16 Mei 2013

Tausiyah

Event : Pelatihan Penatalaksanaan jenazah sesuai sunnah dan kaidah kesehatan
Tanggal : 15 Mei 2013
Pembicara : Rochyadi Anwar
Tema : Tausiyah

“Menjadi pendengar yang cerdas akan membuat diri menyerap banyak pengetahuan dan wawasan, sehingga diri mampu menjadi komunikator yang unggul. Pengetahuan dan wawasan yang diserap itu akan menjadi pengalaman. Pengalaman dari pengetahuan dan wawasan akan membuat diri semakin berkualitas.”~ Djajendra

Mendengar dan berbicara adalah dua hal yang sangat penting dalam kehidupan. Dengan menjadi pendengar dapat menyerap banyak pengetahuan, dan setelah menyerap banyak pengetahuan, Anda pun berpotensi menjadi pembicara terbaik. Mendengar adalah sebuah cara untuk memperluas wawasan dan pengalaman.

Mendengar berarti membuka diri untuk menerima persepsi, logika berpikir, keyakinan, dan pengetahuan orang lain. Diri yang bijaksana pasti memiliki tanggung jawab dan kecerdasan untuk tidak mudah terpengaruh dengan apa yang didengar. Dan hal ini akan membuat diri tidak mudah melarikan dirinya kepada cara berpikir orang lain.

Dengan mendengar diri akan tahu sesuatu yang belum dipahami. Bila sudah tahu, diri dengan mudah dapat mendefinisikannya sesuai dengan persepsi dan keyakinannya, sehingga diri dapat menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan rutinnya. Hidup adalah belajar dari mendengar dan terus memahami yang didengar, dan setelahnya, memaksimalkan potensi dan sumber daya diri buat kebaikan dan keuntungan diri sendiri dan orang lain.

Apapun yang didengar bukan berarti harus diterima, sangatlah wajib menggunakan akal sehat dan hati nurani ketika berurusan dengan ucapan dan pikiran orang lain. Miliki pengetahuan untuk memilih mana yang penting dan mana yang tidak penting dari hal-hal yang Anda dengar. Jadilah lebih bertanggung jawab untuk kebahagiaan, kesehatan, dan kesejahteraan diri Anda. Apapun yang dikatakan orang lain adalah sebuah referensi. Jadi, Anda tidak harus mematuhi dan berurusan dengan persepsi orang lain, saat persepsi itu menjauhkan Anda dari bahagia dan pertumbuhan pribadi.

Pembicara terbaik selalu mendapatkan pengetahuan terbaik dari kemampuannya untuk mendengarkan orang lain. Dengan membaca tulisan ini, Anda sudah mendengarkan pikiran, pengetahuan, pengalaman, dan wawasan yang saya sampaikan. Artinya, saya sedang berbicara melalui tulisan ini, dan Anda sedang mendengarkan kata-kata saya. Mendengar tidak sebatas hal-hal yang terucap dari suara mulut saja, tapi juga hal-hal yang terucap dari suara tulisan. Saat Anda membaca, kata-kata dalam bacaan itu akan berbicara kepada batin Anda, dan batin Anda pasti mendengarkannya.

Menjadi pembicara terbaik membutuhkan wawasan, pengetahuan, dan kepercayaan diri, untuk menyampaikan gagasan dan ide-ide yang mencerahkan. Semakin kreatif dan cerdas memahami apa yang didengar, maka semakin berkualitas diri untuk menciptakan hal-hal baru yang inovatif. Pembicara yang berkualitas adalah pendengar yang bijak, serta komunikator yang mempengaruhi.

Seorang pembicara akan memperoleh rasa hormat bila dia mampu mendengarkan emosi dan pikiran orang lain. Sikap yang mampu mendengarkan dengan penuh perhatian, untuk segala sesuatu yang dikatakan, akan menjadikan pembicara semakin berkualitas.

Mendengarkan membutuhkan sikap rendah hati dan jiwa besar dalam kualitas diri yang cerdas bertoleransi, berempati, dan melayani. Pendengar yang baik pasti mau mengetahui apa yang dipikirkan orang lain. Biasanya, seorang pembicara terbaik selalu menyimak dengan cerdas tentang apa yang dikatakan orang lain, dan bila apa yang dia dengarkan masuk akal baginya, maka dia akan menjadikannya sebagai pengetahuan untuk pengembangan ide-ide kreatifnya.

http://djajendra-motivator.com/?p=4732

---

Jauhkan diri dari sikap berprasangka terhadap jenazah

Qs Al Hujurat : 12

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

---

Dakwah harus amar ma'ruf nahi munkar

Qs Ali Imran : 104

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”

---

Kulit kita pun bahkan menjadi saksi amal perbuatan kita

Qs Fushshilat : 18-22

Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman, dan mereka adalah orang-orang yang bertakwa.
Dan (ingatlah), hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan (semuanya).
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi; terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.
Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?"
Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata; telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi; dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu, bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.

---

Keutamaan iman dan istiqomah

Dari Abu ‘Amr atau Abu ‘Amrah Sufyan bin Abdillah rodhiallohu ‘anhu, aku berkata: wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ajarkanlah kepadaku dalam (agama) islam ini ucapan (yang mencakup semua perkara islam sehingga) aku tidak (perlu lagi) bertanya tentang hal itu kepada orang lain selain engkau, (maka) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ucapkanlah: “aku beriman kepada Allah”, kemudian beristiqomahlah dalam ucapan itu” (HR. Muslim)

---

Amalan agar husnul khotimah

1. Ahli ibadah

2. Hubungan sesama manusia baik

3. Suka menolong sesama

4. Tidak iri/hasad

---

Hikmah :

Pada suatu ketika, Rasulullah melayat ke rumah salah seorang sahabat yang dikenal sebagai orang yang saleh. Beliau menanyakan kepada isteri sahabat itu, apakah suaminya meninggalkan wasiat kepadanya untuk dilaksanakan.

Sang isteri mengatakan: “Entahlah ya Rasulullah… apakah itu sebuah wasiat. Saya tidak memahami karena dia hanya mengulang-ulang tiga kalimat pada saat-saat terakhirnya.”

“Kalimat apa yang kau maksud? ” tanya Rasulullah.

“Begini ya Rasul : Seandainya lebih panjang… Seandainya yang baru… Seandainya semuanya… begitu berulang-ulang,” jawab sang isteri sahabat.

Rasulullah tersenyum. Beliau pun menjelaskan, maksudnya kepada isteri sahabat itu. Tiga kalimat itu adalah ungkapan sang sahabat, karena menyesali masa lalunya.

Masa lalu yang dimaksud adalah ketika suatu kali dia hendak pergi Salat Jumat ke mesjid, di tengah jalan dia mendapati seorang yang buta, yang hendak menuju ke mesjid pula. Dia pun menuntun si buta hingga tiba di mesjid. Saat sakaratul maut, Allah menunjukkan gambaran pahalanya akan perbuatan baik itu. Dan sang sahabat begitu menyesal karena sebenarnya dia bisa menggapai pahala yang lebih banyak lagi. Maka dia pun berkata: “Seandainya lebih panjang (jalan menuju mesjid yang dilalui dengan si buta…)”

Lalu, kejadian kedua, suatu kali dalam perjalanan ke mesjid saat akan melaksanakan Salat Subuh, di tengah jalan sang sahabat melihat orang yang kedinginan. Kebetulan saat itu dia membawa baju hangatnya yang baru, selain mengenakan baju hangatnya yang lama. Serta merta dia pun melepas baju hangat yang melekat di badannya, untuk diberikan kepada orang yang kedinginan itu. Dan dia sendiri mengenakan baju hangatnya yang baru. Ketika sakaratul maut, Allah menunjukkan kepadanya gambaran akan indahnya balasan yang diberikan untuk perbuatan baiknya. Maka sahabat itu pun menyesal, karena dia hanya memberikan baju bekas yang sudah dipakainya. Maka dia pun berkata: “Seandainya yang baru…”

Kejadian ketiga adalah saat suatu malam, isteri sahabat menyiapkan makan malam berupa sepotong roti yang dilapisi mentega. Ketika hendak memakan roti itu, tiba-tiba datang musafir yang kelaparan mengetuk pintu rumahnya. Kemudian sang sahabat memberikan setengah rotinya kepada si musafir. Saat sakaratul maut, Allah memperlihatkan balasan akan kebaikan itu. Dan sang sahabat menyesal, karena dia hanya memberikan setengah, bukan semua rotinya. Bila semua diberikan, maka balasan dari Allah pastilah lebih indah lagi. Makanya dia berkata: “Seandainya semuanya…”

Demikianlah, kisah seorang sahact rosulullah Ɣƍ berbuat kebaikan tapi menyesal karena tak lebih sempurna.
Sangat jauh berbeda dgn kita, Ɣƍ terus-menerus melakukan kemaksiatan, akan tetapi tidak pernah menyesali perbuatan tersebut.

Semoga dgn meresapi kisah ini, kita dapat lebih bersemangat dalam berlomba-lomba mendapatkan pengampunan

http://syechanbaraqbah.wordpress.com/2012/03/25/seandainya-masih-panjang-seandainya-yang-baru-seandainya-semuanya/

---

Salah satu ciri ciri akan mendapati kematian

Qs Al Qiyamah : 28-30

Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia),

dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan),

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut