01 April 2010

Pengajian Mahagoni Park Tanggal 1 April 2010

Event : Pengajian Mahagoni Park
Tanggal : 1 April 2010
Pembicara : Ustadzah Ummu Mumtaza
Tema : An Nashr

Nomor Surat: 110
Arti Nama Surat: Pertolongan
Jumlah ayat: 3 (tiga) ayat
Diturunkan di: Madinah

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
QS. an-Nashr (110) : 1
dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
QS. an-Nashr (110) : 2
maka bertasbihlah dengan dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
QS. an-Nashr (110) : 3

Muqaddimah

Surah pendek dengan hanya 3 ayat ini nilai dan fadhilahnya menyamai seperempat Al-Qur’an (lihat HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu). Dan menurut sebagian riwayat, ia merupakan surah yang diturunkan terakhir kali, yakni pada pertengahan hari-hari tasyriq di Mina pada haji wada’ (HR. An-Nasaa-i dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dan HR. Al-Bazzar dan Al-Baihaqi dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma), sebagai pertanda telah sempurnanya ajaran Islam dan telah berakhirnya tugas suci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mengemban amanah besar dari Allah Ta’ala, untuk menyeru dan membimbing ummat manusia ke jalan lurus, jalan Allah satu-satunya (QS. Al-Fatihah [1]: 6-7; QS. Al-An’am [6]: 153; QS. Yaasiin [36]: 61), yakni jalan tauhid, iman, ibadah dan penghambaan diri kepada Allah semata dalam bingkai dinul Islam yang murni. Oleh karena itu, turunnya surah ini dipahami sebagai tanda telah dekatnya ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bercerita bahwa, di hari-hari terakhirnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam banyak mengucapkan dzikir dan doa: “Subhanallah wabihamdih, astaghfirullah, wa atubu ilaih”, dan beliau bersabda (yang artinya): “Sungguh Rabb-ku (Tuhan-ku) telah memberitahuku bahwa aku akan mendapatkan suatu tanda pada ummatku, dan Dia memerintahkan jika telah mendapatkannya agar aku bertasbih memuji-Nya dan beristighfar kepada-Nya, karena sungguh Dia Maha Penerima taubat, dan aku telah mendapatkannya, …lalu beliaupun membaca surah An-Nashr” (HR. Ahmad dan Muslim).

Dan dalam hadits lain disebutkan bahwa, setelah surah An-Nashr turun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam ruku’ dan sujud beliau banyak membaca dzikir: Subhanaka Allahumma [Rabbana] wa bihamdika, Allahumma-ghfirli, dalam rangka melaksanakan perintah Allah dalam Al-Qur’an surah An-Nashr ayat 3 (lihat HR. Muttafaq ‘alaih dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dan HR. Ahmad dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).

Hanya Untuk Satu Misi Suci

Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma – dikuatkan oleh Amirul mukminin ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu – memahami surah An-Nashr sebagai tanda dari Allah akan dekatnya ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (lihat HR. Al-Bukhari). Dan tafsir beliau ini – yang selaras dengan hadits Muslim di atas – menegaskan bahwa, satu-satunya misi suci, tugas mulia dan jalan lurus beliau dalam hidup ini hanyalah menyampaikan dakwah Islam (QS. Yusuf [12]: 108), dan tidak ada yang lain. Maka ketika dinul Islam telah sempurna (QS. Al-Maidah [5]: 3), pertolongan Allah telah datang dan kemenangan terbesar telah diraih, yang ditandai dengan penaklukan kota Mekkah dan masuknya ummat manusia secara berbondong-bondong ke dalam agama Islam, jika itu semua telah terjadi, berarti telah tibalah saat beliau kembali kepada Allah. Karena memang hanya untuk misi dan tujuan mulia itu sajalah beliau dicipta di dunia ini dan diutus di tengah-tengah ummat manusia.

Nah, di sinilah kita semua sebagai ummat pengikut dan pewaris Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, wajib merenung dan menanyakan pada diri masing-masing: sudahkah selama ini kita menjadikan dakwah membela dan memperjuangkan Islam sebagai tugas dan misi utama kita dalam hidup ini? Ataukah urusan dakwah baru kebagian yang serba sisa saja dari kepedulian kita, perhatian kita, waktu kita, tenaga kita, harta kita, dan semua yang kita miliki? Atau bahkan masih lebih buruk lagi dari itu?

Standar Kesuksesan dan Fiqih Kemenangan

Dan karena tugas dan misi utama itu adalah berdakwah memenangkan Islam di bumi Allah ini, maka standar kesuksesan dan parameter kemenangan dalam hidup setiap mukmin dan mukminah pewaris Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam haruslah diukur dengan kesuksesan dakwah dan kemenangan Islam, dan bukan kesuksesan-kesuksesan lain yang bersifat materi dan duniawi yang umumnya semu belaka.

Meskipun keberhasilan dan kesuksesan dakwah tidak selalu harus berwujud kemenangan Islam yang terlihat di alam kehidupan nyata. Namun tetap saja kita harus menjadikan pasal kemenangan ini sebagai tujuan utama dan cita-cita besar perjuangan dakwah kita. Dan untuk itu kita mesti memahami kaidah-kaidah fiqhun nashr (fikih kemenangan) yang merupakan bagian dari sunnatullah dalam kehidupan ini. Dan di antara kaidah-kaidah itu adalah sebagai berikut:

Pertama, kemenangan itu hanya dari Allah saja(QS. Ali ‘Imraan [3]: 126, dan Al-Anfaal [8]: 10). Oleh karenanya kemenangan yang diraih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam surah ini dinisbatkan langsung kepada Allah: nashrullah (pertolongan/kemenangan dari Allah).

Kedua, kemenangan hakiki dari Allah hanya diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang berhak, yakni yang benar-benar beriman (QS. Ar-Ruum [30]: 47; Ghaafir [40]: 51).

Ketiga, untuk berhak atas pertolongan dan kemenangan dari Allah, orang beriman wajib beramal, berusaha dan berjuang secara benar, optimal dan maksimal, yang karenanya membutuhkan waktu yang panjang dan melalui tahapan-tahapan tertentu (lihat QS. Al-Hajj [22]: 40; Al-’Ankabut [29]: 69; Muhammad [47]: 7), jadi tidak serta merta begitu saja secara bim salabim, yang sering dipakai secara salah untuk menafsirkan kata-kata kun fayakun, dan juga tidak sekedar berpangku tangan saja. Maka kemenangan puncak dalam dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seperti disebutkan dalam surah An-Nashr-pun baru diperoleh setelah liku-liku dan tahapan-tahapan perjuangan yang panjang selama 21 tahun, padahal amat sangatlah mudah andai Allah ingin memberikan pertolongan dan kemenangan-Nya langsung pada hari pertama kenabian dan kerasulan kekasih-Nya itu. Tapi Allah tidak berkehendak demikian karena itu tidak sesuai dengan ketentuan sunnah-Nya Sendiri.

Keempat, Allah memberikan kemenangan kepada orang-orang beriman yang beramal dan teruji tegar dalam melewati berbagai cobaan dan ujian berat yang memang merupakan bagian dari sunnatullah yang baku di jalan dakwah dan jihad (QS. Al-Baqarah [2]: 214, dan Al-’Ankabuut [29]: 2-3).

Menang = Syukur dan Istighfar

Islam adalah agama yang indah dalam berbagai aspeknya, karena memang berasal dari Allah Ta’ala Dzat Yang Maha Indah. Dan salah satu sisi serta bentuk keindahan itu terlihat pada arahan, petunjuk dan bahkan perintahnya pada momen kesuksesan sempurna dan kemenangan puncak.Dimana dalam situasi dan kondisi seperti itu biasanya orang akan berbangga diri, sombong karena merasa paling hebat, bersuka ria melampiaskan kegembiraan dengan penuh kelalaian dan sikap lupa diri, dan semacamnya.

Namun Islam justru memerintahkan kebalikan dari itu semua. Ya, melalui firman-Nya dalam surah An-Nashr ini, Allah memerintahkan kekasih-Nya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat mendapat kemenangan puncak itu untuk justru merunduk dan merendah dalam rangka menyadari kelemahan diri dan sekaligus mengekspresikan rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah dengan banyak-banyak bertasbih dan bertahmid mengagungkan dan memuji Asmaa’-Nya. Semuanya wajib dikembalikan kepada Allah, karena Dia-lah Pemilik dan Pemberi semuanya.

---

Untuk mendapatkan pertolongan dari Allah maka kita terlebih dahulu menolong Allah

Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
QS. Muhammad (47) : 7

Salah satu cara menolong Allah adah dengan menuntut ilmu

Wahai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?,
QS. ash-Shaff (61) : 10
(Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,
QS. ash-Shaff (61) : 11
niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar.
QS. ash-Shaff (61) : 12
Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.
QS. ash-Shaff (61) : 13
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah? "Pengikut-pengikut yang setia itu berkata:" Kamilah penolong-penolong agama Allah ", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.
QS. ash-Shaff (61) : 14

Macam pertolongan Allah :

1. dijauhkan dari musibah

2. terkabulnya doa

3. dimudahkannya segala urusan

Syarat menolong agama Allah :

1. Yakin kepada Allah dan RasulNya

2. jihad dengan harta dan jiwa agar kita :

- mendapatkan ampunan dari Allah

- masuk surga Aden

- mendapatkan pertolongan Allah

salah satu cara berjihad dengan harta adalah dengan sedekah.

Skala prioritas dalam urutan obyek sedekah :

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,
QS. an-Nisa' (4) : 36

Dinamakannya sedekah, kerana dengan sedekah menunjukkan kejujuran orang yang memberinya. Harta itu disenangi oleh jiwa, apabila engkau menyedekahkan apa yang engkau senangi, maka hal itu sebagai dalil bahawa engkau jujur dan tulus dalam melakukannya. - Syarah Riyadhus Sholihin

Dan itu sedekah menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api. - Hadis Riwayat at-Tirmidzi

Abu Thalhah r.a. berkata: “Wahai Rasulullah, Allah telah berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.” Dan harta yang paling aku cintai adalah kebun kurma yang berada di Bairuhaa, dan kebun itu sekarang aku sedekahkan kerana Allah, aku mengharap kebaikan dan tabungan pahalanya di sisi Allah. Rasulullah berkata: “Duhai, itu adalah harta yang menguntungkan. Aku telah mendengar apa yang engkau katakan, dan aku memandang agar harta itu di sedekahkan kepada keluarga terdekatmu dahulu.” Abu Thalhah r.a. berkata: “Baik, saya akan lakukan wahai Rasulullah.” Maka Abu Thalhah membahagikannya kepada kerabat dan keluarga terdekatnya. - Hadis Riwayat Bukhari

Sedekah kepada orang miskin mendapat satu sedekah, dan sedekah kepada saudara kerabat mendapat dua pahala: pahala sedekah dan pahala menyambung tali silaturrohim. - Hadis Riwayat Ahmad

Boleh menerima pemberian makanan (asal makanan yang halal) dari non muslim :

Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.
QS. al-Mai'dah (5) : 5

Pilihan hidup menurut Ibnu Taimiyyah :

1. apabila dipertemukan dengan 2 hal yang baik maka pilihlah yang terbaik

2. apabila dipertemukan dengan hal yang baik dan yang buruk maka pilihlah yang baik

3. apabila dipertemukan dengan 2 hal yang buruk maka pilihlah yang keburukannya paling minim

Asal muasal turunnya Qs An Nashr

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
QS. al-Baqarah (2) : 214

Apa yang membuat kita ditolong Allah ? berinfak

Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.
QS. al-Baqarah (2) : 215

Bagaimana jika kita menyerahkan infak kepada orang yang kurang tepat sasaran ?

Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allahlah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya.
QS. al-Baqarah (2) : 272

Bagi penerima sedekah, doakan pemberi sedekah

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui.
QS. at-Taubah (9) : 103

Adab bagi orang yang ingin memberi sedekah atau justru tidak memberikan sedekah :

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: Seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
QS. al-Baqarah (2) : 261
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
QS. al-Baqarah (2) : 262
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
QS. al-Baqarah (2) : 263
Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
QS. al-Baqarah (2) : 264
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
QS. al-Baqarah (2) : 265

Mari bertasbih kepada Allah

Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
QS. al-Hadid (57) : 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut