02 Juli 2010

Pengajian Mahagoni Park Tanggal 1 Juli 2010

Event : Pengajian Mahagoni Park
Tanggal : 1 Juli 2010
Pembicara : Ustadzah Ummu Mumtaza
Tema : Kajian Tafsir Qs Al Kautsar

Adab dalam ta'lim :

1. mencatat intisari tausiyah

2. membaca dalil dalilnya.

3. bertanya kepada ustadz / ustadzah

4. memahami isi tausiyah

5. mendakwahkannya kembali kepada orang lain

---
Qs Al Kaustar turun setelah Qs Al Adiyat

Imam Tabrani mengetengahkan sebuah hadits melalui Abu Ayub, yang menceritakan, bahwa ketika Ibrahim anak lelaki Rasulullah saw. meninggal dunia, sebagian di antara orang-orang musyrik, berjalan menuju ke sebagian yang lainnya seraya mengatakan, "Sesungguhnya orang yang membawa agama baru ini telah terputus keturunannya malam ini", maka Allah menurunkan firman-Nya, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al Kautsar." (Q.S. Al Kautsar 1 hingga akhir surah). Imam Ibnu Munzir mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Juraij yang menceritakan, bahwa telah sampai suatu hadis kepadaku, bahwasanya ketika Ibrahim anak Nabi saw. meninggal dunia, orang-orang Quraisy mengatakan, "Kini Muhammad menjadi orang yang abtar (yakni terputus keturunannya)." Mendengar kata-kata tersebut Nabi saw. berduka cita, lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al Kautsar." (Q.S. Al Kautsar, 1) dimaksud sebagai ucapan bela sungkawa kepada Nabi saw.

fafirruilaallah.co.cc

---
Asbabnun Nuzul Al Kautsar :

1. penghinaan terhadap Rasulullah yang memilili pengikut mayoritas dari kaum dhuafa

2. penghinaan terhadap Rasulullah karena tidak memiliki anak laki laki

3. penghinaan terhadap Rasulullah karena mayoritas pengikut Nabi mengalami cobaan hidup yang berat

Dalil yang berkaitan dengan Qs Al Kautsar :

Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, malainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta".
QS. Hud (11) : 27

Tafsir ayat ke 1 :

Nikmat yang banyak adalah :

1. kenabian Rasulullah

2. agama yang benar (Islam)

Dalil yang berkaitan dengan hal tersebut :

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
QS. Ali Imran (3) : 85

3. petunjuk hidup ( Al Quran)

4. kebahagiaan dunia dan akhirat

Ada 3 hal yang membuat kita bisa menjadi penghuni surga :

1. menebarkan salam

2. memberikan makan sampai kenyang untuk keluarga dan tanggungannya

3. melaksanakan puasa sunnah secara rutin

Tafsir ayat ke 2 :

salah satu isi ayat ini adalah perintah shalat.

shalat yang sah apabila diawali dengan niat

DARI Amirul Mukminin Abi Hafsh, Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya amal itu tergantung kepada niatnya dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya menuju Allah dan Rasul-Nya, ia akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya menuju dunia yang akan diperolehnya atau menuju wanita yang akan dinikahinya, ia akan mendapatkan apa yang dituju." (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Pelajaran yang Dipetik dari Hadits Ini:

1. Niat itu termasuk bagian dari iman karena niat termasuk amalan hati.

2. Wajib bagi seorang muslim mengetahui hukum suatu amalan sebelum ia melakukan amalan tersebut, apakah amalan itu disyariatkan atau tidak, apakah hukumnya wajib atau sunnah. Karena di dalam hadits ditunjukkan bahwasanya amalan itu bisa tertolak apabila luput darinya niatan yang disyariatkan.

3. Disyaratkannya niat dalam amalan-amalan ketaatan dan harus dita'yin (ditentukan) yakni bila seseorang ingin shalat maka ia harus menentukan dalam niatnya shalat apa yang akan ia kerjakan apakah shalat sunnah atau shalat wajib, dhuhur, atau ashar, dst. Bila ingin puasa maka ia harus menentukun apakah puasanya itu puasa sunnah, puasa qadha atau yang lainnya.

4. Amal tergantung dari niat, tentang sah tidaknya, sempurna atau kurangnya, taat atau maksiat.

5. Seseorang mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan namun perlu diingat niat yang baik tidaklah merubah perkara mungkar (kejelekan) itu menjadi ma'ruf (kebaikan), dan tidak menjadikan yang bid'ah menjadi sunnah.

6. Wajibnya berhati-hati dari riya, sum'ah (beramal karena ingin didengar orang lain), dan tujuan dunia lainnya, karena perkara tersebut merusakkan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

7. Hijrah (berpindah) dari negeri kafir ke negeri Islam memiliki keutamaan yang besar dan merupakan ibadah bila diniatkan karena Allah dan Rasul-Nya.

annashr.wordpress.com

---

Rukun shalat :


Rukun-Rukun Sholat

Sholat mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satunya ditinggalkan, maka
batal-lah sholat tersebut. Berikut ini penjelasannya secara terperinci
tentang rukun-rukun sholat.

1. Berniat

Yaitu niat di hati untuk melaksanakan sholat tertentu, hal ini berdasarkan
sabda Rosulullah saw, "Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung
niatnya." (Muttafaq 'alaih)

Niat itu dilakukan bersamaan dengan melaksanakan takbiratul ihram dan
mengangkat kedua tangan, namun, tidak mengapa kalau niat itu sedikit lebih
dahulu dari keduanya.

2. Membaca Takbiratul Ihram

Yaitu dengan lafazh (ucapan): "Allaahuakbar"

Hal ini berdasarkan sabda Rosulullah saw, "Kunci sholat itu adalah bersuci,
pembatas antara perbuatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu sholat
adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan sholat adalah salam." (HR Abu
Daud, At-Tirmidzi, dan lainnya: hadits shahih)

3. Berdiri (bagi yang sanggup ketika melaksanakan sholat wajib)

Hal ini berdasarkan firman Allah SWT, "Peliharalah segala sholat(mu) dan
(peliharalah) sholat wustho (Ashar). Berdirilah karena Allah (dalam
sholatmu) dengan khusyu'." (QS Al-Baqarah: 238)

Sabda Rosulullah saw kepada Imran bin Hushain, "Sholatlah kamu dengan
berdiri; apabila tidak mampu, maka dengan duduk; dan jika tidak mampu juga,
maka sholatlah dengan berbaring ke samping." (HR Al-Bukhari)

4. Membaca Surat Al-Fatihah Tiap Rakaat SholatFardu dan Sholat Sunah

Hal ini berdasarkan sabda Rosulullah saw, "Tidak sah sholat seseorang yang
tidak membaca surat Al-Fatihah." (HR Bukhari)

5. Ruku'

Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Hai orang-orang yang
beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah
kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan." (QS Al-Hajj: 77)

Juga berdasarkan sabda Nabi saw kepada seseorang yang tidak benar sholatnya:

" ... kemudian ruku'lah kamu sampai kamu tuma'ninah dalam keadaan ruku'."
(HR Bukhari dan Muslim)

6. Bangkit dari Ruku'

Hal ini berdasarkan sabda Rosulullah saw terhadap seseorang yang salah dalam
sholatnya:
" ... kemudian bangkitlah (dari ruku') sampai kamu tegak lurus berdiri." (HR
Bukhari dan Muslim)

7. I'tidal (berdiri setelah bangkit dari ruku')

Hal ini berdasarkan hadits tersebut di atas tadi dan berdasarkan hadits lain
yang berbunyi:
"Allah tidak akan melihat kepada sholat seseorang yang tidak menegakkan
tulang punggungnya di antara ruku' dan sujudnya." (HR Ahmad, dengan isnad
shahih)

8. Sujud

Hal ini berdasarkan firman Allah SWT yang telah disebutkan di atas tadi.
Juga berdasarkan sabda Rosulullah saw, "Kemudian sujudlah kamu sampai kamu
tuma'ninah dalam sujud." (HR Bukhari dan Muslim)

9. Bangkit dari Sujud

Hal ini berdasarkan sabda Rosulullah saw:
"Kemudian bangkitlah sehingga kamu duduk dengan tuma'ninah." (HR Bukhari dan
Muslim)

10. Duduk di antara Dua Sujud

Hal ini berdasarkan sabda Rosulullah saw:
"Allah tidak akan melihat kepada sholat seseorang yang tidak menegakkan
tulang punggungnya di antara ruku' dan sujudnya." (HR Ahmad, dengan isnad
shahih)

11. Tuma'ninah Ketika Ruku', Sujud, Berdiri, dan Duduk

Hal ini berdasarkan sabda Rosulullah saw kepada seseorang yang salah dalam
melaksanakan sholatnya:
"Sampai kamu merasakan tuma'ninah." (HR Bukhari dan Muslim)

Tuma'ninah tersebut beliau tegaskan kepadanya pada saat ruku', sujud, dan
duduk, sedangkan i'tidal pada saat berdiri. Hakikat tuma'ninah itu ialah
bahwa orang yang ruku', sujud, duduk, atau berdiri itu berdiam sejenak,
sekadar waktu yang cukup untuk membaca satu kali setelah semua anggota
tubuhnya berdiam. Adapun selebihnya dari itu adalah sunah hukumnya.

12. Membaca Tasyahud Akhir Serta Duduk

Adapun tasyahhud akhir itu, maka berdasarkan perkataan Ibnu Mas'ud ra yang
bunyinya:
"Dahulu kami membaca di dalam sholat sebelum diwajibkan membaca tasyahhud
adalah, 'Kesejahteraan atas Allah, kesejahteraan atas malaikat Jibril dan
Mikail.'

Maka bersabdalah Rosulullah saw, "Janganlah kamu membaca itu, karena
sesungguhnya Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia itu sendiri adalah Maha
Sejahtera, tetapi hendaklah kamu membaca:

"Segala penghormatan, shalawat dan kalimat yang baik bagi Allah. Semoga
kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah dianugerahkan kepadamu wahai Nabi.
Semoga kesejahteraan dianugerahkan kepada kita dan hamba-hamba yang salih.
Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak melainkan Allah dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan RosulNya." (HR An-Nasai,
Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi, dengan sanad shahih)

"Apabila salah seorang di antara kamu duduk (tasyah-hud), hendaklah dia
mengucapkan: 'Segala penghormatan, shalawat dan kalimat-kalimat yang baik
bagi Allah'." (HR Abu Daud, An-Nasai dan yang lainnya, hadits ini shahih dan
diriwayatkan pula dalam dalam "Shahih Bukhari dan Shahih Muslim")

Adapun duduk untuk tasyahud itu termasuk rukun juga karena tasyahhud akhir
itu termasuk rukun.

13. Membaca Salam

Hal ini berdasarkan sabda Rosulullah saw, "Pembuka sholat itu adalah
bersuci, pembatas antara perbuatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu
sholat adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan sholat adalah salam."
(HR Abu Daud, At-Tirmidzi dan lainnya, hadits shahih )

14. Melakukan Rukun-Rukun Sholat Secara Berurutan

Oleh karena itu, janganlah seseorang membaca surat Al-Fatihah sebelum
takbiratul ihram dan janganlah ia sujud sebelum ruku'. Hal ini berdasarkan
sabda Rosulullah saw, "Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihatku
sholat." (HR Bukhari)

Maka apabila seseorang menyalahi urutan rukun sholat sebagaimana yang sudah
ditetapkan oleh Rosulullah saw, seperti mendahulukan yang semestinya
diakhirkan atau sebaliknya, maka batal-lah sholatnya.

Narasumber: Buku "Tuntunan Sholat Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah"

Oleh : Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin

daarut-tauhiid@yahoogroups.com

---

Tafsir ayat ke 3 :

Tahapan di akhirat :

Tahapan Perjalanan Manusia Menuju Hari Kebangkitan di Akhirat
diambil dari milis Daarut Tauhid

Setelah manusia mati akan mengalami tahapan sbb :

1. Alam Barzakh

Para salaf bersepakat tentang kebenaran adzab dan nikmat yang ada di alam kubur (barzakh) . Nikmat tersebut merupakan nikmat yang hakiki, begitu pula adzabnya, bukan sekedar bayangan atau perasaan sebagaimana diklaim oleh kebanyakan ahli bid’ah. Pertanyaan (fitnah) kubur itu berlaku terhadap ruh dan jasad manusia baik orang mukmin maupun kafir. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan Rasulullah SAW selalu berlindung kepada Allah SWT dari siksa kubur. Rasulullah SAW menyebutkan sebagian dari pelaku maksiat yang akan mendapatkan adzab kubur, diantaranya adalah mereka yang sbb :

a. Suka mengadu domba
b. Suka berbuat ghulul
c. Berbuat kebohongan
d. Membaca Al Qur’an tetapi tidak melaksanakan apa yang diperintahkan dan yang dilarang dalam Al’Qur’an
e. Melakukan zina
f. Memakan riba
g. Belum membayar hutang setelah mati (orang yang berhutang akan tertahan tidak masuk surga karena hutangnya)
h. Tidak bersuci setelah buang air kecil, shg masih bernajis
Adapun yang dapat menyelamatkan seseorang dari siksa kubur adalah Shalat wajib, shaum, zakat, dan perbuatan baik berupa kejujuran, menyambung silaturahim, segala perbuatan yang ma’ruf dan berbuat baik kepada manusia , juga berlindung kepada Allah SWT dari adzab kubur.

2. Peniupan Sangkakala
Sangkakala adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil yang menunggu kapan diperintahkan Allah SWT. Tiupan yang pertama akan mengejutkan manusia dan membinasakan mereka dengan kehendak Allah SWT, spt dijelaskan pada Al Qur’an :

“Dan ditiuplah sangkakala maka matilah semua yang di langit dan di bumi, kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah SWT”( QS. Az Zumar :68 ).

Tiupan ini akan mengguncang seluruh alam dengan guncangan yang keras dan hebat sehingga merusak seluruh susunan alam yang sempurna ini. Ia akan membuat gunung menjadi rata, bintang bertabrakan, matahari akan digulung, lalu hilanglah cahaya seluruh benda-benda di alam semesta. Setelah Itu keadaan alam semesta kembali seperti awal penciptaannya.

Allah SWT menggambarkan kedahsyatan saat kehancuran tersebut sebagaimana firman-Nya : ” Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras” (QS.Al Hajj:1-2).

Sedangkan pada tiupan sangkakala yang kedua adalah tiupan untuk membangkitkan seluruh manusia ; “Dan tiupan sangkakala (kedua), maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka.(QS. Yaa Siin : 51).

Rasulullah SAW bersabda, “Kemudian ditiuplah sangkakala, dimana tidak seorangpun tersisa kecuali semuanya akan dibinasakan. Lalu Allah SWT menurunkan hujan seperti embun atau bayang-bayang, lalu tumbuhlah jasad manusia.Kemudian sangkakala yang kedua ditiup kembali, dan manusia pun bermunculan (bangkit) dan berdiri”.(HR. Muslim).

3. Hari Berbangkit
“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakannya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu”. (QS. Al Mujadilah : 6).

4. Padang Mahsyar
“(Yaitu) pada hari (ketika ) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit dan mereka semuanya di padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.(QS. Ibrahim:48).

Hasr adalah pengumpulan seluruh mahluk pada hari kiamat untuk dihisap dan diambil keputusannaya. Lamanya di Padang Mahsyar adalah satu hari yang berbanding 50.000 tahun di dunia. Allah berfirman:
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun.(QS. Al Maarij:4).
Karena amat lamanya hari itu, manusia merasa hidup mereka di dunia ini hanya seperti satu jam saja.

Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat saja di siang hari. (QS.Yunus:45).

“Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat saja” (QS. ArRuum:55).

Adapun orang yang beriman merasakan lama pada hari itu seperti waktu antara dhuhur dan ashar saja. Subhanallah.

Keadaan orang kafir saat itu sebagaimana firman-Nya.”Orang kafir ingin seandainya ia dapat menebus dirinya dari adzab hari itu dengan anak-anaknya, dengan istri serta saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya ketika di dunia, dan orang-orang di atas bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya”.(QS.AlMa’arij:11-14).

5. Syafaat
Syafaat ini khusus hanya untuk umat Muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar yang menyebabkan kepada kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir dan munafik, maka tidak ada syafaat bagi mereka.

Syafaat ini diberikan Rasulullah SAW kepada umat Muslim (dengan izin dari Allah SWT).

6. Hisab
Pada tahap (fase) ini, Allah SWT menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia baik berupa keimanan, keistiqomahan atau kekafiran.

Setiap manusia berlutut di atas lutut mereka. “Dan kamu lihat tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya . Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Jatsiah:28).

Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad SAW, kita umat yang terakhir tapi yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak Allah pada seorang hamba adalah Shalatnya, sedang yang pertama kali diadili diantara manusia adalah urusan darah.

Allah SWT mengatakan kepada orang kafir : “Dan kamu tidak melakukan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”.(QS. Yunus:61). Seluruh anggota badan juga akan menjadi saksi.

Allah bertanya kepada hamba-Nya tentang apa yang telah ia kerjakan di dunia : “Maka demi Rabbmu, kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang akan mereke kerjakan dahulu”.(Al Hijr:92-93).

Seorang hamba akan ditanya tentang hal : umurnya, masa mudanya, hartanya dan amalnya dan akan ditanya tentang nikmat yang ia nikmati.

7. Pembagian catatan amal
Pada detik-detik terakhir hari perhitungan , setiap hamba akan diberi kitab (amal) nya yang mencakup lembaran-lembaran yang lengkap tentang amalan yang telah ia kerjakan di dunia.

Al Kitab di sini merupakan lembaran-lembaran yang berisi catatan amal yang ditulis oleh malaikat yang ditugaskan oleh Allah SWT.

Manusia yang baik amalnya selama di dunia, akan menerima catatan amal dari sebelah kanan. Sedangkan manusia yang jelek amalnya akan menerima catatan amal dari belakang dan sebelah kiri, spt pada firman Allah berikut ini:

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka ia akan berteriak : “celakalah aku”, dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”,(QS. Al Insyiqaq:8-12) .

“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata:”wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.Telah hilang kekuasaanku dariku” (Allah berfirman): “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya”, kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala”.(QS. Al Haqqah:25 31).

8. Mizan
Mizan adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba-hamba-Nya. Allah berfirman : “Dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah seorang dirugikan walau sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya.Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan”.(QS. Al Anbiya:47)
Setelah tahapan Mizan ini, bagi yang kafir, dan mereka yang melakukan perbuatan syirik akan masuk neraka.

Sedangkan umat muslim lainnya, akan melalui tahap selanjutnya yaitu Telaga

9. Telaga
Umat Muhammad SAW akan mendatangi air pada telaga tsb. Barang siapa minum dari telaga tsb maka ia tidak akan haus selamanya. Setiap Nabi mempunyai telaga masing-masing. Telaga Rasulullah SAW lebih besar, lebih agung dan lebih luas dari yang lain, sebagaimana sabdanya :

“Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai telaga dan sesungguhnya mereka berlomba untuk mendapatkan lebih banyak pengikutnya di antara mereka dan sesungguhnya Nabi Muhammad mngharapkan agar menjadikan pengikutnya yang lebih banyak”. (HR. Bukhari Muslim).

Setelah Telaga, umat muslim akan ke tahap selanjutnya yaitu tahap Ujian Keimanan Seseorang. Perlu dicatat bahwa orang kafir dan orang yang berbuat syirik sudah masuk neraka (setelah tahap Mizan, seperti dijelaskan di atas).

10.Ujian Keimanan Seseorang
Selama di dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan diketahui, diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud sebagaimana sujudnya orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik ini merengek-rengek agar orang-orang mukmin menunggu dan menuntun jalannya.Karena saat itu benar-benar gelap dan tidak ada petunjuk kecuali cahaya yang ada pada tubuh mereka.

Allah SWT berfirman,”Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang beriman:”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu”.Dikatakan (kepada mereka):”Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”.Lalu diadakan diantara mereka dinding yang mempunyai pintu.Di sebelah dalamnya ada rahmat da di sebelah luarnya dari situ ada siksa.(QS.Al hadid:13).

Setelah ini umat muslim yang lolos sampai tahap Ujian Keimanan Seseorang ini, akan melalui Shirat.

11. Shirat
Shirath adalah jmbatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, untuk diseberangi orang-orang mukmin menuju Jannah (Surga).

Beberapa Hadits tentang Shirath

“Sesungguhnya rasulullah SAW pernah ditanya tentang Shirath, maka beliau berkata :
Tempat menggelincirkan, di atasnya ada besi penyambar dan pengait dan tumbuhan berduri yang besar, ia mempunyai duri yang membahayakan seperti yang ada di Najd yang disebut pohon Sud’an”.(HR. Muslim)

“Telah sampai kepadaku bahwasanya shirath itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang”. (HR. Muslim)

“Ada yang melewati shirath laksana kejapan mata dan ada yang seperti kilat, ada yang seperti tiupan angina, ada yang terbang seperti burung dan ada yang menyerupai orang yang mengendarai kuda, ada yang selamat seratus persen, ada yang lecet-lecet dan ada juga yang ditenggelamkan di neraka jahannam”. (HR. Bukhari Muslim)

Yang paling pertama menyebarangi shirath adalah Nabi Muhammad SAW dan para pemimpin umat beliau.Beliau bersabda : “Aku dan umatku yang paling pertama yang diperbolehkan melewati shirath dan ketika itu tidak ada seorangpun yang bicara, kecuali Rasul dan Rasul berdo’a ya Allah selamatkanlah, selamatkanlah.(HRBukhari).

Bagi umat muslim yang berhasil melalui shirath tersebut, akan ke tahap selanjutnya jembatan

12. Jembatan
Jembatan disini, bukan shirath yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini dibentangkan setelah orang mukmin berhasil melewati shirath yang berada di atas neraka jahannam.

Rasulullah SAW bersabda : “Seorang mukmin akan dibebaskan dari api neraka, lalu mereka diberhentikan di atas jembatan antara Jannah(surga) dan neraka, mereka akan saling diqhisash antata satu sama lainnya atas kezhaliman mereka di dunia.Setelah mereka bersih dan terbebas dari segalanya, barulah mereka diizinkan masuk Jannah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, seorang diantara kalian lebih mengenal tempat tinggalnya di jannah daripada tempat tinggalnya di dunia”.(HR. Bukhari).

Setelah melewati jembatan ini barulah orang mukmin masuk Surga.

---

almanhaj.or.id

Oleh
Syaikh Abu Usamah Salim bin Id Al-Hilali


Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
QS. al-Kautsar (108) : 1
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.
QS. al-Kautsar (108) : 2
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
QS. al-Kautsar (108) : 3

Surat Al Kautsar merupakan surat yang terpendek dalam Al Qur`an. Isinya mengandung ungkapan-ungkapan yang indah lagi mengagumkan, membuat yang membacanya berdecak

kagum. Makna-makna kalimatnya yang kuat dan istimewa menunjukkan menjadi bagian mukjizat Ilahi.

Betapa agung surat ini dan betapa melimpah pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik dalam bentuknya yang ringkas.

Sebenarnya, makna surat ini dapat diketahui melalui ayat penutupnya. Allah telah menghalangi kebaikan dari orang-orang yang membenci RasulNya. Ia terhalangi untuk

mengingatNya, hartanya dan keluarganya, sehingga pada gilirannya, di akhirat ia akan merugi akibat dari semua perbuatan yang tidak terpuji terseut. Kehidupannya pun

tanpa nilai, tidak mendatangkan manfaat. Ia tidak membekali diri dengan amalan shalih saat hidup di dunia, sebagai bekal di hari akhiratnya. Hatinya akan terhalangi

dari kebaikan, sehingga dia tidak mengenali kebaikan, apalagi mencintainya. Begitu juga ia terhalang dari beriman kepada RasulNya. Amalan-amalannya akan terhalangi

dari ketaatan. Tidak ada satupun yang menjadi penolong baginya. Dia tidak akan memberikan apresiasi terhadap ajaran Rasulullah, bahkan ia menolaknya untuk memuaskan

hawa nafsunya atau pengikutnya, gurunya, pemimpinnya dan lain-lain.

Oleh karena itu, berhati-hatilah, jangan membenci sesuatu yang datang dari Rasulullah atau menolaknya untuk memuaskan hawa nafsumu, atau membela mazhabmu, atau

disibukkan dengan syahwat-syahwat atau urusan dunia. Sesungguhnya Allah l tidak mewajibkan untuk taat kepada seseorang, kecuali taat kepada RasulNya, dan mengambil

apa-apa yang datang darinya. Jika seluruh makhluk menyelisihi seorang hamba sementara ia taat kepada Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak akan menanyainya tentang itu.

Maka barangsiapa yang taat atau ditaati, sesungguhnya hal itu terjadi hanya dengan mengikuti Rasul. Seandainya diperintahkan dengan sesuatu yang menyelisihi Rasul,

maka tidak perlu ditaati. Pahamilah hal itu, dan dengarkanlah. Taatilah dan ikutilah, jangan berbuat bid`ah, niscaya amalanmu tidak akan terputus dan tertolak. Tidak

ada kebaikan bagi amalan yang jauh dari Sunnah Rasul, dan tidak ada kebaikan bagi orang yang mengamalkannya. Wallahu a'lam

Ayat ini menunjukkan keluasan karunia tanpa batas, dan kenikmatan yang besar lagi melimpah. Seperti firman-Nya

Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.
QS. ad-Dhuha (93) : 5

Karunia yang besar ini berasal dari Dzat Pemberi karunia Yang Besar, kaya, lagi luas anugerahnya. Oleh karena itu, kata ganti pertama (mutakallim) dalam ayat ini,

bentuknya dijama`kan, menjadi innaa yang menandakan keagungan Sang Rabb, Dzat Yang Maha Pemberi.

Karunia ini ini utuh dan berkesinambungan sebab kalimat pada ayat ini diawali dengan kata inna yang menunjukkan penegasan dan realisasi kandungan berita layaknya

fungsi sumpah. Demikian juga, Allah menggunakan fi'il madhi (kata kerja lampau) dalam kalimat ini, yang bertujuan sebagai penekanan kejadian peristiwa. Sebab obyek

yang sifatnya harapan yang berasal dari Dzat Yang Maha Mulia, terhitung sebagai perkara yang pasti terjadi.

Kata Al-Kautsar berbentuk wazan fau'al seperti kata naufal. Bangsa Arab menamakan segala sesuatu yang melimpah baik kuantitasnya, atau besar kedudukan dan urgensinya

dengan nama kautsar.

Para ulama tafsir berselisih pendapat dalam menafsikan Al Kautsar yang diberikan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Pendapat mereka terangkum dalam keterangan berikut ini :

1. sungai di surga.
2. telaga Nabi di Mahsyar.
3. kenabian dan kitab suci.
4. Al Qur`an.
5. Islam.
6. kemudahan memahami Al Qur`an dan aturan syariat.
7. banyaknya sahabat, ummat dan kelompok-kelompok pembela.
8. pengutamaan Nabi diatas orang lain
9. meninggikan sebutan Nabii
10. sebuah cahaya dihatimu mengantarkanmu kepada-Ku, dan menghalangimu dari selain-Ku
11. syafaat.
12. mukjizat-mukjizat Allah yang menjadi sebab orang-orang meraih hidayah melalui dakwahmu.
13. tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah, Muhammad adalah utusan Allah.
14. memahami agama.
15. shalat lima waktu.
16. perkara yang agung.
17. kebaikan yang merata yang Allah berikan kepada Beliau.

Al Wahidi berkata,”Kebanyakan ahli tafsir berpendapat, bahwa Al Kautsar adalah sungai di surga.”

Panutan para ulama tafsir, Ibnu Jarir At Thabari berkata: “Pendapat yang paling utama menurutku adalah pendapat orang yang mengatakan Al Kautsar adalah nama sungai di

surga yang dianugerahkan Rasulullah di surga kelak. Allah menyebutkan ciri khasnya dengan sifat katsrah (melimpah ruah) sebagai pertanda ketinggian kedudukannya.

Kami mengatakan itu sebagai tafsiran yang paling utama lantaran banyaknya riwayat dari Rasulullah yang menjelaskannya"

Al Qurtubi berkata , ”Penjelasan yang paling benar adalah perkataan yang pertama dan kedua, karena kedua perkataan tersebut ditetapkan oleh Nabi dalam sebuah nas

tentang Al Kautsar.”

Asy Syaukani mengatakan,”Tafsir ini dari Ibnu Abbas, pandangannya bertumpu pada maknanya secara bahasa. Akan tetapi Rasulullah telah menafsirkannya sebagai sungai di

surga dalam haditsnya yang shahih".

Aku (Syaikh Salim) berkata: Keterangan-keterangan yang dikemukakan oleh mayoritas ulama tafsir merupakan kebenaran yang nyata, karena beberapa perkara berikut ini:

1. Telah diriwayatkan dari Rasulullah , bahwasanya Beliau menafsirkan Al Kautsar sebagai sungai di surga dalam beberapa hadits. Diantaranya.

Dari Anas, dia berkata: Pada suatu hari ketika Rasulullah berada di tengah kami, Beliau mengantuk sekejap. Kemudian Beliau mengangkat kepalanya dengan senyum. Maka

kami bertanya: “Apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab,”Baru saja turun kepadaku sebuah surat,” maka Beliau membaca surat Al Kautsar.

Kemudian Rasulullah bersabda,”Apakah kalian tahu apakah Al Kautsar itu?” Maka kami berkata,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui.” Rasulullah bersabda,”Al Kautsar

adalah sungai yang dijanjikan Rabbku Azza wa Jalla untukku. Disana terdapat kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang akan didatangi umatku pada hari Kiamat. Jumlah

bejananya sebanyak bintang-bintang...."
2. Keterangan-keterangan yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas tidak bertentangan dengan nash hadits yang shahih.

Dari Abi Basyar dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, sesungguhnya dia berkata tentang Al Kautsar. Ia adalah limpahan kebaikan yang Allah berikan kepada Rasulullah.

Abu Bisyr berkata kepada Said bin Jubair ‘Sesungguhnya orang-orang menyangkanya sungai di surga’. Maka Said berkata,”Sungai di surga merupakan bagian dari kebaikan

yang Allah berikan kepada Rasulullah"

Ibnu Athiyah menyatakan : "Alangkah indahnya pernyataan yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas dan alangkah baiknya penyempurnaan keterangan dari Ibnu Jubair. Masalah

tentang sungai (di surga) telah ditetapkan dalam hadits Isra (mi'raj) dan hadits lainnya. Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawatNya kepada Muhammad dan semoga

Allah memberikan manfaat kepada kita semua dengan hidayahNya.”

Ibnu Katsir menjelaskan : “Penafsirannya bisa dengan sungai dan selainnya. Karena Al-Kautsar berasal dari kata Al Katsrah, yaitu kebaikan yang melimpah ruah.

diantaranya adalah berbentuk sungai tersebut... Telah diriwayatkan dalam riwayat yang shahih dari Ibnu Abbas, bahwasanya dia menafsirkannya dengan makna sungai juga.

Ibnu Jarir berkata : “Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami (ia berkata), Umar bin Ubaid telah menceritakan kepada kami dari Atha`dari Said bin Jubair dari Ibnu

Abba, ia berkata:"Al-Kautsar adalah sungai di surga. Kedua tepi sungai tersebut adalah emas dan perak, mengalir di atas yaqut (sejenis batu mulia) dan mutiara, airnya

putih berasal dari salju dan lebih manis daripada madu."

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: "Jadi, kutipan Said bin Jubair terhadap perkataan Ibnu Abbas yang berbunyai "(Al-Kautsar) itu adalah kebaikan yang melimpah ruah". tidak

bertentangan dengan pernyataan lainnya yang menafsirinya sebagai sungai di surga. Karena sungai merupakan bagian dari kebaikan yang banyak. Mungkin saja Sa'id ingin

menunjukkan bahwa tafsir Ibnu Abbas lebih utama karena bersifat umum. Akan tetapi telah ditetapkan pengkhususannya dengan sungai dari keteranan Nab, maka tidak ada

pilihan untuk mengesampingkannya".

Dengan itu menjadi jelas bahwa:

1. Tafsir Ibnu Abbas tidak bertabrakan dengan penjelasan Rasullullah bahwa Al-Kautsar adalah sungai di surga. Bahkan ini juga merupakan tafsiran Ibnu Abbas dalam

riwayat yang bisa dipertanggungjawabkan, sebagai telah disebutkan oleh Ibnu Katsir.
2. Bahwa tafsir Ibnu Abbas masuk dalam kandungan ayat secara umum. Oleh karena itu, Syaikhul Islam berkata:"Kata Al-Kautsar yang sudah populer merupakan sungai di

surga, sebagaimana telah disebutkan dalam hadits-hadits yang jelas lagi shahih.

Ibnu Abbas berkata : Al-Kautsar sesungguhnya merupakan kebaikan yang banyak, yang Allah berikan kepada Rasulullah. Jika penduduk surga yang paling rendah (tingkatannya

saja) dianugerahi dengan sepuluh kali lipat dunia seisinya. Maka bayangkan saja apa yang akan Allah sediakan bagi Rasulullah dalam surga kelak. Maka, Al-Kautsar

menjadi sinyal dan indikator banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada Nabi yang berbentuk kebaikan-kebaikan dan tambahan lainnya serta begitu tingginya kedudukannya

(nikmat-nikmat itu). Sungai tersebut yaitu Al-Kautsar, merupakan sungai yang terbesar, paling bagus airnya, paling jernih, paling manis dan yang tertinggi.

Jadi, maksudnya adalah Al-Kautsar merupakan sungai di surga, menjadi bagian kebaikan yang banyak sekali yang Allah anugerahkan kepada rasulNya di dunia dan akhirat.

Aku (Syaikh Salim) berkata: Perkataan yang memastikannya dengan sungai di surga adalah pendapat yang benar, karena adanya keterangan jelas dari Rasulullah. Meskipun

tafsiran yang umum tidak berseberangan dengan tafsiran yang khusus, sebab itu termasuk menjadi bagiannya. Tapi ada unsur pemutarbaikan fakta. Alasannya, kebaikan yang

melimpah yang diberikan Allah juga mencakup Al-Kautsar. Hal ini telah tercantum dalam hadits Anas yang telah lewat dalam Shahih Muslim : "Itu adalah sungai yang

dijanjikan Rabbku. Di sana terdapat kebaikan yang melimpah". Ini masuk dalam kategori penyebutan obyek yang besar untuk memasukkan kenikenikmatan yang tingkatannya

lebih rendah".

3. Keterangan yang dikemukakan oleh Al-Qurtubi, yaitu :
"Dan semua tafsiran yang dikemukakan dalam masalah ini (makna Al-Kautsar), telah diberikan kepada Rasulullah sebagai tambahan atas karunia telaga. Semoga Allah

mencurahkan selawat dan keselamatan yang banyak kepada Beliau"

Jadi, tidak ada yang pertentangan antara penafsiran Al-Kautsar dengan sungai atau telaga.

Al-Kautsar adalah sungai di surga dan airnya akan dialirkan keadalam telaga. Maka Al-Kautsar airnya berada dalam sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Abu Dzar, ia

berkata, "Wahai Rasulullah, apa bejananya al-ahaudh (telaga)?" Rasulullah menjawab: " Demi dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, sungguh bejananya lebih banyak

dari jumlah bintang-bintang dan planet-planet yang ada di langit di malam malam gelap gulita tanpa awan. Bejana-bejana dari surga. Barangsiapa yang minum darinya, maka

tidak akan merasa haus selamanya. Ada dua talang dari surga yan menjulur ke dalamnya. barangsiapa yang minum darinya, tidak akan merasa haus selamanya. Lebar sungai

tersebut sama dengan panjangnya, kira-kira sejauh antara Amman dan Aila`. Airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu".[14]

Wajib beriman kepada telaga Nabi

Al-Qurtubi berkata dalam Al-Mufhim
"Di antara perkara-perkara yang diwajibkan atas setiap muslim mukallaf untuk mengetahuinya dan membenarkannya adalah:

Bahwasanya Allah telah menganugerahkan karunia buat NabiNya Muhammad secara khusus berupa Al-Kautsar, yaitu haudh (telaga) yang telah dijelaskan nama, sifat, minuman

dan bejananya dalam banyak hadits yang shahih dan masyhur. Sehingga membekaskan pengetahuan yang pasti dan keyakinan yang bulat. Sebab, telah diriwayatkan dari Nabi

melalui lebih dari tiga puluh sahabat-sahabat, riwayat dua puluh orang diantara mereka tercantum dalam Shahihain dan riwayat lain terdapay dalam selain dua kitab

tersebut, dengan jalur periwayatan yang shahih dan riwayat yang masyhur"

Ulama salaf dan ulamah ahlus sunnah wal jama'ah dari kalangan kholaf telah sepakat untuk menetapkannya. Sedangkan aliran ahli bid'ah mengingkarinya. Merka

menyimpangkannya dari makan tekstualnya, dan berlebih-lebihan dalam menafsirkannya tanpa dalil yang bisa diterima akan atau budaya. Padahal tidak ada kepentingan untuk

menakwilkannya. Maka, muncullah orang-orang yang merobek kesepakatan ulama salaf dan meinggalkan madzhab imam generasi khalaf.

Qadli Iyadh berkata: "Hadits-hadits tentang telaga adalah shahih, beriman kepadanya merupakan suatu kewajiban, dan membenarkannya merupakan bagian dari iman. Menurut

Ahlus Sunnah wal Jamaah maknanya adalah seperti makna zhahirnya, tidak perlu ditakwilkan atau diperdebatkan lagi.

Haditsnya bersifat mutawatir. Banyak sahabat yang meriwayatkannya. Imam Muslim menyebutkan hadits itu melalui riwayat Ibnu Amr bin 'Ash, Aisyah, Ummu Salamah, Uqbah

bin Amir, Ibnu Mas`ud, Harits bin Wahab, Mustaurid, Abu Dzar, Tsauban, Anas dan Jabir bin Samurah.

Sedangkan selain Imam Muslim, meriwayatkannya melalui sahabat Abu Bakar As-Siddiq, Zaid bin Arqam, Abu Umamah, Abdullah bin Zaid, Abu Barzah, Suwaid bin Jabalah,

Abdullah bin Ash Shanabahi, Al Barra` bin 'Azib, Asma` binti Abu Bakr, Khaulah binti Qais dan lain-lain.

An-Nawawi berkata: Bukhari dan Muslim meriwayatkan juga dari Abu Hurairah.

Selain Bukhari dan Muslim juga meriwayatkannya dari riwayat Umar bin Khatthab, 'A'idz bin Umar dan lainnya.

Al-Hafidz Abu Bakar Al-Baihaqi telah mengumpulkan seluruhnya dalam bukunya Al Ba'tsu Wan Nusyur lengkap dengan sanad-sanadnya. Qhadi Iyadl berkata, "Dengan pnejelasan

ini, hadits tersebut bisa masuk kategori mutawatir."

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Seluruh sahabat yang disebutkan Qadli Iyadh berjumlah dua puluh lima orang, An-Nawawi menambah tiga sahabat lagi dan aku telah menambah

jumlah itu sebanyak yang mereka sebutkan, sehingga semuanya berjumlah lima puluh orang sahabat....

Telah sampai kepadaku kabar bahwa sebagian ulama mutaakhirin (ulama-ulama sekarang) mencatat jumlah sahabat (yang meriwayatkannya) lebih dari delapan puluh orang".

Jadi, ayat tersebut menunjukkan dengan jelas terhadap apa yang menjadi masyhur di kalangan mayoritas ulama tentang keistimewaan pemberian Al-Kautsar kepada Nabi kita.

Beliaulah yang mempunyai maqam mahmud dan al-haudh (telaga).

Ya Allah! berikanlah kami minum dari telaga itu yang akan membuat kami tidak akan merasa haus setelah meminumnya untuk selama-lamanya. Sesungguhnya Engkau menjamin

segala kebaikan dan Cukuplah Engkau bagi kami, sebaik-baik penolong dan hanya kepadaMu tujuan hidup kami.

1 komentar:

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut