08 April 2010

Liqo Tanggal 7 April 2010

Event : Liqo
Tanggal : 7 April 2010
Pembicara : Ustadzah Ummu Liyah
Tema : Iman Kepada Para Nabi Dan Rasul

Definisi Nabi dan Rasul

Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba.
Dinamakan Nabi karena mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang diberitahu beritanya (lewat wahyu).
Sedangkan kata rasul secara bahasa berasal dari kata irsal yang bermakna membimbing atau memberi arahan.
Definisi secara syar’i yang masyhur, nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan sedangkan Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syari’at dan diperintahkan untuk menyampaikannnya (*). Sebagian ulama menyatakan bahwa definisi ini memiliki kelemahan, karena tidaklah wahyu disampaikan Allah ke bumi kecuali untuk disampaikan, dan jika Nabi tidak menyampaikan maka termasuk menyembunyikan wahyu Allah. Kelemahan lain dari definisi ini ditunjukkan dalam hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Antara nabi dan rasul

Kenabian lebih umum karena semua rasul adalah nabi tetapi tidak semua nabi adalah rasul. Jadi orang yang bukan nabi bukan rasul, dengan kata lain, untuk bisa menjadi rasul dia harus menjadi nabi.
Rasul membawa risalah kepada orang yang tidak mengetahui agama dan syariat Allah atau kepada orang-orang yang merubah syariat dan agama untuk mengajar mereka dan mengembalikan mereka kepadanya sedangkan Nabi saw diutus dengan dakwah syariat sebelumnya.

Kenabian adalah pemberian Allah

Kenabian bukan derajat puncak yang bisa diraih dengan cara-cara dan latihan-latihan tertentu, manusia tidak mungkin mendapatkannya dengan usaha mereka karena ia bukan gelar yang mungkin diraih dengan jerih payah. Kenabian adalah derajat tinggi dan kedudukan mulia yang Allah berikan kepada orang yang Dia kehendaki. Orang yang Allah berkehendak memilihnya sebagai nabi telah disiapkan oleh Allah sedemikian rupa untuk memikul kenabian tersebut. Allah menjaganya dari setan dan melindunginya dari syirik serta menganugerahkan perilaku terpuji kepadanya.

Dalil yang menetapkan bahwa kenabian adalah murni anugerah Allah adalah firmanNya,

“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih.” (Maryam: 58).

FirmanNya kepada Musa,
“Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalahKu dan untuk berbicara langsung denganKu.” (Al-A’raf: 144).

FirmanNya tentang ucapan Ya’qub kepada Yusuf,
“Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi).” (Yusuf: 6).

Manakala Allah mengutus nabi Muhammad, orang-orang Jahiliyah melihatnya tidak layak menyandang anugerah kenabian, ada yang lebih layak –menurut mereka- darinya yaitu seorang laki-laki besar di Makkah atau Thaif, al-Walid bin al-Mughirah atau Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi, maka Allah mengingkari pandangan keliru mereka, Dia menjelaskan bahwa DiriNya adalah Rabb yang bertindak mutlak, maka tidak seorang pun berhak cawe-cawe (campur tangan) dalam apa yang dikehendkai Allah termasuk memberikan derajat kenabian kepada hambaNya yang dikehendakiNya.

Firman Allah, “Dan mereka berkata, ‘Mengapa al-Qur`an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini.’ Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (Az-Zukhruf: 31-32).

Firman Allah, “Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata, ‘Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah.’ Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (Al-An’am: 124).

Ayat-ayat ini mengandung petunjuk yang jelas bahwa kenabian tidak diperoleh dengan cara dan sarana tertentu, ia murni nikmat Allah yang dengan hikmah dan ilmuNya Dia berikan kepada hambaNya, ia bukan untuk orang yang mengharapkannya atau bahkan mengklaimnya.

Ditampakkan kepadaku umat-umat, aku melihat seorang nabi dengan sekelompok orang banyak, dan nabi bersama satu dua orang dan nabi tidak bersama seorang pun.
(HR. Bukhori dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi juga menyampaikan wahyu kepada umatnya. Ulama lain menyatakan bahwa ketika Nabi tidak diperintahkan untuk menyampaikan wahyu bukan berarti Nabi tidak boleh menyampaikan wahyu. Wallahu’alam. Perbedaan yang lebih jelas antara Nabi dan Rasul adalah seorang Rasul mendapatkan syari’at baru sedangkan Nabi diutus untuk mempertahankan syari’at yang sebelumnya.

Bagaimana Beriman Kepada Nabi dan Rasul ?

Beriman kepada Nabi dan Rasul termasuk ushul (pokok) iman.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana beriman kepada Nabi dan Rasul dengan pemahaman yang benar.
Syaikh Muhammad ibn Sholeh Al Utsaimin menyampaikan dalam kitabnya Syarh Tsalatsatul Ushul, keimanan pada Rasul terkandung empat unsur di dalamnya.

Perlu diperhatikan bahwa penyebutan empat di sini bukan berarti pembatasan bahwa hanya ada empat unsur dalam keimanan kepada nabi dan rosul-Nya

1. Mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul. Orang yang mengingkari – walaupun satu Rasul – sama saja mengingkari seluruh Rasul. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” (QS. Asy-Syu’araa 26:105). Walaupun kaum Nuh hanya mendustakan nabi Nuh, akan tetapi Allah menjadikan mereka kaum yang mendustai seluruh Rasul.
2. Mengimani nama-nama Nabi dan Rasul yang kita ketahui dan mengimani secara global nama-nama Nabi dan Rasul yang tidak ketahui.
3. Membenarkan berita-berita yang shahih dari para Nabi dan Rasul.
4. Mengamalkan syari’at Nabi dimana Nabi diutus kepada kita. Dan penutup para nabi adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau diutus untuk seluruh umat manusia. Sehingga ketika telah datang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka wajib bagi ahlu kitab tunduk dan berserah diri pada Islam Sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-NisaA’ 4:65)

Wajib meyakini bahwa Allah mengutus seorang rasul pada masing-masing umat yang menyeru mereka kepada tauhid dan kufur terhadap apa yang disembah selain Allah. Beriman kepada seluruh rasul dan nabi adalah wajib tanpa membedakan dalam arti tidak beriman kepada sebagian dan kufur kepada sebagian yang lain sebab hal tersebut sama dengan tidak beriman kepada semuanya.

Firman Allah, “Rasul telah beriman kepada al-Qur`an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya. (Mereka mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya,’ dan mereka mengatakan, ‘Kami dengar dan kami taat.’ (Mereka berdoa), ‘Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (Al-Baqarah: 285).

Firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasulNya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasulNya, dengan mengatakan, ‘Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain),’ serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasulNya dan tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nisa`: 150-152).

Sebagaimana wajib beriman kepada mereka secara umum, yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui, khusus yang kita ketahui namanya kita beriman kepada nama-nama tersebut secara khusus seperti Nuh, Shalih, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad dan lain-lain, dengan tetap meyakini bahwa Allah memiliki nabi-nabi dan rasul-rasul selain mereka.

FirmanNya, “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.” (Al-Ghafir: 78).

Jumlah Nabi dan Rasul

jumlah Nabi tidaklah terbatas hanya 25 orang dan jumlah Rasul juga tidak terbatas 5 yang kita kenal dengan nama Ulul ‘Azmi.
Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Dzar Al-Ghifari, ia bertanya pada Rasulullah, “Ya Rasulullah, berapa jumlah rasul?”, Nabi shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “Tiga ratus belasan orang.”
(HR. Ahmad dishahihkan Syaikh Albani).

Dalam riwayat Abu Umamah, Abu Dzar bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa tepatnya para nabi?”, Nabi shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “124.000 dan Rasul itu 315 orang.”
Namun terdapat pendapat lain dari sebagian ulama yang menyatakan bahwa jumlah Nabi dan Rasul tidak dapat kita ketahui. Wallahu’alam.

Oleh karena itulah, walaupun dalam Al-Qur’an hanya disebut 25 nabi, maka kita tetap mengimani secara global adanya Nabi dan Rasul yang tidak dikisahkan dalam Al-Qur’an.
Allah ta’ala berfirman yang artinya,

“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Al-Mu’min 40:78).

Tugas Para Rasul ‘alaihissalam

Allah mengutus pada setiap umat seorang Rasul.
Walaupun penerapan syari’at dari tiap Rasul berbeda-beda, namun Allah mengutus para Rasul dengan tugas yang sama.
Beberapa diantara tugas tersebut adalah:

1. Menyampaikan risalah Allah ta’ala dan wahyu-Nya.
2. Dakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
3. Memberikan kabar gembira dan memperingatkan manusia dari segala kejelekan.
4. Memperbaiki jiwa dan mensucikannya.
5. Meluruskan pemikiran dan aqidah yang menyimpang.
6. Menegakkan hujjah atas manusia.
7. Mengatur umat manusia untuk berkumpul dalam satu aqidah.

"Ya Allah, wahai Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan Muhammad, hamba-Mu dan Rasul-Mu, sebagaimana engkau telah memuliakan Ibrahim; dan berilah berkat oleh-Mu kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi berkat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim."

(HR. Al-Bukhari dan Abu Sa'id)

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

(Q.S Ali-Imran [03]: 144)

Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".

(Q.S. Al-Baqarah [2]: 136)

Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(Q.S. Al-Mu'min [40]: 78)

Seorang muslim wajib beriman bahwa Allah telah mengutus sejumlah nabi dan rasul sebelum nabi Muhammad SAW, meski tidak perlu mengetahui berapa jumlah mereka seluruhnya, siapa nama-nama mereka dan di mana mereka bertugas.

Dalam suatu hadist riwayat Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab musnadnya, dikatakan bahwa jumlah nabi ada lebih kurang 124000 orang dan jumlah rasul ada 315 orang. Tetapi riwayat tersebut bukan hadist muttawatir, karenanya tidak bisa dijadikan pegangan dalam aqidah. Sebab aqidah tidak boleh berlandaskan dalil-dalil yang dzonni (yang belum pasti kebenarannya).

Berbeda dengan para nabi dan rasul sebelumnya, kenabian Muhammad SAW, dapat dibuktikan secara aqli dengan mukjizatnya yang abadi, yaitu Al-Qur'an.


Seorang muslim wajib mengetahui 25 nabi dan rasul diantaranya:

01. Nabi Adam AS

02. Nabi Idris AS

03. Nabi Nuh AS

04. Nabi Huud AS

05. Nabi Shaleh AS

06. Nabi Ibrahin AS

07. Nabi Ismail AS

08. Nabi Luth AS

09. Nabi Ishaq AS

10. Nabi Ya'qub AS

11. Nabi Yusuf AS

12. Nabi Syu'aib AS

13. Nabi Ayyub AS

14. Nabi Dzulkifli AS

15. Nabi Musa AS

16. Nabi Harun AS

17. Nabi Daud AS

18. Nabi Sulaiman AS

19. Nabi Ilyas AS

20. Nabi Ilyasa AS

21. Nabi Yunu AS

22. Nabi Zakaria AS

23. Nabi Yahya AS

24. Nabi Isa AS

25. Nabi Muhammad SAW

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

(Q.S. Al-Azhab [33]: 40)

Selain beriman kepada kenabian dan kerasulan Muhammad SAW, seorang muslim wajib pula meyakini bahwa nabi Muhammad SAW adalah khatamunnabiyin (penutup para nabi). Tidak ada lagi nabi atau rasul sesudahnya sampai hari kiamat.

"Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis. Maka tidak ada nabi dan rasul sesudahku."

(HR. Imam Ahmad bin Hambal dari Anas bin Malik)

"Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku adalah sama dengan seseorang yang membuat rumah; diperindah dan diperbagusnya (serta diselesaikan segala sesuatunya) kecuali tempat (yang disiapkan) untuk sebuah batu bata di sudut rumah itu. Orang-orang yang mengelilingi rumah itu mengaguminya, tetapi bertanya: 'Mengapa engkau belum memasang batu bata itu?' Nabipun berkata: 'Akulah batu bata (terakhir) - sebagai penyempurna - itu, dan sayalah penutup para nabi."

(HR. Imam Bukhari, Ahmad Ibnu Hibban dari Abu Hurairah)

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."

(Q.S. An-Nisa [04]: 65)


Ketika seorang muslim mengucapkan "Laa ilaaha illallah; Muhammadur Rasulullah" berarti ia telah meyakini bahwa hanya Allah SWT sebagai satu-satunya Dzat yang berhak di ibadahi dan diabdi, dipatuhi dan di taati serta sebagai satu-satunya pembuat syari'at. Ia pun meyakini bahwa dari sekian banyak makhluk ciptaan Allah, hanya Muhammad SAW satu-satunya hamba Allah yang berhak untuk diikuti dan diteladani. Tidak boleh mengambil satu teladanpun kecuali dari beliau.

Artinya kita sepenuhnya percaya bahwa Rasulullah SAW adalah nabi dan rasul penutup, tidak ada lagi nabi setelah beliau, kecuali nabi-nabi palsu.

"Tidak akan terjadi kiamat kecuali akan keluar (muncul) tukang-tukang bohong (para penipu) kira-kira 30 orang. Semua mengaku dirinya sebagai rasul Allah".

(HR. Bukhari , Muslim Ahmad dari Abu Hurairah)

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

(Q.S. Al-Azhab [33]: 40)

Selain beriman kepada kenabian dan kerasulan Muhammad SAW, seorang muslim wajib pula meyakini bahwa nabi Muhammad SAW adalah khatamunnabiyin (penutup para nabi). Tidak ada lagi nabi atau rasul sesudahnya sampai hari kiamat.

"Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis. Maka tidak ada nabi dan rasul sesudahku."

(HR. Imam Ahmad bin Hambal dari Anas bin Malik)

"Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku adalah sama dengan seseorang yang membuat rumah; diperindah dan diperbagusnya (serta diselesaikan segala sesuatunya) kecuali tempat (yang disiapkan) untuk sebuah batu bata di sudut rumah itu. Orang-orang yang mengelilingi rumah itu mengaguminya, tetapi bertanya: 'Mengapa engkau belum memasang batu bata itu?' Nabipun berkata: 'Akulah batu bata (terakhir) - sebagai penyempurna - itu, dan sayalah penutup para nabi."

(HR. Imam Bukhari, Ahmad Ibnu Hibban dari Abu Hurairah)

Selanjutnya di antara 25 orang itu ada 5 orang Rasul yang mempunyai kelebihan yang istimewa, dinamakan Ulul-‘Azmi. Artinya para Nabi dan Rasul yang mempunyai ketabahan, mereka itu adalah:

Nabi Muhammad SAW
Nabi Isa a.s.
Nabi Musa a.s.
Nabi Ibrahim a.s.
Nabi Nuh a.s.
Mengingat pekerjaan para Rasul, sebagai pesuruh Allah untuk memberi petunjuk kepada segenap manusia dan untuk memperbaiki masyarakat, maka para Rasul itu harus memiliki sifat-sifat:

a. SIFAT-SIFAT WAJIB:

Benar/Jujur (Shiddiq)
Boleh dipercaya (Amanah)
Menyampaikan perintah dan larangan (Tabligh)
Cerdas (Fathonah)
b. SIFAT-SIFAT MUSTAHIL (artinya TAK MUNGKIN Nabi/Rasul bersifat seperti di bawah ini):

Suka bohong (Kidzib)
Berkhianat (Khianat)
Menyembunyikan (Kitman)
Bodoh/pelupa (Ghoflah)
c. SIFAT-SIFAT JAIZ (MUNGKIN):

Para Rasul itu adalah manusia juga, bahkan dijadikan contoh bagi sekalian manusia; maka merekapun mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasa yang disebut:

AL-A’RAADLUL-BASYARIYAH.

Seperti makan, minum, berkeluarga, penat, mati, merasa enak dan tidak enak, sehat juga menderita sakit yang tidak mengurangi kedudukannya sebagai Rasul.

ASSAM’IYAAT (perkara-perkara yang kita dengar keterangan).

Assamiyaat adalah hal-hal yang tidak di capai dengan akal semata-mata, dan hanya dapat diketahui dari keterangan yang kita terima dari sumber agama sendiri, yakni dari kitab-kitab Tuhan Allah dan keterangan-keterangan para Rasul.

Di antara hal-hal yang termasuk di dalam Assam’iyaat adalah:

Malaikat
Kitab-kitab Tuhan Allah
Hari kemudian
Hinggaan Allah (Qadla dan Qadar)
Termasuk soal-soal di atas, tentang jin, surga, neraka, hal ikhwal kubur, dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut