11 November 2014

Pengajian Masjid Raya Bani Umar 11 Nov 2014 Ustadz Abi Makki Muhasabah diri

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 11 Nov 2014
Pembicara : Ustadz Abi Makki
Tema : Muhasabah diri

Manusia cenderung untuk menunjukkan keindahan apa yang dimilikinya, Kecenderungan untuk "show off"

Ketika yaumul hisab setiap orang sibuk dengan dirinya sendiri, tidak terpikir olehnya untuk memikirkan orang lain, setiap orang sibuk dengan amalannya masing masing

---

Orang kafir menyesal atas apa yang pernah diperbuatnya ketika hidup, dia ingin dikembalikan lagi dalam bentuk tanah (asal manusia)

QS Naba : 40

Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya dan orang kafir berkata: Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah

---

Hal yang dihisab :

1. Hal hal yang berkaitan dengan Allah

a. Mengenai shalat

“Barangsiapa yang baik (diterima) shalatnya, maka baik (diterima) pula segala amalan yang lain, dan barangsiapa yang rusak (ditolak) shalatnya, maka rusak (ditolak) pula segala amalan lainnya” (HR Thabarani).

http://shalatsempurna.com/

---

Tidak ada tuntunan untuk mengqodho shalat jika terlewat/terlupa

Dan Aisyah -radhiyallahu’anha-: “Dahulu kami (wanita haid-pen) diperintahkan untuk mengqodho puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqodho sholat.” (Mutafaqun ‘alaihi)

http://www.darussalaf.or.id/fiqih/permasalahan-seputar-haid-dan-puasa-ramadhan/

---

Shalat itu ada tuntunannya, ada waktu waktunya

Qs An Nisa : 103

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

---

Bagaimana jika ada yang berpendapat bahwa boleh mengqodho shalat jika terlewat/terlupa ?

Nabi shalallahu'alaihi wassalam, barangsiapa ketiduran dari shalat atau lupa darinya maka shalatlah ketika bangun atau ketika ingat, tidak ada kafarah baginya kecuali hal itu. Maka apabila ada yang tertidur dan belum melaksanakan dari shalat shubuh maka shalatlah walau saat itu telah masuk waktu dhuha, atau walaupun dia baru bangun saat sudah waktu dhuhur maka tetap shalatlah shubuh. Atau manakala ada yang terlupa dari shalat karena terlalu sibuk hingga terlupa belum shalat dhuhur atau ashar maka ketika ingat laksanakanlah shalat waktu itu, walaupun telah lewat sehari atau dua hari atau bahkan lebih dari itu. Barangsiapa lupa shalat dan kemudian teringat maka wajib melaksanakan shalat yang terlupa, Adapun sengaja maka tidak boleh, tidak boleh secara sengaja meninggalkan shalat hingga ekluar dari waktunya baik itu shalat dhuhur, ashar, maghrib, isya' ataupun fajar.

Wajib melaksanakan shalat pada waktunya kecuali apabila sedang musafir atau sakit maka tidak mengapa menjamak dua shalat seperti maghirb dan isya', atau duhur dengan ashar. Adapun seorang yang tidak bepergian dan sehat maka sepantasnya tidak menjamak dua shalat atau mengakhirkan, tapi wajib baginya untuk shalat pada waktunya

http://nasehat-muslim.blogspot.com/2011/07/apa-yang-harus-dilakukan-saat-ketiduran.html

---

Keutamaan shalat

Mendirikan shalat juga berarti suatu menjalin hubungan atau silah dengan Allah. Orang yang menghadapkan wajahnya kepada Allah di dalam shalat, harus berkonsentrasi penuh kepada-Nya. Dia harus melepas seluruh ruh dan jiwanya dari gayrullah, yakni selain Allah. Dalam shalat menghadap Allah, pikirannya tidak boleh terbagi-bagi kepada hal-hal lain selain Allah, yakni kepada makhluk dan kepada Khaliq. Dia harus menghilangkan segala pikiran tentang makhluk, yakni infisal, dan memusatkan pikirannya kepada Khaliq, yakni ittisal. Inilah shalat yang dilakukan oleh golongan ahlullah.

http://nuralmukminn.blogspot.com/2011/12/shalat-adalah-perjalanan-menuju-allah.html

---

Panduan untuk mendidik anak supaya shalat :

Dari 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya radhiyallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila pada usia sepuluh tahun tidak mengerjakan shalat, serta pisahkanlah mereka di tempat tidurnya.”(hadits hasan diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan)

Sesungguhnya anak-anak kita adalah amanat yang telah Allah limpahkan kepada kita, dan tentunya kita semua menginginkan mereka menjadi anak yang shalih, dan agar Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan taufiq kepada mereka dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Pukulan yang seperti apa yang dibenarkan ?

- Pukulan adalah sarana untuk mendidik, sebagaimana fungsi penggunaan garam untuk makanan, maka hendaknya sedikit saja supaya tidak menghilangkan fungsinya.

- Pukulan tidak keras dan tidak menyakitkan.

- Jangan memukul dalam kondisi sangat marah karena dikhawatirkan akan mencelakakan anak.

- Menghidari anggota badan yang sensitif seperti kepala, wajah, dada dan perut.

- Tidak memukul lebih dari tiga kali apabila anak belum baligh.

- Hendaklah engkau yang melakukannya (pukulan itu) sendiri, dan jangan diwakilkan ke orang lain.

- Termasuk kesalahan adalah tidak memberikan hukuman setelah memberikan ancaman. Misalnya seorang ayah brkata kepada anaknya:'Apabila engkau melakukan kesalahan ini lagi nanti akan saya pukul'. Ternyata ketika dia melakukan kesalahan itu ayahnya tidak memukulnya.

- Hendaklah melupakan secara langsung apa yang berkaitan dengan dosanya setelah dilakukan hukuman.

- Jangan memaksa anak secara langsung untuk meminta maaf setelah diberikan hukuman karena hal itu adalah penghinaan baginya.

- Sebagaimana wajib untuk tidak meminta anak agar tidak menangis setelah diberikan hukuman karena mungkin saja dia menangis karena merasakan sakit dengan hukuman tersebut.

http://www.alsofwah.or.id/cetakhadits.php?id=247

---

Keutamaan menjawab adzan :

Apabila muadzin mengatakan, “Allahu Akbar Allahu Akbar”, maka salah seorang dari kalian mengatakan, “Allahu Akbar Allahu Akbar.” Kemudian muadzin mengatakan, “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah”, maka dikatakan, “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah.” Muadzin mengatakan setelah itu, “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”, maka dijawab, “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah.” Saat muadzin mengatakan, “Hayya ‘Alash Shalah”, maka dikatakan, “La Haula wala Quwwata illa billah.” Saat muadzin mengatakan, “Hayya ‘Alal Falah”, maka dikatakan, “La Haula wala Quwwata illa billah.” Kemudian muadzin berkata, “Allahu Akbar Allahu Akbar”, maka si pendengar pun mengatakan, “Allahu Akbar Allahu Akbar.” Di akhirnya muadzin berkata, “La Ilaaha illallah”, ia pun mengatakan, “La Ilaaha illallah” Bila yang menjawab adzan ini mengatakannya dengan keyakinan hatinya niscaya ia pasti masuk surga.” (HR. Muslim)

Doa yang dipanjatkan setelah menjawab adzan :

“Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad. Berilah keberkahan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad. Sebagaimana Engkau bershalawat dan memberikan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”

---

b. Mengenai zakat/infaq/sedekah

Uang yang kita keluarkan untuk zakat/infaq/sedekah berkata kepada pemiliknya :

1. Sesungguhnya aku jumlahnya sedikit, namun karena kau keluarkan untuk zakat/infaq/sedekah maka jumlahku menjadi banyak
2. Sesungguhnya awalnya kau yang menjagaku, namun karena kau keluarkan untuk zakat/infaq/sedekah maka akhirnya aku yang menjagamu
3. Sesunggunya awalnya aku tidak abadi, namun karena kau keluarkan untuk zakat/infaq/sedekah maka sekarang aku menjadikan abadi

---

Pahala jika menggunakan uang untuk zakat/infaq/sedekah :

QS Al Baqarah : 261

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah1 adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.

---

c. Mengenai puasa

Apakah diantara kita ada yang lupa mengganti kekurangan jumlah bilangan puasa ramadhan ?

---

Apakah diantara kita ada yang lupa berapa kali waktu shalat yang pernah ditinggalkan ?
Kemudian apa yang bisa kita lakukan sekarang ? Solusinya, gunakan pintu taubatan nasuha

---

Qs Al Baqarah : 285

“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan : “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa) : “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

---

Doa setelah shalat : Allahumma antassalam waminka salam tabarakta ya dzaljalali walikrami

http://thetrueideas.wordpress.com/2012/03/12/kekeliruan-ketika-membaca-doa-allahumma-antassalam-dst/

---

d. Mengenai haji

“Apabila seorang Muslim telah berkecukupan harta tetapi belum melaksanakan haji maka jika meninggal dia akan sama saja seperti seorang Nasrani, Yahudi, dan Majusi.”

---

e. Keutamaan hafal asma'ul husna

“Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang menjaganya maka dia masuk surga.” (HR. Bukhari)

Keterangan Syekh Abdul Aziz bin Baz megenai makna hadist : Makna dari ‘menjaga’ adalah dengan menghafalnya, merenungkan maknanya, dan mengamalkan kandungan maknanya… mengingat adanya kebaikan yang banyak dan ilmu yang bermanfaat dalam mengamalkan kandungan makna asmaul husna tersebut. Karena mengamalkannya merupakan sebab kebaikan bagi hati, kesempurnaan takut kepada Allah, dan menunaikan hak-Nya.

http://www.konsultasisyariah.com/99-nama-asmaul-husna/

2. Muhasabah dengan makhluk

a. Berbakti kepada orangtua

dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”. (HR Tirmidzi)

http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/03/hadis-tentang-berbakti-kepada-orang-tua.html

---

Dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah As-Sa'idiy, ia berkata : Pada suatu waktu kami duduk di samping Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari Bani Salamah, lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah masih ada kesempatan untuk aku berbuat baik kepada kedua orangtuaku setelah mereka meninggal?” Beliau menjawab, “Ya. Mendoakan dan memintakan ampunan untuk keduanya, melaksanakan janji keduanya sesudah meninggal, menyambung jalinan silaturrahim mereka dan memuliakan teman mereka.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Lima perkara yang hendaknya dilakukan anak untuk kedua orang tuanya yang sudah meninggal dunia, yaitu:

1. Mendoakan kebaikan untuk keduanya, termasuk di dalamnya melaksanakan shalat jenazah keduany. Intinya memohon kepada Allah agar Allah merahmati keduanya. Dan ini bentuk amal baik kepada orang tua saat mereka masih hidup maupun sudah meninggal. Jika Allah merahmati berarti Allah melimpahkan semua bentuk kebaikan kepada keduanya dan menghindarkan berbagai keburukan dari keduanya.
2. Istighfar untuk keduanya: memohonkan kepada Allah agar mengampuni dosa-dosa keduanya. Ini merupakan kebaikan paling utama sesudah mereka meninggal.
3. Menunaikan janji keduanya setelah meninggal berarti melaksanakan wasiat keduanya. Maka bagi anak, baik laki-laki atau perempuan untuk melaksanakan wasiat keduanya jika sesuai syariat.
4. Memuliakan teman-teman keduanya; termasuk kawan karibnya, rekan kerjanya, kerabatnya keduanya. Seorang anak-anak menghormati dan memuliakan mereka, di antaranya dengan berkata sopan dan baik kepada mereka, menjenguk saat mereka sakit, membantuk saat kesusahan, member hadiah, dan semisalnya.
5. Menyambung silaturahim (hubungan kekerabatan) keduanya, yaitu berbuat baik kepada paman dan bibi dari jalur ayah maupun ibu, kerabat-kerabat mereka. Berbuat baik kepada mereka dan menyambung kekerabatan mereka termasuk memuliakan orang tua.
Dari bahasan ini dapat kita simpulkan bahwa anak muslim wajib berusaha memberikan kebaikan kepada orang tua dan menghilangkan bahaya dari keduanya, saat mereka masih hidup maupun sudah meninggal dunia. Karena mereka memiliki banyak jasa terhadap anak-anaknya saat si anak masih kecil, dirawat, disayang, dididik dan dibesarkan. Kewajban anak adalah membalas kebaikan mereka dengan kebaikan, pengorbanan dengan pengorbanan, khususnya terhadap ibu

http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2014/10/10/33327/5-bentuk-berbuat-baik-ke-orang-tua-yang-sudah-meninggal/#sthash.6YlM813O.dpuf

---

Berbakti Kepada Orang Tua / Birrul Walidain :

Suatu hari ada seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. Dia bertanya, “Wahai Rasulullah, aku mempunyai harta kekayaan dan anak. Sementara ayahku berkeinginan menguasai harta milikku dalam pembelanjaan. Apakah yang demikian ini benar?” Maka jawab Rasulullah, “Dirimu dan harta kekayaanmu adalah milik orang tuamu.” (HR. Ibnu Majah dari Jabir bin Abdillah).

Begitulah, syari’at Islam menetapkan betapa besar hak-hak orang tua atas anaknya. Bukan saja ketika sang anak masih hidup dalam rengkuhan kedua orang tuanya, bahkan ketika ia sudah berkeluarga dan hidup mandiri. Tentu saja hak-hak yang agung tersebut sebanding dengan besarnya jasa dan pengorbanan yang telah mereka berikan. Sehingga tak mengherankan jika perintah berbakti kepada orang tua menempati ranking ke dua setelah perintah beribadah kepada Allah dengan mengesakan-Nya.

http://www.belajarislam.com/berbakti-kepada-orang-tua-2/

---

Tanda tanda kiamat :

Lelaki itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku kapan terjadinya Kiamat.” Nabi menjawab, “Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia pun bertanya lagi, “Beritahukan kepadaku tentang tanda – tandanya!” Nabi menjawab, “Jika budak wanita telah melahirkan tuannya, jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta penggembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.” (HR Muslim)

Tersebarnya sikap durhaka kepada orang tua, Dalam pandangan yang lain, ungkapan bahwa budak telah melahirkan tuannya lebih merupakan sekedar ungkapan. Maksudnya, anak-anak akan menjadi durhaka kepada orangtuanya, terlebih kepada ibunya. Seolah-olah ibunya dijadikan budak, dan anak telah berubah menjadi tuan yang memperbudak ibunya sendiri. Dalam pandangan ini, gambarannya malah terbalik, bukan gambaran yang bersifat optimis melainkan bersifat apatis. Tanda-tanda kiamat dihiasi dengan semakin hilangnya rasa hormat kepada orang tua.

http://kaeshafiz.wordpress.com/2008/12/28/tanda-kiamat-budak-wanita-melahirkan-majikannya-maksudnya/

---

b. Berbuat baik kepada Suami/istri dan anak

"Telah dikabarkan kepada kami bahwa seorang anak akan tergantung di leher ayahnya pada hari kiamat nanti. Lalu dia berkata: 'Wahai Rabbku, ambillah hakku dari orang yang menzhalimiku ini!' Sang ayah berkata: 'Bagaimana aku menzhalimimu, sedangkan aku telah memberimu makan dan pakaian?' Sang anak berkata: 'Benar, engkau telah memberiku makan dan pakaian, tetapi engkau melihatku melakukan maksiat dan engkau tidak melarangku.'" (Dikutip dari Majalah Az-Zahur, Sya'ban 1420 H)

Terlepas dari pembahasan mengenai kualitas riwayat tersebut, shahih ataukah tidak, tetapi yang jelas makna yang terkandung di dalamnya sama sekali tidak bertentangan dengan makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur`an dan hadits-hadits shahih. Dalam QS. At-Tahriim (66): 6, Allah swt. berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka."

Mengenai tafsir ayat ini, Qatadah berkata: "Perintahkan mereka untuk taat kepada Allah dan laranglah mereka dari perbuatan maksiat kepada-Nya. Bantulah mereka untuk mengerjakan perintah Allah. Apabila kamu melihat mereka melakukan kemaksiatan, maka tegurlah!" Ibnu Jarir juga berkata: "Kita wajib untuk mengajarkan anak-anak kita tentang agama Islam, kebaikan dan adab!" Sedangkan Ibnu Umar berkata: "Didiklah anakmu, karena kelak kamu akan ditanya tentang pendidikan dan pengajaran seperti apa yang telah kamu berikan kepada anakmu. Anakmu juga akan ditanya tentang bagaimana dia berbakti dan berlaku taat kepadamu."

Dari penjelasan para mufassir tersebut, dapat difahami bahwa ayat ke-6 dari QS. At-Tahriim itu merupakan sebuah perintah tegas kepada seorang Muslim untuk menjaga keluarganya dari siksa api neraka, yaitu dengan cara memperhatikan pendidikan agama mereka dan selalu memperhatikan tindak-tanduk mereka. Karena sebuah kewajiban, maka bila perintah tersebut tidak dipatuhi atau tidak dijalankan dengan baik oleh seorang Muslim, maka tentunya ada konsekuensi yang akan dia dapatkan di akhirat nanti.

Hal senada juga dapat difahami dari hadits shahih yang berbunyi: "Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya." (HR Bukhari dan Muslim) Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa bila seorang Muslim tidak mendidik anaknya dengan baik, maka kelak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas tugasnya di dunia itu, dan tentunya ada konsekuensi yang akan dia dapatkan.
Selain itu, ada juga hadits yang menegaskan bahwa seorang hamba akan diangkat erajatnya di surga karena permohonan ampunan untuknya yang dilakukan oleh anaknya yang shaleh. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad, dan dianggap shahih oleh Ibn Katsir. Bila seorang hamba mendapatkan hasil yang baik karena dia telah mendidik anaknya dengan baik sehingga menjadi anak yang shaleh yang memohonkan ampunan untuknya, maka dapat difahami secara mafhum mukhalafah (pengertian terbalik), bahwa seorang hamba juga akan mendapatkan hasil yang tidak baik bila dia lalai dalam memperhatikan dan mendidik anaknya sewaktu di dunia.

http://mediasilaturahim.com/konsultasi-agama/konsultasi-keluarga/154-masuk-neraka-karena-anak.html

c. Berbuat baik kepada mukminin/mukminat

Jadilah orang yang mudah meminta maaf dan memaafkan

d. Berbuat baik kepada makhluk hidup lainnya seperti hewan, tumbuhan, sumber daya alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut