15 April 2010

Liqo Tanggal 14 April 2010

Event : Liqo
Tanggal : 14 April 2010
Pembicara : Ustadzah Ummi Liyah
Tema : Mengenal Allah

Mungkin terlintas dalam benak kita, apakah masih perlu berbicara tentang Allah? Bukankah kita sudah sering mendengar dan menyebut asma-Nya. Bukankah kita sudah tahu bahwa Allah adalah Tuhan kita. Tidakkah itu sudah cukup? Ketahuilah, perasaan merasa cukup inilah yang menghalangi kita untuk menambah dan memperkaya wawasan kita tentang pemahaman dan pengenalan terhadap pencipta kita, Allah SWT.

Sesungguhnya semakin dalam dan sering kita memahami untuk mengenal Allah maka kita akan semakin merasa dekat dengan-Nya. Semakin dekat perasaan kita kepada Allah, semakin tenang jiwa kita. Sebagaimana yang termaktub dalam Al Qur’anul Karim dalam Surat Ar Ra’du (13) : 38.

Ketika kita berbicara tentang Allah, kita tidak hanya membahas Allah sebagai Rabb (Pencipta) namun kita juga membahas bahwa Allah sebagai Malik dan Ilah. Secara definitif dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Malik memiliki makna pemilik, pemelihara dan penguasa. Ilah memiliki makna sebagai Yang paling dicintai, Yang paling ditakuti dan Yang menjadi sumber pengharapan.

Allah SWT sebagai pencipta lebih mudah dipahami dibandingkan memahami Allah sebagai Malik dan Ilah. Hal ini disebabkan karena memahami Allah sebagai Malik memiliki berbagai konsekuensi diantaranya konsekuensi pengabdian melaksanakan perintah-Nya, konsekuensi menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang paling dicintai, konsekuensi menjadikan Allah sebagai satu-satunya penguasa diri, dan sebagainya. Konsekuensi inilah yang biasanya menjadi kendala bagi kita untuk memahami Allah secara menyeluruh.

Dalam memahami dan mengenal Allah, kita sebaiknya berkeyakinan bahwa Allah sumber ilmu dan pengetahuan. Ilmu-ilmu tersebut berfungsi sebagai pedoman hidup. Dan sebagai sarana hidup. Dengan keyakinan itu maka kita akan lebih mudah untuk memahami Allah dan juga memiliki kepribadian yang merdeka dan bebas, karena kita hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya penguasa diri kita, seluruh makhluk bagi kita memiliki posisi yang sama. Sama-sama hamba Allah jadi kita tidak akan takut kepada selain Allah.

Makna Mengenal Allah

Ma’rifatullah adalah bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu Ma’rifah dan Allah. Ma’rifah berarti mengetahui, mengenal. Mengenal Allah yang diajarkan kepada manusia adalah mengenal melalui hasil penciptaannya bukan melalui zat Allah. Karena akal kita memiliki keterbatasan untuk memahami seluruh ilmu yang ada di dunia ini, apalagi zat Allah.

Pentingnya Mengenal Allah

a. Ma’rifatullah merupakan ilmu tertinggi yang harus dipahami manusia.
Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah adalah ilmu tertinggi sebab jika dipahami memberikan keyakinan yang dalam. Memahami Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya yang terang yaitu keimanan. (QS. Luqman (31) : 18).

b. Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya.

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
QS. adz-Dzariyat (51) : 56

c. Berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting karena berhubungn dengan manfaat yang diperolehnya yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, dengan kedua hal tersebut akan memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan yang hakiki.

Jalan Untuk Mengenal Allah
a. Akal dan Fithrah
b. Pendengaran dan penglihatan
c. Alam semesta
d. Manusia dan Hewan
e. Pengenalan dan jiwa
f. Mu’jizat
g. Melalui Asmaul Husna

Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya.
QS. al-Mu'minun (23) : 62

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS. al-Baqarah (2) : 284


Hasil Mengenal Allah

Hasil dari mengenal Allah adalah peningkatan iman dan taqwa sehingga muncul beberapa hal di bawah ini:

a. Kebebasan

Dengan mengenal Allah kiat menjadi manusia yang bebas, tidak menjadi budak sesama makhluk dan tidak juga menyembah apapun kecuali Allah SWT yang memang berhak untuk disembah.

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
QS. al-An'am (6) : 82

b. Memberi ketenangan.

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
QS. ar-Ra'd (13) : 28

c. Keberkahan.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
QS. al-A'raf (7) : 96

d. Kehidupan yang baik

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
QS. an-Nahl (16) : 97

e. Syurga.

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).
QS. Yunus (10) : 25
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.
QS. Yunus (10) : 26

f. Keridhaan Allah (Mardhatillah).

Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang-orang yang takut kepada Tuhannya.
QS. al-Bayyinah (98) : 8


Hal-hal yang Menghalangi Mengenal Allah

a. Kesombongan.

Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong.
QS. an-Nahl (16) : 22

(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.
QS. al-Mu'min (40) : 35

b. Dzalim.

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
QS. ash-Shaff (61) : 7

c. Tidak berpengetahuan.

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.
QS. az-Zumar (39) : 65
Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur ".
QS. az-Zumar (39) : 66

d. Dusta.

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
QS. al-Baqarah (2) : 10

Kecelakaan besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
QS. al-Mursalat (77) : 19

e. Menyimpang.

(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
QS. al-Mai'dah (5) : 13

f. Berbuat kerusakan/fasad.

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.
QS. al-Hasyr (59) : 19

g. Lalai.

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
QS. al-A'raf (7) : 179

h. Banyak berbuat maksiat.

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.
QS. al-Muthaffifin (83) : 14

i. Ragu-ragu.

Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan Rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim.
QS. an-Nur (24) : 50

Semua sifat di atas merupakan bibit kekafiran kepada Allah yang harus dibersihkan dari hati dan pemahaman. Kekafiran yang menyebabkan Allah mengunci hati, menutup mata dan telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka akibat perbuatan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut