19 Juli 2010

Tausiyah selama Umroh bersama Arofah Tanggal 9 Juli 2010

Event : Tausiyah selama Umroh bersama Arofah
Tanggal : 9 Juli 2010
Pembicara : Ustadz Badru Zaman
Tema : Waladun sholeh

Anak dalam bahasa Arab disebut waladun, suatu kata yang mengandung penghormatan sebagai makhluk Allah yang tengah menempuh perkembangan menjadi abdi Allah yang shaleh.

Anak menurut ajaran Islam adalah amanah Allah yang dititipkan kepada orang tuanya. Amanah tersebut menuntut adanya keharusan orang tua menghadapi dan memperlakukannya dengan sungguh-sungguh, hati-hati, teliti dan cermat. Sebagai amanah anak harus dijaga, dibimbing dan diarahkan selaras dengan apa yang diamanahkan.

Memandang anak dalam kaitan dengan pase perkembangan membawa arti bahwa,

Anak diberikan tempat khusus yang berbeda dunia dan kehidupannya dengan orang dewasa,
Anak memerlukan perhatian dan perlakuan khusus dari orang dewasa dan para pendidiknya. Oleh sebab itu, Islam memandang anak secara riil dan lebih professional. Artinya kehidupan anak tidak boleh dilepaskan dari dunianya serta berbagai dimensinya.
Anak dilahirkan tidak dalam keadaan lengkap dan tidak pula dalam keadaan kosong. la dilahirkan dalam keadaan tidak tahu apa-apa, akan tetapi ia telah dibekali dengan pendengaran, penglihatan, dan kata hati.

Semua itu menjadi modal yang harus dikembangkan dan diarahkan menjadi manusia yang bermartabat mulia, yang mengisi dan menjadikan kehidupannya sebagai sarana untuk menjadi orang yang bertakwa kepada Allah SWT. “… Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamn di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu …“ (QS. Al-Hujurat [49]: 13).

Untuk pengembangan modal tersebut, kehidupan dan perkembangan anak diletakkan dalam tanggungjawab kedua orang tuanya. Kedua orang tuanyalah yang membuat anak itu seperti orang Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

Dengan kata lain, anak dilahirkan dalam keadaan fitrah dapat saja berubah ke arah yang tidak diharapkan. Adalah orang tua yang memikul tanggungjawab agar hidup anak tidak menyimpang dari garis yang lurus itu.

Bila kedua orang tua berhasil merealisasikan tanggungjawabnya sebagai orang tua, sebagai pendidik pertama, maka anak akan tampil dalam wajah yang ketiga, yaitu anak sebagai hiasan kehidupan di dunia.

Firman Allah SWT, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” (QS. Al-Kahfi [18]: 46).

Sekaligus pula anak akan menghiasi orang tuanya. la akan tampil sebagai waladun shaleh yang memberikan kebahagiaan kepada orang tua, karena sedap dipandang dan nyaman pula untuk diamati prilakunya dan sesuai dengan apa yang digariskan Allah SWT.

Manakala orang tua sudah meninggal, waladun sholeh akan mendoakan dan memintakan ampunan kepada Allah untuk kedua orang tuanya itu. Hadits Nabi Saw yang berbunyi, “Apabila seorang anak Adam telah telah meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu: amal jariyah, ilmuyang bermanfaat dan anak sholeh yang senantiasa mendoakannya “.

Supaya anak dapat tetap terpelihara dalam fitrahnya, maka Islam menetapkan tugas institusi keorangtuaan (keluarga) dalam pendidikan anak meliputi:

1. Menegakkan ketentuan hukum Allah.
Artinya hidup dan kehidupan mereka dalam suatu keluarga didasarkan pada upaya menunaikan pengabdian kepada Allah SWT, sebagai tujuan hidup. Dengan demikian, anak dalam binaan keluarga muslim dapat tumbuh dan berkembang menjadi dewasa dalam lingkungan yang dibangun berdasarkan takwa kepada Allah. Dalam suasana demikian, seorang anak mempelajari hal-hal secara wajar. la akan menyerap adat kebiasaan dari orangtuanya secara taklid.

2. Mewujudkan ketentraman jiwa.
Artinya suami istri yang bersatu atas dasar kasih sayang (berdasarkan kerelaan) dapat mewujudkan rasa aman dan tentram. Dengan demikian anak dapat hidup dalam suasana bahagia yang diliputi oleh rasa percaya diri sehingga mereka terhindar dari kegelisahan, keterkekangan dan hal-hal yang dapat melemahkan kepribadiannya.
Mewujudkan kecintaan kepada anak.
Artinya kasih sayang kepada anak sebagai naluri yang difitrahkan Allah kepada ibu bapak sangat penting untuk pertumbuhan mental anak secara baik, karena kasih sayang merupakan asas pertumbuhan biologis, psikologi dan sosial.

3. Menjaga fitrah anak agar tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif.
Artinya keluarga adalah tanggung jawab utama terpeliharanya fitrah anak. Dengan demikian penyimpangan yang dilakukan anak-anak lebih disebabkan oleh kelalaian orang tua terhadap perkembangan anak, “Setiap orang itu dilahirkan bersama fitrah yang suci. Orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi “. (Hadits).
Untuk merealisasikan tugas-tugas institusi keorangtuaan (keluarga) tersebut di atas, maka diperlukan berbagai pendekatan, metode dan teknik yang efektif, yang dapat memotivasi anak untuk menerima petunjuk ilahi, seperti keteladanan, pembiasaan dan dialog agar mereka menjadi waladun shaleh.

mimbarjumat.com

---

1. setiap anak terlahir dalam keadaan bersih, ayah bunda nya adalah pewarnanya

2. anak memiliki tangki emosional yang harus penuh dengan cinta

3. orang yang mendidik dengan segenap cinta, akan mengalirkan energi kecerdasaan, kemuliaan dan keislaman yang besar di dalam dada anak

4. cinta adalah sikap batin yang akan melahirkan lemebutan, kesabaran, kelapangan, kreativitas dan kemuliaan

5. sikap yakin dengan kemampuan hingga mengabaikan peran Allah akan menyebabkan kehilangan kekuatan jiwa tatkala menjumpai masalah

6. 8 kecerdasan manusia :

Berbagi ilmu dari Profesor Gardner yang telah menemukan teori kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligences, bahwa ada banyak kecerdasan yang dimiliki setiap orang. Teori ini juga menekankan pentingnya “model” atau teladan yang sudah berhasil mengembangkan salah satu kecerdasan hingga puncak.

Dalam buku konsep dan makna pembelajaran (Sagala, 2005 : 84) memaparkan 8 kecerdasan yaitu kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan logika/matematika, kecerdasan spasial/visual, kecerdasan tubuh/kinestetik, kecerdasan musical/ritmik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan spiritual.


Mari kita bahas satu per satu kecerdasan di atas. Selain penjelasan bentuk kecerdasan, juga dikaitkan dengan pelajaran yang diajarkan di sekolah serta tokoh atau profesi yang memiliki kecerdasan tersebut.

a. Kecerdasan Verbal (Bahasa)
Bentuk kecerdasan ini dinampakkan oleh kepekaan akan makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks.

Berkaitan dengan pelajaran bahasa. William Shakespeare, Martin Luther King Jr, Soekarno, Putu Wijaya, Taufiq Ismail, Hilman “Lupus” Hariwijaya merupakan tokoh yang berhasil menunjukkan kecerdasan ini hingga puncak, demikian pula para jurnalis hebat, ahli bahasa, sastrawan, orator pasti memiliki kecerdasan ini.

b. Kecerdasan Logika/Matematika
Bentuk kecerdasan ini termasuk yang paling mudah distandarisasikan dan diukur. Kecerdasan ini sebagai pikiran analitik dan sainstifik, dan bisa melihatnya dalam diri ahli sains, programmer komputer, akuntan, banker dan tentu saja ahli matematika.

Berkaitan dengan pelajaran matematika. Tokoh2 yang terkenal antara lain Madame Currie, Blaise Pascal, B.J. Habibie.

c. Kecerdasan Spasial/Visual
Bentuk kecerdasan ini umumnya terampil menghasilkan imaji mental dan menciptakan representasi grafis, mereka sanggup berpikir tiga dimensi, mampu mencipta ulang dunia visual.

Kecerdasan ini dapat ditemukan pada pelukis, pematung, programmer komputer, desainer, arsitek.

Berhubungan dengan pelajaran menggambar. Tokoh yang dapat diceritakan berkaitan dengan kecerdasan ini, misalnya Picasso, Walt Disney, Garin Nugroho.

d. Kecerdasan Tubuh/Kinestetik
Bentuk kecerdasan ini memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan untuk berhasil dalam aktivitas2 seperti menari, melakukan pantomim, berolahraga, seni bela diri dan memainkan drama.

Sebut saja Michael Jordan, Martha Graham (penari balet), Susi Susanti. Kecerdasan ini berkaitan dengan pejaran olahraga atau kegiatan ekstrakurikuler seperti menari, bermain teater, pantomim.

e. Kecerdasan Musical/Ritmik
Bentuk kecerdasan ini mendengarkan pola musik dan ritmik secara natural dan kemudian dapat memproduksinya. Bentuk kecerdasan ini sangat menyenangkan, karena musik memiliki kapasitas unutk mengubah kesadaran kita, menghilangkan stress dan meningkatkan fungsi otak.

Berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler. Tokoh2 yang sudah mengembangkan kecerdasan ini misalnya Stevie Wonder, Melly Goeslow, Titik Puspa.

f. Kecerdasan Interpersonal
Bentuk kecerdasan ini wajib bagi tugas2 ditempat kerja seperti negosiasi dan menyediakan umpan balik atau evaluasi. Berkaitan dengan pelajaran PPKn, sosiologi.

Manajer, konselor, terapis, politikus, mediator menunjukkan bentuk kecerdasan ini. Mereka biasanya pintar membaca suasana hati, temperamen, motivasi dan maksud orang lain. Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi memanfaatkan kecerdasan ini untuk mengubah dunia.

g. Kecerdasan Intrapersonal
Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan kepribadian. Kita sering menamai kecerdasan ini dengan kebijaksanaan.

Berkaitan dengan jurusan psikologi atau filsafat. Tokoh2 sukses yang dapat dikenalkan untuk memperkaya kecerdasan ini adalah para pemimpin keagamaan dan para psikolog.

h. Kecerdasan Spiritual
Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai sebuah kombinasi dan kesadaran interpersonal dan kecerdasan intrapersonal dengan sebuah komponen “nilai” yang ditambahkan padanya.

Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah, yang menuntun diri kita menjadi manusia yang utuh, berada pada bagian yang paling dalam diri kita.

Dengan beragamnya kecerdasan manusia, menjadikan peran guru amat penting untuk memberikan arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi para siswanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut