebut, apalagi ia malah merendahkan harga dirinya dan tidak mau tunduk. Tanpa sadar tangannya meraih tombak yang dibawa budaknya, dan menghunjamkannya ke tubuh Sumayyah, hingga tembus dari selangkangannya hingga punggungnya. Senyum mengembang mengiring lepasnya nyawa dari jasad Sumayyah. Ia menjadi manusia pertama yang syahid di jalan Islam, syahid untuk mempertahankan keyakinannya yang teguh kepada Allah dan RasulNya yang tidak bisa dibeli dan diganti dengan seisi dunia sekalipun. Sebagian riwayat menyebutkan, kedua tangannya diikat pada seekor kuda (atau dua ekor kuda), begitu juga dengan dua kakinya, diikatkan pada seekor kuda (atau dua ekor kuda). Kemudian Sumayyah dipaksa oleh Abu Jahal untuk kembali kepada agama jahiliahnya, atau diancam akan dibunuh dengan cara yang sangat mengerikan. Sumayyah hanya mengucapkan perkataan tauhid ‘Ahad, Ahad’, bahkan kemudian mencaci-maki Abu Jahal. Maka dua ekor kuda tersebut (atau empat ekor kuda), dipacu dengan keras dan berlari ke arah yang berlawanan. Tubuh Sumayyah terpotong tidak karuan sehingga ia tewas seketika. Namun demikian tampak sesungging senyum di bibirnya yang telah kaku.

http://percikkisahsahabat.blogspot.com/2012/05/ummu-ammar-ra-sumayyah-binti-khayyath.html

---

Nama nama berhala yang disembah pada zaman jahiliyyah :

Berhala Manat

Berhala ini adalah berhala yang paling tua di antara berhala- berhala lainnya, terletak di Al-Musyall di Qadid. Di jalur antara Mekkah dan Madinah. Semua orang Arab memujanya, begitu pula Qabilah Aus dan Khazdraj.

Setelah pembebasan Mekkah, Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menghancurkannya.

Berhala Latta

Berhala ini umur nya lebih muda daripada Manat, berada di Thaif di bawah kekuasaan Bani Tsaqif dan orang-orang Quraisy dan Arab sangat memujinya, hingga Bani Tsaqif masuk Islam. Kemudian Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam mengutus Mughirah bin Syu’bah untuk enghancurkannya.

Berhala Uzza

Uzza yang lebih muda dari Latta. Letaknya di Wadi Nakhlah di atas Dzatu’irq, dibangun diatasnya bangunan yang ditempat itu orang- orang Quraisy mendengarkan mantera-mantera sehingga mengagungkannya. Ketika Fathul Mekkah, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam mengutus Khalid bin Walid untuk menghancurkan Uzza dan tiga pohon lainya. Setelah menghancurkan tiga pohon tersebut, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda “Kembalilah!" Maka Khalid pun kembali mendatanginya, tiba-tiba muncul seorang wanita hitam telanjang yang terurai rambutnya berdebu, maka Khalid pun menebasnya sampai ia terbunuh, maka Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda “itulah Uzza".

Berhala Hubal

Hubal berbentuk patung manusia. Di buat dari batu akik merah, letaknya berada di dalam Ka’bah.

Berhala- berhala lain

Dikisahkan dalm Mukhtasar Siratur Rasul, bahwa ketika Fathul Mekkah berlangsung ditemukan di dalam Ka’bah berhala-berhala sejumlah 360 buah. Diantaranya Isaf dan Nailah, Dzul-khalashah yang dihancurkan oleh Jarir ra, dan diantaranya juga ada yang bernama Dzul–Kaffain yang dihancurkan oleh Ath-Thufail bin Amr.

Dan demikianlah hampir setiap kaum di Mekkah mempunyai berhala, maka ketika Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam tiba di Mekkah dan berhala-berhala masih berada di sekeliling Ka’bah maka Beliau menusukkan tongkatnya ke muka dan mata berhala itu seraya bersabda: “Yang benar telah datang dan yang bathil telah sirna. Sesungguhnya yang bathil itu pasti sirna." Maka hancurlah berhala-berhala tersebut dan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam memerintahkan untuk mengeluarkannya.

Berkata Abu Faraj Abdurrahman Ibnul Jauzy dalam Talbis Iblisnya:

“Perhatikanlah bagaiman syetan mempermainkan manusia, sehingga akal mereka tidak berfungsi sebagaimana layaknya. Mereka memahat sendiri apa yang mereka sembah. Alangkah cocoknya celaan Allah terhadap berhala- berhala mereka sehingga Allah berfirman di dalam kitabNya yang mulia dalam surat Al-a’raf ayat 195 :

“Apakah berhala-berhala mempunyai kaki yang dengan itu ia dapat berjalan atau mempunyai tangan yang dengan itu ia dapat memegang dengan keras, atau mempunyai mata yang dengan itu ia dapat melihat, ataumempunyai telinga yang dengan itu ia dapat mendengar? Katakanlah:panggillah berhala-berhalamu yang kamu jadikan sekutu Allah, kemudian lakukanlah tipu daya (untuk mencelakakan) ku, tanpa memberi tangguh (kepada ku).

http://pakguruniko.blogspot.com/2011/06/sejarah-ringkas-awal-mula-kesyirikan-di.html

---

Yuk jauhi riba Karena Sangat Besarnya Dosa Riba :

Berdasarkan riwayat Dari Masruq dari Abdullah bin Mas’ud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Riba itu memiliki tujuh puluh tiga pintu. Riba yang paling ringan itu, dosanya semisal dosa orang yang menyetubuhi ibu kandungnya sendiri.” (Hr. Hakim, no. 2259, diiringi komentar, “Shahih menurut kriteria Bukhari dan Muslim,” dan pernyataan beliau ini disetujui oleh adz-Dzahabi, serta dinilai shahih oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’, no. 5852)

Dari Abdullah bin Hanzhalah --seseorang yang jenazahnya dimandikan oleh para malaikat--, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu dirham uang riba yang dimakan oleh seseorang dalam kondisi dia tahu bahwa itu adalah riba, dosanya lebih berat dibandingkan berzina sebanyak tiga puluh enam kali.” (Hadits riwayat. Ahmad, no 22007; dinilai shahih oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’, no. 3375)

http://tanpabungatanpariba.blogspot.com/

---

Kisah tentang akhlaq Umar bin Khattab kepada istrinya :

Umar bin Khattab dianugerahi Allah SWT dengan ketegasan sekaligus hati yang lembut. Kisah rumah tanggaUmar dapat menggambarkan betapa tinggi budi pekerti sang khalifah dalam menghormati istri.
Syahdan, diceritakan seorang laki-laki datang kepada Umar bin Khattab RA. Ia hendak mengadukan istrinya karena marah-marah kepadanya. Lelaki tersebut jengkel dan ingin mengadukan kelakuan istrinya kepada Amirul Mukminin.

Setiap kali datang ke rumah Amirul Mukminin, ia tidak pernah bertemu dengannya. Umar bin Khattab RA selalu telah pergi sebelum ia datang. Suatu ketika, laki-laki itu kemudian datang lagi ke rumah Umar bin Khattab RA. Sampai di depan rumah, ia tidak langsung mengetuk pintu. Umar justru berdiri di depan.

Lelaki itu pun tertegun sejenak. Secara tak sengaja, ia mendengar sang khalifah sedang dimarahi istrinya. Sang istri terdengar membesar-besarkan masalah yang remeh. Nada suara perempuan itu meninggi. Sang Amirul Mukminin cenderung pasif menghadapi kemarahan istrinya.

Lelaki itu kemudian berkata dalam hati, “Jika seorang Amirul Mukminin saja seperti itu, bagaimana denganku?” Ia kemudian berbalik hendak pergi. Umar bin Khattab keluar rumah dan melihat tamunya hendak pergi. Ia pun bertanya, “Apa keperluanmu?”
Laki-laki itu kemudian berbalik dan berkata, “Wahai, Amirul Mukminin, aku datang untuk mengadukan perangai buruk istriku dan sikapnya kepadaku. Tapi, aku mendengar hal yang sama pada istrimu,” kata lelaki itu.

Umar bin Khattab RA kemudian tersenyum. Dia pun mengisahkan kepada lelaki itu mengapa Umar yang keras begitu sabar menghadapi istrinya. “Wahai, saudaraku, aku tetap sabar menghadapi perbuatannya karena itu memang kewajibanku.”

Alih-alih menghardik istrinya, Umar malah menceritakan betapa besar jasa istrinya dalam kehidupannya di dunia. “Bagaimana aku bisa marah kepada istriku karena dialah yang mencuci bajuku, dialah yang memasak roti dan makananku, ia juga yang mengasuh anak-anakku, padahal semua itu bukanlah kewajibannya,” jawabnya.

Umar bin Khattab RA kemudian menasihati lelaki itu untuk bersikap sabar kepada istrinya karena istrinyalah yang membuat dia tenteram di sampingnya. “Karena istriku, aku merasa tenteram (untuk tidak berbuat dosa). Maka, aku harus mampu menahan diri terhadap perangainya.”

“Wahai, Amirul Mukminin, istriku juga demikian,” kata lelaki itu. Amirul Mukminin pun menjawab, “Maka, hendaknya engkau mampu menahan diri karena yakinlah hal tersebut hanya sebentar saja,” kata Amirul Mukminin.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/14/07/25/n993h3-kisah-umar-dimarahi-istri

---

Kisah tentang akhlaq Rasulullah :

Syahdan, suatu hari, Nabi Muhammad SAW akan pergi ke masjid. Seperti biasanya, beliau pun selalu melewati jalan itu karena konon memang hanya itu jalan satu-satunya. Setiap melewati jalan itu, Nabi Muhammad SAW dihina, dicaci, diludahi, bahkan dilempari kotoran oleh seorang sahabat. Nabi Muhammad SAW berusaha bersabar dan bersabar. Bahkan, konon Malaikat Jibril muntap alias marah besar atas penghinaan sahabat itu kepada Nabi Muhammmad SAW. Maka, Malaikat Jibril merayu Nabi Muhammad SAW untuk membalas dendam. Namun, Nabi Muhammad SAW berkata, “Tak usah ya, Jibril. Sahabat itu belum mengenal Islam. Biarkanlah dia dengan perilakunya.” Dan terjadilah penghinaan it uterus-menerus.

Namun, hari itu sungguhlah teramat berbeda. Nabi Muhammad SAW tidak bertemu dengan sahabat yang biasa menghinanya. Tak terlihat sahabat itu duduk dan menunggu Nabi Muhammad SAW yang biasa lewat jalan itu. Tentu saja kondisi itu justru mengherankan Nabi Muhammad SAW. Maka, beliau pun berusaha mencari tahu tentang nasib sahabat. Maka, diketahuilah bahwa sahabat itu sedang sakit keras. Sahabat itu tidak bisa bangun dari tidurnya. Sehari-hari sahabat itu hanya meringkuk di tempat tidur.

Begitu mendengar kabar itu, Nabi Muhammad SAW pun segera bergegas pergi. Beliau pergi untuk menengok sahabat yang sedang sakit itu. Sama sekali beliau tidak menghiraukan pengalamannya yang dihina, dicemooh, dicaci, bahkan disakiti. Nabi Muhammad hanya berkeinginan untuk segera bertemu dengan sang sahabat. Nabi Muhammad SAW ingin mengetahui kondisi yang sebenarnya.

Setiba di depan pintu sang sahabat, Nabi Muhammad SAW segera mengetuk pintu. Tak lupa beliau berucap salam. Hanya suara lemah yang terdengar. Suara lemah yang menggambarkan bahwa orang yang membalas salam tersebut dalam keadaan sakit keras. Nyaris perasaan Nabi Muhammad SAW tak kuat lagi. Langsung saja pintu rumah dibukanya. Dan tiba-tiba Nabi Muhammad SAW terbelalak ketika melihat kondisi sang sahabat. Sahabat itu terkulai lemah di ranjangnya.

Ketika mengetahui orang yang menengoknya adalah Nabi Muhammad SAW, sahabat itu pucat pasi. Keringat dingin mengucur deras sebagai pertanda rasa ketakutan yang teramat sangat. Sahabat itu ketakutan karena disangkanya Nabi Muhammad SAW akan membalas dendam. Ya, Nabi Muhammad SAW dikira akan membalas dendam karena sahabat itu terlalu sering menyakitinya. Semakin Nabi Muhammad SAW mendekati dirinya, sahabat itu semakin pucat pasi.

Ketika sudah berada di sampingnya, tak disangka Nabi Muhammad SAW meletakkan tangan lembutnya di dahi. Lalu, tangan Nabi Muhammad SAW mengusap-usap tangan sahabat. Dengan suara lembut, Nabi Muhammad SAW bertanya tentang penyakit dan perasaan yang dirasakan sahabat.

Mendengar bahasa halus Nabi Muhammad SAW, sahabat itu bergidik gemetar. Perasaannya berkecamuk. Sahabat itu tak pernah menyangka bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki watak yang sedemikian mulia. Sama sekali Nabi Muhammad SAW tidak menampakkan rasa dendamnya. Justru Nabi Muhammad SAW memerlihatkan kepribadiannya yang penyayang dan penyantun. Sungguh perilaku Nabi Muhammad SAW itu mengetuk hati sahabat. Tiba-tiba, sahabat itu mencium tangan Nabi Muhammad SAW. Dengan suara gemetar, sahabat itu berusaha berkata-kata.

“Wahai Muhammad. Ketika engkau akan beribadah, saya selalu mengganggumu. Saya selalu menyakitimu. Saya selalu berusaha agar kamu tidak dapat beribadah dengan segala caraku. Namun, semua usahaku ternyata gagal. Hari ini, saya sedang sakit. Tak seorang pun teman-temanku menengokku. Justru kamu adalah orang yang pertama menengokku. Sungguh hatimu teramat mulia. Maka, persaksikanlah wahai Muhammad, bahwa saya masuk Islam.”

http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/05/02/mari-kita-meneladani-kisah-ini-454284.html

---

Kisah tentang akhlaq Rasulullah :

Ketika Nabi SAW beristirahat dibawah pohon datanglah seseorang hendak membunuh Nabi SAW dengan meletakkan pedangnya dileher Nabi SAW. Lalu orang itu berkata, “Siapa yang akan menolongmu ?” lalu Nabi SAW berkata, “Allah” seketika itu juga pedang orang tersebut terjatuh lalu diambil oleh Nabi SAW dan diletakkan dileher orang itu dan berkata, “Sekarang siapa yang akan menolongmu ?” seteleh orang tersebut memohon belas kasihan kepada Nabi SAW akhirnya orang tersebut dibebaskan oleh Nabi SAW

---

Kisah tentang akhlaq Rasulullah yang Lembut terhadap orang kafir yang memusuhi kita :

Kisah Nabi ketika berdakwah ke Bani thaif, lalu beliau dicaci maki, dihina dan dilempari batu hingga kaki beliau berdarah-darah. Akhirnya beliau menjauh dari thaif dan berdoa

” Wahai Tuhanku, kepada Engkau aku adukan kelemahan tenagaku dan kekurangan daya-upayaku pada pandangan manusia. Wahai Tuhan yang Maha Rahim kepada sesiapa Engkau menyerahkan daku?Kepada musuh yang akan menerkamkan aku ataukah kepada keluarga yang engkau berikan kepadanya urusanku, tidak ada keberatan bagiku asal aku tetap dalam keredzaanMu. Dalam pada itu afiatMu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya mukaMu yang mulia yang menyinari segala langit dan menerangi segala yang gelap dan atasnyalah teratur segala urusan dunia dan akirat, dari Engkau menimpakan atas diriku kemarahanMu atau dari Engkau turun atasku azabMu kepada Engkaulah aku adukan hal ku sehingga Engkau redza. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Engkau”

Demikianlah doa Baginda Rasulullahu yang penuh dengan kepasrahan dan keikhlasan kepada Allah s.w.t. Mendengar doa NabiNya ini, Allah s.w.t menurunkan Jibril AS yang langsung turun berhadapan dengan Rasulullah dan mengucapkan salam seraya berkata:” Allah s.w.t.. mengetahui apa yang telah berlaku diantara kamu dan orang-orang ini. Allah s.w.t. telah menyediakan malaikat digunung-gunung disini khusus untuk menjalankan segala perintah kamu.”

Sambil berkata demikian Jibrail menghadapkan malaikat penjaga gunung-gunung itu dimuka Baginda s.a.w, kata Malaikat ini: “Wahai Rasulullah, saya bersiap sedia untuk menjalankan perintah Tuan. Kalau dikehendaki, saya sanggup menyebabkan gunung-gunung yang berada sebelah menyebelah di kota ini berbenturan sehingga penduduk-penduduk dikedua-dua belah mati tertindih. Kalau tidak, Tuan perintahkan apa saja hukuman yang selayaknya diterima oleh orang-orang ini.”

Namun apa jawab Rasulullahu mendengar janji-janji Malaikat itu yang sesuai dengan nafsu amarah ini? Nabi Muhammad s.a.w. yang penuh dengan sifat rahim dan belas kasihan ini tidak mengiakan tetapi berkata:”Walaupun orang-orang ini tidak menerima Islam, saya harap dengan kehendak Allah s.w.t., keturunan-keturunan mereka, pada satu masa nanti, akan menyembah Allah s.w.t.. dan berbakti kepadaNya.”

http://nurimzaidin.wordpress.com/resume-kajian/ar-rifqu-sifat-lemah-lembut-yang-di-contohkan-nabi/

---

Kisah tentang Sa’ad bin Muadz : Kematiannya Menggetarkan Arsy’

“Wahai Bani Asyhal, bagaimanakah selama ini kalian menilaiku?” “Engkau adalah pemimpin kami, orang yang paling baik pendapatnya, paling berwibawa dan penuh berkah, dan bersih dalam segala persoalan.” Itulah gambaran sosok Sa’ad bin Muadz, pemimpin suku Aus, yang masuk Islam pada masa antara baiat Aqabah I dan baiat Aqabah II.

Kepiawaian putra dari Kabsyah binti Rafi’ bin Abid ini dalam berpikir dan mengemukakan pendapat, terekam pada beberapa orang yang diikutinya bersama Rasulullah saw. Menjelang perang Badar, Rasulullah dihadapkan pada dua pilihan, tetap berada di Badar atau pulang ke Madinah. Sa’ad pun menenangkan dengan berkata, “Wahai Rasulullah saw. jalankanlah apa yang engkau kehendaki, kami tetap bersamamu. Demi Allah, jika engkau menghadap ke lautan lalu terjun ke dalamnya, kami pasti akan terjun bersamamu. Seorang pun di antara kami tak akan mundur”.

Pendapat Sa’ad bin Muadz kembali menjadi acuan bagi Rasulullah tentang kesepakatan dengan Bani Quraizah yang berkhianat, pada perang Khandaq, yaitu memberi sepertiga hasil bumi kepada mereka. Dengan santun Sa’ad bertanya, “Wahai Rasulullah saw. apakah kebijakan ini inisiatifmu sendiri, atau sesuatu yang diperintahkan Allah SWT?” Rasulullah menjawab, “Demi Allah! Tidaklah aku menempuh kebijakan ini melainkan karena aku melihat bangsa Arab telah bersatu melawan kamu. Aku ingin mematahkan kekuatan mereka dengan suatu kebijakan tertentu.”

Dengan penuh keyakinan Sa’ad menjawab, “Wahai Rasulullah saw, dulu kami dan mereka sama-sama hidup dalam kemusyrikan, menyembah berhala dan tidak mengenal Allah. Saat itu mereka tidak pernah mendapatkan hasil bumi kami. Apakah setelah Allah memuliakan kami dengan Islam, kami harus memberikan harta kepada mereka? Kami tidak butuh kebijakan seperti itu. Tidak ada bagian untuk mereka, kecuali pedang, hingga Allah memutuskan perkara antata kita dan mereka.”

Dalam perang tersebut, Sa’ad terkena panah yang menancap tepat di pangkal lengannya. Darah pun mengucur deras. Sa’ad berdo’a, “Ya Allah, jika Engkau belum mengakhiri perang dengan kaum Quraisy, maka beri aku kesempatan untuk turut ambil bagian. Tak ada yang lebih aku senangi untuk diperangi selain kaum yang telah mengganggu dan mendustakan Allah dan Rasul-Nya.” Allah mengabulkan doa’nya. Pasukan Quraisy diterjang angin topan yang dahsyat.

Kondisi Sa’ad semakin parah,. Ia menemui ajal setelah menetapkan keputusan terhadap Bani Quraizhah. Kabsyah binti Rafi’ mengantar jenazah putra tercintanya itu sampai ke liang kubur. Rasulullah berkata kepada Kabsyah, “Apakah tidak cukup untuk mengeringkan air matamu dan menghilangkan kesedihanmu, bahwa anakmu adalah orang pertama yang Allah tertawa kepadanya, serta bergetar arsy’ untuknya.”
Itulah Sa’ad bin Muadz, yang menggetarkan singgasana Allah karena kematiannya, yang sapu tangannya di surga jauh lebih baik daripada jubah bersulam emas.

http://maddinahcenter.blogspot.com/2012/01/saad-bin-muadz-kematiannya-menggetarkan.html

---

Perbedaan Antara Ayat ayat Makkiyyah dan Ayat ayat Madaniyah :

Ditinjau dari masa turunya, maka Al-qur'an terbagi menjadi dua macam :
1. Ayat ayat yang diturunkan di Makkah sebelum Nabi hijrah ke Madinah dinamakan ayat ayat Makkiyah
2. Ayat ayat yang diturunkan di Madinah, atau sesudah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dinamakan ayat ayat Madaniyah

Adapun perbedaan antara keduanya adalah :
1.Ayat ayat Makkiyyah pada umumnya pendek pendek, sedangkan ayat ayat Madaniyah panjang panjang.
Surat Madaniyah merupakan 11/30 dari isi Al-Quran , sedang Makiyah 19/30 .
2.Di dalam surat surat Makkiyyah kebanyakan terdapat seruan " Ya ayyuhan naas " sedang Madaniyah kebanyakan seruan " Ya ayyuhalladzina amanu "
3. Ayat ayat Makiyah kebanyakan mengandung hal hal yang bersifat keimanan, ancaman dan pahala, kiah nabi terdahulu, sedang Madaniyah mengandung hukum hukum dan aturan syariat, baik hukum adat, hukum hukum duniawi,seperti hukum kemasyarakatan, hukum ketatanegaraan, hukum perang, hukum internasional dan lain sebagainya.

http://tuntunan-muslim.blogspot.com/2012/07/perbedaan-antara-ayat-ayat-makkiyyah.html

---

Ketika ayat tentang kewajiban berhijab turun :

Dari Shofiyah binti Syaibah berkata: “Ketika kami bersama Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata: “Saya teringat akan wanita-wanita Quraisy dan keutamaan mereka.” Aisyah berkata: “Sesungguhnya wanita-wanita Quraisy memiliki keutamaan, dan demi Allah, saya tidak melihat wanita yang lebih percaya kepada kitab Allah dan lebih meyakini ayat-ayat-Nya melebihi wanita-wanita Anshor. Ketika turun kepada mereka ayat: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.” (Q.S. An-Nur: 31) Maka para suami segera mendatangi istri-istri mereka dan membacakan apa yang diturunkan Allah kepada mereka. Mereka membacakan ayat itu kepada istri, anak wanita, saudara wanita dan kaum kerabatnya. Dan tidak seorangpun di antara wanita itu kecuali segera berdiri mengambil kain gorden (tirai) dan menutupi kepala dan wajahnya, karena percaya dan iman kepada apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya. Sehingga mereka (berjalan) di belakang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dengan kain penutup seakan-akan di atas kepalanya terdapat burung gagak.”

http://www.darussalaf.or.id/muslimah/apa-lagi-yang-menghalangimu-untuk-berhijab-wahai-saudariku/

---

Keutamaan mengucapkan salam :

Dari Abu Hurairah , Rasulullah berkata, “Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga sebelum kalian beriman; dan kalian belum dikatakan beriman sebelum kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan, maka akan timbul rasa cinta di antara kalian? Sebarkanlah salam di antara kalian!” (Hadist Riwayat Muslim)

http://www.slideshare.net/annisa01/rubrik-kajian-utama-majalah-hidayatullah

---

Cara merasakan manisnya iman :

Dari Anas, dari Nabi SAW beliau bersabda: "Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka."

http://www.bersamadakwah.com/2011/01/hadits-16-manisnya-iman.html

---

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Radhiallahu Ta'ala 'Anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: "Tidak beriman salah seorang kalian sampai dia mencintai saudaranya, seperti dia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Al Qurthubi Rahimahullah mengatakan : Yaitu persaudaraan dalam agama dan kehormatan bukan dalam nasab. Oleh karenanya dikatakan: persaudaraan karena agama lebih kuat dari pada persaudaraan nasab, maka persaudaraan nasab akan terputus dengan berbedanya agama, sedangkan persaudaraan karena agama tidaklah terputus dengan berbedanya nasab." (Al Jami' Li Ahkamil Quran)

http://ukhuwah.uiwap.com/13

---

Kisah tentang keuletan bisnis dari Abdurahman bin Auf :

Seperti telah banyak dikisahkan, sesampainya rombongan hijrah Rasulullah ke kota Madinah, setiap sahabat dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan penduduk Madinah. Abdurahman bin Auf pun dipersaudarakan dengan seorang kaya di madinah bernama Sa’ad Bin Rabi Al Anshari. Melihat Abdurahman bin Auf yang tidak berbekal apa-apa, Sa’ad Bin Rabi Al Anshari serta merta berkata; “Hai Abdurahman, silahkan ambil separuh hartaku untukmu!” Namun tanpa disangka Abdurahman menolak tawaran itu, dengan halus ia menjawab “Tidak, Saudaraku. Terima kasih atas kebaikanmu, semoga Allah memberkahi hartamu, tunjukkan saja padaku dimana letak pasar…!”

Seketika itu juga, dengan tangan kosong, tanpa membawa bekal apalagi modal, Abdurahman berjalan ke pasar. Inilah Abdurahman bin Auf yang kemudian hari dikenal sebagai pengusaha sukses, yang juga termasuk dalam 10 sahabat yang dijamin masuk surga. Beliau menunjukkan betapa mental berani memulai itu penting untuk mencapai kesuksesan. Ya, berani memulai! Meski tanpa bekal materi apa pun di tangannya. Lantas, apa yang sesungguhnya dilakukan oleh Abdurahman bin Auf di pasar itu? Dikisahkan, hari pertama di pasar, Abdurahman bin Auf bekerja sebagai kuli panggul. Selama bekerja itu beliau memperhatikan dengan seksama kondisi pasar, mencari-cari peluang apa yang mungkin baginya untuk mendapatkan rezeki dengan lebih baik di pasar itu. Hari-hari berikutnya dia dekati para penjual di pasar untuk membantu menjualkan barangnya, dia dekati pula orang-orang yang berkunjung ke pasar untuk membantu menemukan barang yang dibutuhkannya. Kepiawaiannya dalam berdagang yang tentunya dengan cara-cara yang sesuai prinsip-prinsip Islam tidak lama mengantarnya menjadi business owner, mengelola usaha sendiri dengan modal sendiri. Selang sebulan setelah itu, Abdurahman bin Auf menghadap Rasulullah untuk meminang seorang gadis, dengan mahar yang dibawanya yaitu emas sebesar biji kurma. Setahun setelahnya Abdurahman bin Auf telah mampu mengeluarkan infak dalam jumlah yang fantastis, setiap tahun dalam jumlah yang fantastis!

http://www.kaffah.biz/artikel/tips_bisnis/tunjukkanlah_padaku_di_mana_letak_pasar

---

Kisah tentang Abu Bakar : Seseorang Menyedekahkan Semua Harta

Apakah yg engkau tinggalkan untuk keluargamu? Aku lantas menjawab, Harta yg sama seperti itu. Umar berkata, Abu Bakar kemudian datang dgn membawa seluruh yg ia miliki. Rasulullah lalu bersabda: Wahai Abu Bakar, apa yg engkau tinggalkan untuk keluargamu? Ia menjawab, Aku tinggalkan untuk mereka Allah & Rasul-Nya. Maka aku katakan, Selamanya aku tak akan bisa mendahuluimu dalam beramal apapun. (HR. Darimi)

---

“Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. At Tirmidzi).

---

Tuntunan sahabat yang meniru perilaku Rasulullah karena kecintaannya kepada Rasulullah :

“Dari Abis bin Robi’ah, ia berkata ‘Aku pernah melihat Umar (bin Khattab) mencium Hajar Aswad. Lantas Umar berkata ‘Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu maka tentu aku tidak akan menciummu.” (HR Bukhari dan Muslim).

http://www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/konsultasi-haji/14/10/03/ncvazy-mencium-hajar-aswad

---

Muhasabah : Siapa yang paling kita cintai?

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hari kiamat. Ia berkata, “Kapan hari kiamat terjadi?” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam balik bertanya, “Apa yang telah engkau persiapkan untuknya?” Ia menjawab, “Tidak ada sama sekali. Hanya saja, sesungguhnya saya mencintai Allah dan Rosul-Nya.” Maka beliau bersabda, “Engkau bersama orang yang engkau cintai.” Anas pun mengatakan, “Tidaklah kami berbahagia dengan sesuatu seperti halnya kebahagiaan kami dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Engkau bersama orang yang engkau cintai.” Anas berkata, “Karena saya mencintai Nabi, Abu Bakar dan Umar. Dan saya berharap saya bersama mereka karena kecintaan saya kepada mereka, meskipun saya tidak beramal seperti amal mereka.”

https://alqiyamah.wordpress.com/2010/03/17/engkau-bersama-orang-yang-engkau-cintai/

---

7 Golongan yang dinaungi Allah di hari kiamat :

Dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada masjid (selalu melakukan shalat berjamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk bezina), tapi ia mengatakan: “Aku takut kepada Allah”, seseorang yang diberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya.” (HR Bukhari)

http://blog.muhsin.my.id/7-golongan-yang-dinaungi-allah-di-hari-kiamat/

---

Ada beberapa faktor yang dapat mengokohkan kecintaan kita di jalan Allah SWT kepada saudara kita sesama Muslim.

Pertama: memberitahukan kepada orang yang dicintai bahwa kita mencintai dia karena Allah SWT. Diriwayatkan dari Abu Dzar ra bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Apabila ada seorang dari kalian mencintai temannya hendaklah dia mendatangi rumahnya dan mengabarinya bahwa ia mencintai dirinya karena Allah SWT.” (HR Ibnul Mubarak dalam kitab Az-Zuhd, hlm. 712)

Kedua: Saling memberi hadiah. Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra, “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR al-Bukhari dan al-Baihaqi).

Ketiga: Saling mengunjungi. Rasulullah SAW juga pernah bersabda, sebagaimana pula dituturkan oleh Abu Hurairah ra, “Wahai Abu Hurairah! berkunjunglah engkau dengan baik, tidak terlalu sering dan terlalu jarang, niscaya akan bertambah sayang.” (HR ath-Thabrani dan al-Baihaqi).

Keempat: Saling mengucapkan salam. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah kalian masuk surga sehingga kalian beriman. Tidakkah kalian beriman sehingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan tentang sesuatu yang apabila kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim)

Kelima: Jangan berprasangka buruk dan melakukan ghibah. Allah SWT berfirman (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Jangan pula sebagian kalian menggunjingkan (ghibah) sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian akan merasa jijik (TQS al-Hujurat: 12).
Keenam: Memiliki empati. Rasulullah SAW bersabda, “Orang-orang Mukmin itu ibarat satu jasad; apabila satu anggota badan sakit, maka seluruh jasad turut merasakan sakit dengan demam dan tidak dapat tidur.” (HR Muslim).

Berdasarkan penjelasan Rasulullah dalam beberapa haditsnya dinyatakan bahwa buah dan hasil dari saling mencintai di jalan Allah di antaranya adalah: mendapatkan kecintaan dan mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT; mendapatkan naungan Allah pada Hari Kiamat pada saat tidak ada naungan kecuali naungan Allah, merasakan manisnya iman, meraih kesempurnaan iman dan akan masuk surga. Rasulullah SAW, misalnya bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai.” (HR Muslim).

Rasulullah SAW pun bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra, “Allah berfirman pada Hari Kiamat, ‘Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.’” (HR Muslim).

Rasulullah SAW juga menceritakan dari Rabb-nya melalui sabdanya, “Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya.”

Rasulullah SAW pun menceritakan dari Rabb-nya yang berfirman, “Cinta-Ku adalah untuk orang-orang yang saling mencintai karena-Ku. Cinta-Ku adalah untuk orang-orang yang saling tolong-menolong karena-Ku. Cinta-Ku adalah untuk orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku.” Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya. (HR Ahmad).
Rasulullah SAW pun bersabda, sebagaimana penuturan Muadz bin Jabal, bahwa Allah telah berfirman, “Orang-orang yang bercinta karena keagungan-Ku, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” (HR at-Tirmidzi).

http://hizbut-tahrir.or.id/2013/03/22/keutamaan-saling-mencintai-karena-allah-swt/

---

Hak muslim :

Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah bersabda:

“Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada enam, yaitu:
(1) jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam,
(2) jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya,
(3) jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat,
(4) jika ia bersin dan mengucapkan: ‘Alhamdulillah’ maka do’akanlah ia dengan Yarhamukallah (artinya = mudah-mudahan Allah memberikan rahmat kepadamu),
(5) jika ia sakit maka jenguklah dan
(6) jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya”.
(HR. Muslim)

http://ustadzridwan.com/hadits-1-bag-1-hak-muslim-atas-muslim-yang-lain/

---

Tentang akhlaq Rasulullah : Keras kepada orang kafir, lembut sesama muslim

Qs Al Fath : 29

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaanNya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud

---

Hukum Menikah ada 5 :

1. Wajib

Hukum nikah dikatakan wajib apabila : orang yang sudah baligh, sudah memiliki pekerjaan/penghasilan belum memiliki pasangan, tetapi memiliki libido yang tinggi, maka hukum nikah menjadi Wajib baginya. Untuk mencegah terjadinya hub. Pranikah/perzinahan.

2. Sunah

Hukum nikah dikatakan Sunah apabila : orang yang sudah baligh, sudah memiliki pekerjaan/penghasilan belum memiliki pasangan, tetapi masih dapat mengontrol syahwatnya, maka hukum nikah menjadi Sunah baginya.

3. Mubah

Mubah merupakan Hukum dasar nikah, dikatakan Mubah karena Nikah tidak dapat dicegah dengan apapun, jika keduanya sudah cocok dan siap baik yang sudah berpenghasilan ataupun tidak, hingga hingga ada larangan dari nash.

4. Makruh

Hukum nikah dikatakan Makruh apabila : Menikah dengan tujuan tidak baik, misal : seorang laki-laki karena memiliki trauma terhadap perempuan, menikah hanya dijadikan ajang untuk melampiaskan dendam, dsb.

5. Haram

Hukum nikah dikatakan haram apabila : orang yang sudah baligh sudah memiliki pasangan untuk menikah tetapi belum memiliki penghasilan yang tetap, dikatakan haram karena menikah merupakan tanggung jawab, dan jika belum mampu untuk menafkahi dirinya bagaimana menafkahi orang lain.

---

Sesungguhnya apabila perceraian terjadi bukan karena alasan-alasan yang dibenarkan oleh syara’, maka perceraian adalah permainan yang tidak bisa diterima oleh agama dan perusakan terhadap sendi-sendi kehidupan. Di manakah orang-orang yang mau berfikir tentang akibat dari perceraian? Apa dosa anak-anak? Dan apa kesalahan orang-orang yang lemah dan tidak berdosa? Padahal ada Hadits yang menyatakan:

“Perkara halal yang paling dibenci Allah ialah talak (Perceraian).” (HR. Abu Daud)

http://khotbahjumat.com/halal-tapi-dibenci/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut