08 Januari 2015

Pengajian Khoirotunnisa di Kediaman Ibu Dewi Sandra 8 Januari 2015 Ustadz Afdholi AR Refleksi diri dalam perspektif Al Quran

Event : Pengajian Khoirotunnisa di Kediaman Ibu Dewi Sandra
Tanggal : 8 Januari 2015
Pembicara : Ustadz Afdholi AR
Tema : Refleksi diri dalam perspektif Al Quran

Mengapa kita perlu merefleksi diri ?

Qs Al Hasyr : 18-20

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung.

---

Pointnya adalah :
1. Pentingnya iman dan taqwa
2. Mampu merefleksi/mengevalusi diri
3. Merasa dihadiri oleh Allah

---

Bagaimana caranya ?
1. Berserah diri kepada Allah
2. Hidup ini kemauan Allah

---

Tidak ada segala sesuatu karena faktor kebetulan/kesialan

QS At Taubah : 51

Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal.

---

Bagaimana cara kita menyikapi takdir, Kalau ada yang baik, karena Allah, kalau ada yang tidak baik, karena diri kita sendiri

QS An Nisa : 79

Apa saja nimat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi

---

Berserah diri akan mendatangkan kebahagiaan untuk dirinya sendiri

Qs Al Baqarah : 112

(Tidak demikian) dan bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Rabb-nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

---

Kenapa mengejar prioritas dunia sedangkan di dunia 1000 tahun saja sama seperti 1 harinya di akhirat

Qs As Sajadah : 5

Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.

---

Kriteria orang baik disisi Allah

QS Fussilat : 34-36

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

---

Kisah doa Nabi Zakariya yang memohon doa agar diberikan keturunan

Qs Maryam : 1-8

Kaaf Haa Yaa Ain Shaad. (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tetang rahmat Rabb kamu kepada hamba-Nya zakariya. yaitu tatkala ia berdoa kepada Rabbnya dengan suara yang lembut. Ia berkata: Ya Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalalu telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Rabbku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalanku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Yaqub, dan jadikanlah ia, ya Rabbku, seorang yang diridhoi. Hai Zakariya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia. Zakariya berkata: Ya Rabbku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.

---

Intinya ketika memohon kepada Allah :
1. Berdoa jangan keras keras
2. Berdoa jangan putus asa

---

Jangan mudah percaya pada hal hal yang bersifat gaib, karena hal gaib hanya dikuasai oleh Allah, Jadi kalau ada orang yang

Luqman : 34

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

---

Seperti halnya mengenai kematian, tidak ada 1 orangpun yang bisa memprediksi tentang kematian, bahkan Rasulullah pun tidak tahu kapan beliau meninggal dunia

Qs Al Isra : 85

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: Roh itu termasuk urusan Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.

---

Kisah Nabi Musa dengan Nabi Khidir

Pada era kerasulan Musa, hidup seorang nabi bernama Khidir. Asal usulnya tak jelas. Ada yang mengatakan, ia merupakan keluarga Dzulqarnain, ada pula yang mengatakan, ia keturunan bangsa Persia dan Romawi. Beberapa menyebut, Khidir merupakan nama julukan dari pria kalangan biasa bernama Balya bin Malkan.

Entah siapa Khidir tersebut, sosoknya begitu misterius. Ia pun dikisahkan dalam sebuah perjalanan Musa yang penuh hal ajaib, luar biasa, dan tentunya penuh misteri.

Suatu hari, seorang dari Bani Israil menemui Musa dan kemudian bertanya, “Wahai Nabiyullah, adakah di dunia ini orang yang lebih berilmu darimu?” ujarnya. Tersentak, Nabi Musa pun jelas menjawab, “Tidak.” Tentu saja, siapa yang mampu menandingi ilmu Musa, utusan Allah kala itu. Sumber tuntunan agama dan sumber pengetahuan wahyu Allah ada di genggaman Musa. Ia memiliki Taurat dan beragam mukjizat dari-Nya.

Namun, rupanya Allah memiliki hamba lain selain Musa yang lebih berilmu. Allah pun mewahyukan pada Musa bahwa tak seorang pun di muka bumi yang mampu menguasai semua ilmu. Tak hanya Musa, di belahan bumi lain pun terdapat seorang yang memiliki ilmu luar biasa.

Ilmu itu tak dimiliki Musa sekalipun. Orang itu juga seorang nabi. Mengetahui hal tersebut, sontak Musa pun ingin berguru pada orang tersebut. Ia bersemangat ingin menuntut ilmu dan menambah pengetahuanya.

“Ya Allah, di mana orang ini bisa saya temui? Saya ingin bertemu dengannya dan belajar darinya,” tanya Musa antusias. Nabi Musa sendiri dikenal dengan keistimewaan sebagai nabi yang bisa berbicara langsung dengan Allah tanpa perlu perantara malaikat. Allah pun menunjukkan sebuah tempat di mana Musa dapat menemui orang berilmu tersebut.

Di pertemuan antara dua lautan, demikian lokasi ahli ilmu itu. Agar lebih yakin dan tak salah mengenali orang, Musa pun meminta tanda identitas orang tersebut. Allah pun memerintahkan Musa membawa seekor ikan dalam wadah berisi air. Ikan tersebut akan menunjukkan arah di mana keberadaan sang ahli ilmu Khidir.

Berangkatlah Musa menyusuri lautan, mencari keberadaan Khidir. Ia ditemani muridnya yang terkenal setia Yusya bin Nun. Yusya lah yang membawa bejana berisi ikan yang akan menghantarkan Musa pada Khidir.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, keduanya tak juga menemukan Khidir. Meski lelah, keduanya tetap melanjutkan perjalanan. “Aku tak akan berhenti sebelum sampai ke pertemuan dua lautan atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun,” ujar Musa pada Yusya.

Perjalanan telah jauh, tapi Khidir tak juga dijumpai. Musa pun memutuskan untuk sejenak beristirahat di sebuah batu besar di tepi sungai. Kelelahan, Musa pun tertidur. Saat Musa terlelap, Yusya melihat ikan dalam bejana tersebut meloncat keluar dari bejana ke arah sungai. Tapi, Yusya lupa mengabarkannya pada Musa. Saat Musa bangun, keduanya pun melanjutkan perjalanan tanpa ingat panduan sang ikan.

Pejalanan melelahkan keduanya hingga mereka merasa lapar. Ketika Musa menanyakan bekal untuk makan, Yusya baru teringat pada si ikan. “Saat kita istirahat di batu tadi, sungguh aku benar-benar lupa mengabarkan tentang ikan itu.

Tidaklah yang melupakanku untuk mengabarkannya padamu kecuali syaitan. Ikan itu kembali ke laut dengan cara yang aneh sekali,” ujar Yusya. Musa pun langsung mengetahui itu adalah sebuah tanda, “Itulah tempat yang kita cari,” ujar Musa bersemangat.

Lupa sudah rasa lapar tadi, keduanya pun kembali ke arah semula tempat mereka beristirahat. Sampailah mereka pada tempat yang mereka tuju dan bertemu sosok pria yang wajahnya tertutup sebagian oleh kudung. Sikapnya tegas menunjukkan kesalehannya. Pria itulah Khidir. “Bolehkah aku mengikutimu agar kau bisa mengajarkanku sebagian ilmu di antara ilmu-ilmu yang kau miliki?” ujar Musa kepada Khidir.

Apa jawab Khidir kepada Musa? “Sungguh kau tak akan sanggup untuk sabar jika bersamaku. Bagimana kamu dapat sabar atas sesuatu yang kamu belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang itu,” kata Khidir.

Bukan Musa kalau langsung patah semangat dengan penolakan halus itu. “Insya Allah, kau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar. Aku tak akan menentangmu dalam urusan apa pun,’” ujarnya. Mendengar ketekadan hati Musa, Khidir pun akhirnya mengizinkan Musa mengikutinya. Tapi, dengan syarat, “Jika kau mengikutiku, jangan menanyakan suatu apa pun padaku sampai aku yang menerangkannya padamu,” kata Khidir.

Musa girang dapat mengikuti Khidir. Artinya, ia dapat menuntut ilmu dari Khidir. Pergilah Khidir dan Musa menumpang sebuah perahu. Tapi, ketika perahu itu hampir mendarat, Khidir melubangi perahu tersebut. Musa kaget, ia pun berkata, “Mengapa kau lubangi perahu ini. Kau akan membuat penumpang tenggelam. Kau telah melakukan sebuah kesalahan besar.”

Khidir hanya menjawab, “Bukankah aku telah berkata bahwa kau tak akan sabar bersamaku.” Musa pun teringat janjinya tak akan menanyakan apa pun. Ia pun menyesali ucapannya. “Jangan hukum aku atas lupaku dan jangan bebani aku dengan kesulitan urusan,” kata Musa.

Keduanya pun melanjutkan perjalanan. Di tengah jalan, mereka berjumpa dengan seorang anak. Mengagetkan, Khidir kemudian membunuhnya. Musa yang sifatnya spontan langsung bereaksi. “Mengapa kau bunuh jiwa yang bersih? Dia tak membunuh orang lain. Sungguh, kau melakukan suatu yang mungkar,” protes Musa.

Lagi-lagi, Khidir hanya menjawab, “Bukankah sudah kukatakan padamu bahwa kau sungguh tak akan sabar bersamaku?” Musa pun kembali teringat janjinya. Dia pun memendam rasa amarah sekaligus herannya atas kelakuan Khidir. “Jika setelah ini aku bertanya kembali padamu, jangan kau izinkan aku lagi mengikutimu. Sungguh, kau cukup memberiku uzur,” kata Musa.

Perjalanan keduanya dilanjutkan. Tibalah mereka di sebuah negeri. Tapi, tak ada satu pun penduduk negeri yang berkenan menjamu mereka. Lagi, Khidir melakukan perbuatan yang tak masuk akal bagi Musa. Kali ini khidir tidak melakukan perbuatan mungkar di negeri tersebut, ia justru memperbaiki dinding sebuah rumah yang hampir roboh. “Jika kau mau, kau dapat mengambil upah karena telah memperbaiki itu,” ujar Musa.

Lupa sudah Musa akan tekadnya untuk diam tak mengomentari ulah Khidir. Sesuai ucapan Musa, ia pun tak lagi mendapat pengecualian. Sudah tiga kali Musa mempertanyakan sikap Khidir. “Inilah perpisahanku denganmu,” kata Khidir.

Sebelum berpisah, Khidir pun menjelaskan maksud dibalik perbuatan yang Musa tak sabar atasnya. “Aku akan memberitahu tujuan perbuatanku. Perahu itu adalah milik orang miskin yang bekerja di laut. Aku merusak perahu mereka karena mereka dihadapkan pada seorang raja yang merampas setiap perahu,” kata Khidir.

Betapa ilmu Khidir benar-benar luar biasa. Ilmu tersebut membuatnya sangat bijak. Bayangkan jika Khidir tak melubangi perahu itu, orang miskin tersebut akan kehilangan tak hanya perahu, tapi juga mata pencaharian mereka. Dengan perahu yang berlubang, raja lalim mana yang suka untuk mengambilnya.

Itu baru satu kisah. Kisah selanjutnya, Khidir menjelaskan, “Adapun anak itu, kedua orang tuanya merupakan Mukminin. Kami khawatir, dia akan mendorong kedua orang tuanya pada kesesatan dan kekafiran. Dan, kami menghendaki supaya Rabb mengganti anak lain untuk mereka yang lebih baik, suci, dan lebih sayang pada ibu bapaknya,” ujar Khidir.

Tahulah Musa bahwa ilmu yang dimiliki Khidir benar-benar luar biasa. Ia mengetahui hal misterius dan mengambil kebijaksanaan atasnya. Kisah terakhir, “Dinding rumah itu merupakan milik dua anak yatim di negeri tersebut. Di bawahnya tersimpan harta benda simpanan sang ayah untuk keduanya. Ayahnya adalah seorang yang shalih. Rabbmu menghendaki agar mereka sampai dewasa dan mengeluarkan simpanan itu sebagai rahmat Rabbmu,” jelas Khidir.

Terjawablah semua pertanyaan Musa atas sikap Khidir. Musa pun kagum dengan ilmu yang diajarkan Allah kepada Khidir. “Tidaklah aku melakukannya menurut kemauanku sendiri,” pungkas Khidir yang menunjukkan betapa dia memiliki ilmu yang luar biasa dari rahmat Allah.

Perjalanan Musa dan Khidir tersebut dikisahkan dalam Alquran surah al-Kahfi ayat 60 hingga 82. Rasulullah pun mengisahkannya dalam sebuah hadis riwayat Ubai Ibn Ka’ab yang tercantum dalam Shahih Al Bukhari. Ibnu Katsir menjelaskan kisah dengan rinci melalui hadis tersebut.

Di akhir hadis, Rasulullah bersabda, “Kami berharap, Musa dapat sabar dengan kebajikan yang mana Allah mungkin akan memberitahu kami lebih banyak tentang kisah ini. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya pada Musa,” sabda Rasulullah.

http://lampuislam.blogspot.com/2014/04/kisah-nabi-musa-dengan-nabi-khidir.html

---

Ramalan diberikan ke orang orang yang mengikuti setan, bisa dibisikkan melalui sesama manusia atau bahkan melalui binatang

Qs Al An'am : 121

Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu;dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.

---

Mengajarkan sesuatu dengan cara yang baik

Qs An Nahl : 125

Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

---

Bagaimana sikap seorang muslim terhadap kebanyakan maksiat yang tersebar di negeri kaum muslimin?

Barangsiapa di antara kalian yang menyaksikan suatu kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya, maka jika ia tidak mampu dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman (Riwayat Muslim)

http://almanhaj.or.id/content/1823/slash/0/sikap-seorang-muslim-terhadap-maksiat-yang-tersebar-di-negeri-kaum-muslimin/

---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut