14 Mei 2013

Pengajian Masjid Raya Bani Umar Tanggal 14 Mei 2013

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 14 Mei 2013
Pembicara : Ustadzah Badriyah Fayumi
Tema : Persaudaraan dan lika likunya

Taqwa sebenar benarnya dicontohkan dengan perilaku menjalin tali silahturahim

Qs Ali Imran : 102-104

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nimat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nimat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.

---

Boleh berbeda beda, namun jangan berpecah belah

---

Pentingnya menghargai perbedaan

Oleh Hepi Andi Bastoni, MA

Jika dalam hal fiqih yang kadang menghajatkan kepastian hukum, para ulama saling menghormati, apalagi masalah perbedaan pandangan politik. Di bidang yang tak selalu ‘hitam putih’ ini, umat Islam mestinya jauh lebih bisa saling menghargai.

Rabu, pekan terakhir Dzulqa’dah 5 Hijriyah. Matahari mulai meninggi. Rasulullah saw dan para sahabatnya berjalan pelan meninggalkan Khandaq. Perang Ahzab baru saja usai. Umat Islam keluar sebagai pemenang. Pasukan Sekutu yang jumlahnya mencapai 10 ribu prajurit terpaksa meninggalkan Madinah dengan tangan hampa setelah mengepung kota itu hampir sebulan. Mereka gagal menghabisi kaum Muslimin. Bahkan, dalam pertempuran yang lebih mengedepankan perang urat syaraf ini, korban Pasukan Ahzab lebih banyak, mencapai 10 orang. Sedangkan syahid dari umat Islam hanya enam orang.

Menjelang Zuhur, Rasulullah saw berjalan menuju rumah Ummu Salamah. Setelah membersihkan diri dan beristirahat sejenak lalu bersiap melaksanakan shalat Zuhur, saat itulah malaikat Jibril mendatangi beliau. “Apakah engkau akan meletakkan senjata, wahai Rasulullah?”

Rasulullah saw mengiyakan pertanyaan itu. Malaikat Jibril berkata lagi, “Para malaikat belum meletakkan senjata. Mereka sekarang sedang mengejar kaum tersebut (maksudnya Yahudi Bani Quraizhah yang telah berkhianat dengan membantu Pasukan Ahzab untuk menyerang kaum Muslimin, red). Hai Muhammad, sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu berangkat ke Bani Quraizhah. Aku juga akan pergi untuk mengguncang mereka.”

Usai melaksanakan shalat Zuhur bersama para sahabatnya, Rasulullah saw segera memberikan komando untuk mendatangi Bani Quraizhah. “Barangsiapa mendengar dan taat, jangan sekali-kali mengerjakan shalat Ashar kecuali di Bani Quraizhah,” ujar beliau menutup instruksinya.

Rasulullah saw menunjuk Ali bin Abi Thalib di depan barisan dengan membawa bendera perang. Informasi yang diberikan malaikat Jibril benar. Ketika Ali bin Abi Thalib dan pasukannya hampir mendekati benteng-benteng Bani Quraizhah, mereka mendengar orang-orang Yahudi itu mencaci maki Rasulullah saw.

Rasulullah saw berangkat menyusul bersama kaum Anshar dan Muhajirin. Mereka sempat beristirahat di salah satu sumur Bani Quraizhah di samping kebun mereka bernama Sumur Anna. Sebagian kaum Muslimin terus bergegas menuju pemukiman Bani Quraizhah. Ketika waktu Ashar tiba, mereka masih dalam perjalanan.

Saat itu terjadi perbedaan pendapat. Mereka ingat dengan pesan Nabi saw yang berbunyi, “Barangsiapa mendengar dan taat, jangan sekali-kali mengerjakan shalat Ashar kecuali di Bani Quraizhah.”

Sebagian dari pasukan kaum Muslimin tidak melaksanakan shalat Ashar. Bahkan sebagian riwayat mengatakan, ada di antara mereka yang melaksanakan shalat Ashar setelah Isya di perkampungan Bani Quraizhah.

Namun sebagian lain melaksanakan shalat Ashar di perjalanan. Ungkapan Nabi yang mengatakan, “Jangan sekali-kali mengerjakan shalat Ashar kecuali di Bani Quraizhah,” dipahami agar mereka bersegera menuju perkampungan Bani Quraizhah sehingga bisa melaksanakan shalat Ashar di tempat itu.

Ketika hal itu diketahui oleh Rasulullah saw, beliau tidak mempermasalahkannya. Beliau mendiamkan dan tidak menyalahkan salah satu dari dua pendapat itu. Demikianlah, pasukan Islam bergerak menuju Bani Quraizhah hingga disusul oleh pasukan Nabi saw. Mereka berjumlah tiga ribu orang dan membawa 30 ekor kuda. Pasukan kaum Muslimin tiba di perkampungan Bani Quraizhah dan mengepung tempat itu.

Pengepungan berlangsung hingga 25 hari. Yahudi Bani Quraizhah dilanda ketakutan luar biasa. Mereka tak memberikan perlawanan sama sekali. Pimpinan mereka, Ka’ab bin Asad sempat memberikan pilihan kepada teman-temannya dengan tiga opsi: masuk Islam, membunuhi anak-anak dan wanita mereka sendiri lalu menghunus pedang menyerang kaum Muslimin, atau melanggar kedamaian hari Sabtu dengan cara menyerbu umat Islam secara tiba-tiba.

Dari tiga hal itu tak ada yang dipilih Bani Quraizhah. Mereka dilanda ketakutan yang mencekam dan akhirnya bersepakat untuk menyerahkan diri sambil menanti keputusan Nabi saw.

Untuk memberikan keputusan atas para pengkhianat ini, Nabi saw menyerahkannya kepada Sa’ad bin Muadz yang merupakan sekutu Bani Quraizhah. Kala itu sahabat Nabi saw ini sedang sakit akibat luka-luka pada Perang Ahzab. Saat akan memberikan keputusan, beberapa orang sempat menyarankan agar berbuat baik kepada orang-orang Yahudi tersebut. Tapi hal itu tak menghalangi Sa’ad untuk menjalankan hukum Allah dengan tegas. Maka, dengan suara lantang Sa’ad memutuskan, “Tentang Bani Quraizhah, aku putuskan bahwa laki-laki dari mereka harus dibunuh, kekayaan mereka dibagi-bagi, dan anak-anak serta wanita-wanita ditawan.”

“Sungguh engkau telah memutuskan perkara dengan hukum Allah dari atas tujuh langit,” ujar Nabi saw mengomentari keputusan Sa’ad.

Demikianlah, para pengkhianat itu dijatuhi hukuman mati. Hampir sembilan ratus orang dipenggal kepalanya dan dimasukkan ke dalam parit yang sudah disiapkan sebelumnya.

Banyak sisi yang bisa kita ambil sebagai hikmah di balik Perang Bani Quraizhah ini. Selain ketegasan Nabi saw dan para sahabatnya saat menghadapi orang-orang Yahudi, kita juga belajar kebijaksanaan Rasulullah saw. Pertama, kebijakan beliau dalam memberikan keputusan atas orang-orang Yahudi. Beliau tidak memutuskan sendiri, tapi meminta sahabatnya Sa’ad bin Muadz, sebagai orang yang dianggap cukup dekat dengan Bani Quraizhah.

Kedua—dan sisi ini yang sering dilupakan, kebijaksanaan Nabi dalam menyikapi perbedaan para sahabatnya saat memahami instruksi beliau. Dalam hal ini contohnya ungkapan beliau yang menyatakan agar para sahabatnya tidak shalat Ashar kecuali di Bani Quraizhah.

Meski nash hadits itu dianggap sangat jelas bagi sebagian para sahabat, tapi tetap saja membuka peluang perbedaan pendapat. Sebagian memahami teks ungkapan beliau itu apa adanya, yakni agar mereka shalat Ashar di Bani Quraizhah. Namun sebagian lain justru memahami ‘spirit’ ucapan beliau yang menghendaki agar mereka berjalan lebih cepat supaya tiba di Bani Quraizhah sebelum waktu Ashar lewat.

Menyikapi dua perbedaan itu, Nabi saw tak menyalahkan mereka. Beliau menghormati perbedaaan itu. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa dalam memahami teks, baik al-Qur’an maupun Hadits, peluang perbedaan pendapat itu memang terbuka.

Pada peristiwa lain kita bisa lihat toleransi Nabi saw menyikapi perbedaan pendapat. Dalam Fiqih Sunnah-nya (Jilid I/89) pada bab Hal-hal yang Membatalkan Tayamum, Sayyid Sabiq menceritakan ulang hadits dari Abu Said al-Khudri. Diriwayatkan, suatu ketika dua laki-laki melakukan perjalanan. Ketika waktu shalat tiba, keduanya tak mendapatkan air. Maka, mereka pun bertayamum. Tak lama kemudian, keduanya mendapatkan air—setelah shalat. Lalu, salah seorang di antara keduanya mengulang shalat dengan berwudhu. Sementara temannya tidak mengulangi lagi shalatnya.

Ketika bertemu Nabi saw, keduanya memaparkan perbedaan pendapat itu. Kepada yang tidak mengulang shalatnya, Nabi saw bersabda, “Engkau telah menepati sunnah dan shalatmu sah.“ Adapun kepada laki-laki yang berwudhu dan mengulang shalatnya, Nabi saw bersabda, “Anda mendapatkan dua pahala.“ (HR Abu Daud dan Nasai).

Nabi saw membenarkan dua pendapat yang berbeda. Nah, kalau perbedaan pendapat itu bisa terjadi ketika Nabi saw masih hidup, apalagi setelah beliau wafat. Peluang itu pasti akan terbuka lebar. Sikap umat Islam dalam menghadapi perbedaan pendapat ini mesti arif dan bijak selagi masih dalam koridor yang dibenarkan. Dalam konteks kisah di atas, kedua belah pihak tetap melaksanakan shalat, sebagian di tengah perjalanan, sebagian lagi di perkampungan Bani Quraizhah.

Pilihan hukum dalam hal furu’iyah (cabang) tak harus selalu sunnah atau bid’ah, tapi bisa jadi rajih (kuat) dan marjuh (yang dikuatkan). Mengamalkan yang marjuh bisa menjadi pilihan jika membawa kemaslahatan. Ini bukan plin-plan, tapi cerminan sikap bijak dan cerdas.

Jika dalam hal fiqih yang kadang menghajatkan kepastian hukum, para ulama saling menghormati, apalagi masalah perbedaan pandangan politik. Di bidang yang tak selalu ‘hitam putih’ ini, umat Islam semestinya jauh lebih bisa saling menghargai. Ijitihad politik yang senantiasa dinamis sesuai konteks zaman dan waktu, pasti akan membuka peluang perbedaan yang begitu terbuka. Perbedaan tempat dan kondisi kerap tak bisa men-general-kan keputusan.

Untuk itu, umat Islam dituntut agar saling menghormati pendapat, khususnya dalam berpolitik.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/04/19/ljwmfj-memahami-perbedaan

---

Yang menjadikan hati saling berpautan adalah Allah

---

ada sisi yang paling menarik dari ajaran Islam. Pertama, konsep aqidah tauhid yang kebenarannya universal, yang paling adil dan realistis untuk membangun persamaan dan persaudaraan manusia. semua manusia adalah sama dan berasal dari satu Tuhan Yang Esa. Sedangkan system kasta Hindu terbukti telah menghancurkan persatuan dan nilai kehidupan yang lain. Prinsip aqidah tauhid inilah yang akan berpengaruh kuat untuk membangun masyarakat Islam. Hal ini benar adanya, suatu masyarakat Islam yang berpegang teguh kepada ajarannya akan menjadi masyarakat yang kuat dan bersatu. Hal ini dapat disaksikan pada masyarakat Islam periode pertama yang dibina Rasulullah saw. Rasulullah bisa mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, mempersaudarakan suku aus dan khozrot yang tadinya sangat bermusuhan, mempersaudarakan berbagai bangsa, semua golongan dan status social masyarakat. Semua karena kalimat Laa Ilaaha Illallah tiada tuhan selain Allah dan semua manusia adalah sama di hadapan Allah. Sedangkan masyarakat Islam sekarang ini seperti Indonesia yang sering berpecah belah, bermusuhan antar golongan adalah karena sebagian umat Islam Indonesia ini tidak mengerti dan tidak mengamalkan ajaran agamanya

http://trtyb.blogspot.com/2010/03/kenapa-masuk-islam.html

---

Sebab Turunnya Ayat

Pada zaman jahiliyah sebelum Islam ada dua suku yaitu; Suku Aus dan Khazraj yang selalu bermusuhan turun-temurun selama 120 tahun, permusuhan kedua suku tersebut berakhir setelah Nabi Muhammad SAW mendakwahkan Islam kepada mereka, pada akhirnya Suku Aus; yakni kaum Anshar dan Suku Khazraj hidup berdampingan, secara damai dan penuh keakraban, suatu ketika Syas Ibn Qais seorang Yahudi melihat Suku Aus dengan Suku Khazraj duduk bersama dengan santai dan penuh keakraban, padahal sebelumnya mereka bermusuhan, Qais tidak suka melihat keakraban dan kedamaian mereka, lalu dia menyuruh seorang pemuda Yahudi duduk bersama Suku Aus dan Khazraj untuk menyinggung perang “Bu’ast” yang pernah terjadi antara Aus dengan Khazraj lalu masing-masing suku terpancing dan mengagungkan sukunya masing-masing, saling caci maki dan mengangkat senjata, dan untung Rasulullah SAW yang mendengar perestiwa tersebut segera datang dan menasehati mereka: Apakah kalian termakan fitnah jahiliyah itu, bukankah Allah telah mengangkat derajat kamu semua dengan agama Islam, dan menghilangkan dari kalian semua yang berkaitan dengan jahiliyah?. Setelah mendengar nasehat Rasul, mereka sadar, menangis dan saling berpalukan. Sungguh peristiwa itu adalah seburuk-buruk sekaligus sebaik-baik peristiwa. Demkianlah asbabun nuzul QS. Ali Imran ayat 101-103 menurut sahabat.

http://dyanz-kneights.blogspot.com/p/al-quran-surat-ali-imran-ayat-102-104.html

---

Kesimpulan :

1. Meningkatkan iman

2. Melembutkan hati

---

Islam memandang [erkawinan sebagai mitsaqon ghaolizon , perjanjian yang kuat yang menurut setiap orang yang terkait didalamnya untuk memenuhi hak dan kewajiban (suami, istri, anak , orangtua dll)

---

Niat baik saja bisa jadi konflik, apalagi kalau niatnya tidak baik

---

Luqman Al Hakim berkata, “Diam itu hikmah, namun sedikit orang yang melakukannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Siapa yang menjamin bagiku apa yang ada diantara dua tulang dagunya (lidah) dan apa yang ada diantara dua kakinya (kemaluannya), maka aku menjaminnya surga).” (HR. Bukhari, At-Tirmidzi dan Ahmad).

---

Ada juga keterangan yang mengatakan bahwa bila kita marah, hendaklah kita berwudhu. Karena marah berasal dari setan – yang terbuat dari api – maka untuk memadamkan amarah itu, kita menggunakan air atau wudhu.

---

Kisah Qabil dan Habil

abil dan Habil, keduanya adalah putra Adam as. Al-Qur'an mengisahkan keduanya agar menjadi i'tibar dan hikmah orang-orang mu'min.
Qabil adalah seorang yang bermental buruk, selalu melakukan keburukan, dosa, tamak dan menentang kebenaran. Habil adalah saudaranya, seorang yang saleh, taqwa dan selalu berbuat kebenaran. Di antara keduanya sering timbul perselisihan. Habil selalu
mempertahankan kebenaran, sedang Qabil selalu menentangnya. Perselisihan antara keduanya sering terjadi hingga akhirnya sampai ke suatu titik kritis, yakni peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh
Qabil terhadap adiknya, Habil. Di antara sebab perselisihan mereka ada dua pendapat:

Pertama, Habil adalah seorang peternak yang mempunyai ternak kambing, sedangkan Qabil adalah seorang petani yang memiliki tanaman pertanian. Masing-masing melakukan kurban dengan mengeluarkan harta yang dimiliki mereka masing-masing. Habil memilih seekor domba yang paling baik untuk dijadikan kurban, sedangkan Qabil memilih gandum yang terburuk dari hasil pertaniannya untuk berkurban. Kemudian keduanya menyerahkan harta kurban masing-masing kepada Allah. Tiba-tiba turunlah api dari langit yang membakar kurban Habil dan membiarkan kurban Qabil. Setelah Qabil mengetahui Allah menerima kurban saudaranya dan tidak menerima harta kurbannya, timbullah rasa dengki yang kemudian membunuh adik kandungnya itu.

Kedua, dikisahkan bahwa Nabi Adam as mempunyai anak yang masing-masing dilahirkan oleh istrinya kembar dua, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Yang pertama, Qabil dengan saudari kembarnya perempuan, yang kedua Habil dengan saudari kembarnya. Adam ingin menjodohkan masing-masing anaknya secara bersilang. Qabil dengan saudari kembar Habil, dan Habil dengan saudari kembar Qabil. Kebetulan, saudari kembar Qabil adalah wanita cantik sehingga ketika Adam akan mengawinkannya dengan Habil, Qabil menolak dan menantang ayahnya dan berkata, `Saya lebih berhak memperistri saudari kembarku, sedangkan Habil lebih berhak memperistri saudari kembarnya. Bukanlah hal yang bersilang ini tidak lain hanyalah pendapatmu belaka!" Kemudian Adam memerintahkan kedua anak laki-lakinya melakukan kurban. Barang siapa yang kurbannya diterima akan dijodohkan dengan anak yang cantik (saudari kembar Qabil) itu. Ternyata, yang diterima Allah adalah qurban Habil. Turunlah api dari langit menyambar dan menelan kurban Habil, dan akhirnya timbullah rasa dengki terhadap adiknya, yang kemudian terjadi pembunuhan.

"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), `Aku pasti membunuhmu.' Berkata Habil, `Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu, aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan demikian itulah pembalasan bagi orang-orang zhalim.' Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah. Maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi." (Qs. al-Maidah : 27-30)

Perkataan takwa yang diucapkan Habil ketika berdialog dengan Qabil, sebenarnya sangat tepat untuk mengingatkan dirinya atau Qabil yang ingin melakukan kejahatan itu. Namun, Qabil bukanlah ahli takwa. Karenanya, Allah tidak menerima kurbannya karena kedengkian yang meliputi hatinya memuncak dan menimbulkan suatu keinginan keras untuk membunuh adiknya.

Kemudian kita berdalih kepada firman Allah yang mengisahkan ucapan saudara teraniaya (Habil) ketika mengatakan, `Sesungguhnya kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan seru sekalian alam.'

Dari sini kita tahu kemuliaan mentalitas Habil yang penuh takwa dan kebaikan. Mental Habil untuk menolak untuk membalas kejahatan yang akan dilakukan kepadanya, karena pembunuhan benar-benar tidak cocok dengan sifat mentalnya. Ia benar-benar takut kepada Allah Rabbu'l-Alamin. Barang siapa takut kepada Allah tidak akan berbuat zhalim terhadap seseorang. Rasa takut kepada Allah merupakan benteng yang kuat untuk mencegah perbuatan salah dan dosa di dunia ini. Karenanya, jika para pendidik dan penegak kebenaran mengerti tentang fungsi takwa ini, tentu mereka akan beramal dan takut bermaksiat kepada Allah, dan akan tercapailah masyarakat yang kokoh, kuat dan penuh kedamaian.

Tetapi, Qabil yang dapat dikuasai oleh cengkeraman kemaksiatan, rapuhlah perrtahanan dirinya terhadap gelora nafsu jahatnya. "Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang rugi." (Qs.5:30)

Pertentangan sengit itu, hakekatnya tidak terjadi pada diri Qabil dan Habil. Tetapi pertentangan sengit yang sebenarnya terjadi antara Qabil dan hawa nafsunya, atau antara Qabil dengan kemauan jahatnya. Dalam keadaan demikian, mestinya Qabil harus bertahan mengekang keliaran nafsunya untuk meloloskan diri dari cengkeraman nafsu jahat itu. Namun, Qabil itu lemah dalam menghadapi kelemahan dirinya dan keliaran nafsunya, sehingga ia dapat dijerumuskan nafsu jahatnya untuk membunuh saudaranya. Demikian itulah jenis dengki yang amat ganas. Hasad, adalah perbuatan dosa kepada Allah yang pertama terjadi di langit dan bumi. Di langit, perbuatan hasad dilakukan oleh Qabil terhadap Habil.

Pelajaran dari Burung Gagak

Setelah Qabil membunuh saudaranya ia mendiamkan begitu saja mayat adiknya karena tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Kemudian Allah mengutus dua ekor burung gagak, keduanya berkelahi hingga akhirnya terbunuhlah salah satu di antaranya. Gagak yang masih hidup kemudian melobangi tanah dengan paruh dan kakinya. Setelah selesai, dilemparkannya gagak yang sudah mati itu ke dalam lobang dan ditimbun dengan tanah. Ketika Qabil melihat gagak mengubur seekor gagak yang dibunuhnya, tersentuhlah hatinya. Ia tidak merasa lega hatinya kalau dirinya kalah dengan seekor gagak dalam masalah kebaikan. Maka, dikuburkanlah saudaranya ke dalam tanah kemudian ia menyesali perbuatannya seraya berkata, `Kenapa diriku ini hanya memiliki lebih sedikit penghormatan kepada yang lain dibandingkan dengan seekor gagak.'

Inilah maksud dari firman Allah tersebut berikut ini, "Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil, `Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?' Karena itu jadilah ia seorang di antara orang-orang yang menyesal." (Qs. al-Maidah : 31)

http://amultifg5.site40.net/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=22

---




AnneAhira.com Agama & Kepercayaan Islam 25 Nabi Dan Rasul
Kisah Nabi Yusuf

Ilustrasi kisah nabi yusuf

Anda semua pasti sudah pernah mendengar kisah Nabi Yusuf bukan? Tentu saja, Nabi Yusuf adalah Nabi yang terkenal sangat tampan dan pintar. Bukan hanya pintar, Nabi Yusuf juga dikenal sangat kuat keimanan dan ketakwaannya kepada Allah. Kisah Nabi Yusuf bahkan diabadikan dalam Kitab Suci Alquran.

Kisah Nabi Yusuf Semasa Kecil

Yusuf bin Yakub bin Ishaq bin Ibrahim adalah putra ke sebelas dari dua belas bersaudara. Ibunya bernama Rahil. Nabi Yusuf memiliki adik bernama Bunyamin. Yusuf merupakan anak yang paling disayang oleh ayahnya dibandingkan saudara-saudaranya yang lain, terutama semenjak ibunya meninggal dunia. Saat itu, Yusuf berusia 12 tahun.

Rasa sayang berlebihan terhadap Nabi Yusuf membuahkan rasa iri dan dengki di hati saudara-saudaranya yang lain. Mereka merasa ayahnya lebih memanjakan Yusuf dan sudah berlaku tidak adil kepada anak-anaknya yang lain. Rasa iri hati pada Yusuf dan kejengkelan pada sikap ayahnya, membuat kesepuluh kakaknya semakin bersatu dan kompak.

Kisah Nabi Yusuf dan Saudara-saudaranya

Dalam kisah Nabi Yusuf ini, diceritakan tentang kejengkelan kesepuluh kakak Nabi Yusuf. Mereka mengadakan pertemuan rahasia yang membahas tentang misi untuk menuntut ayahnya agar berlaku adil pada semua anaknya. Mereka berniat mengakhiri keadaan yang membuat mereka jengkel. Salah satu di antara mereka berniat membunuh Yusuf dan menyerahkan kepada binatang-binatang buas. Semua itu karena rasa bencinya yang berlebihan.

Namun, sebagian yang lain menentang perbuatan itu dan lebih memilih membuang Yusuf di suatu tempat, di mana menjadi tempat para kafilah dan musafir berhenti. Dengan demikian, mereka berharap agar Yusuf diangkat menjadi anak atau hamba sahaya yang diperjualbelikan. Yang pasti, tujuan mereka adalah melenyapkan Yusuf dari kehidupan keluarganya dan untuk memberi pelajaran kepada ayahnya.

Dalam Kisah Nabi Yusuf tersebut, diceritakan bahwa akhirnya pendapat terakhir yang dikemukakan Yahudza mendapat sambutan baik dari saudaranya yang lain. Mereka mulai menyusun rencana untuk mencari waktu dan kesempatan yang tepat guna melaksanakan niatnya tersebut. Mereka semua berjanji untuk menutup mulut dan tidak membocorkan rencana jahatnya kepada siapa pun.

Kisah Nabi Yusuf - Firasat Nabi Yusuf

Dalam kisah Nabi Yusuf ini, diceritakan tentang pelaksanaan niat jahat kepada Yusuf oleh kesepuluh saudaranya. Sementara itu, Yusuf yang tengah terlelap dalam tidurnya tidak pernah menyadari akan rencana jahat saudara-saudaranya.

Dalam tidurnya, Yusuf tengah mengalami mimpi indah. Dalam mimpinya, ia seakan-akan melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan yang berada di langit turun dan sujud di depannya. Setelah bangun, Yusuf buru-buru menemui Ayahnya dan menceritakan apa yang ia lihat dan alami di dalam mimpinya.

Mendengar cerita anaknya, Yaqub nampak sangat gembira. Lalu, ia berkata pada putranya, ”Wahai anakku! Mimpimu adalah mimpi yang berisi dan bukan mimpi yang kosong. Mimpimu memberikan tanda yang membenarkan firasatku pada dirimu, bahwa engkau dikaruniakan oleh Allah kemuliaan, ilmu, dan kenikmatan hidup yang mewah. Mimpimu adalah suatu berita gembira dari Allah kepadamu bahwa hari depanmu adalah hari depan yang cerah penuh kebahagiaan, kebesaran, dan kenikmatan yang berlimpah-limpah."

Namun, ayahnya berpesan kepada Yusuf agar ia berhati-hati dan tidak menceritakan apa yang dialami dalam mimpinya kepada semua saudaranya. Hal itu dikarenakan para saudaranya memiliki sikap yang kurang baik dan iri terhadapnya. Bahkan, sang ayah khawatir jika anak-anaknya yang lain mengetahui mimpi yang dialami Yusuf, kebencian dan iri hati akan semakin timbul untuk Yusuf.

Kisah Nabi Yusuf Dibuang ke Sumur

Dalam kisah Nabi Yusuf yang ini, diceritakan tentang pelaksanaan rencana jahat saudara-saudara Yusuf. Keesokan harinya, datanglah kakak-kakak Yusuf menghadap ayahandanya, Nabi Yaqub. Mereka minta izin untuk mengajak Yusuf pergi jalan-jalan keluar kota. Awalnya sang ayah agak berat hati untuk mengizinkan Yusuf pergi bersama saudaranya. Namun karena mereka tetap memaksa, akhirnya tak ada alasan buat Yaqub untuk melarang Yusuf pergi.

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Berangkatlah putra-putra Nabi Yaqub, kecuali Benyamin. Mereka menuju ke tempat yang sudah direncanakan. Sesampainya di tempat tersebut, mereka segera bermain-main. Setelah itu, mereka melepaskan pakaian Yusuf, lalu mereka memasukkan Yusuf ke dalam sumur tua.

Mereka tidak peduli lagi dengan tangis adiknya. Hati mereka sangat puas karena berhasil menyingkirkan Yusuf. Lalu, mereka melumuri baju Yusuf dengan darah kelinci. Kemudian, mereka pulang dengan cucuran air mata dan mengadu pada ayahnya bahwa Yusuf diterkam serigala. Mendengar cerita anak-anaknya tentang Yusuf, Nabi Yaqub sangat sedih. Namun, ia hanya bisa pasrah kepada takdir Illahi.

Kisah Nabi Yusuf Diperjualbelikan sebagai Hamba Sahaya

Dalam kisah Nabi Yusuf berikut ini, diceritakan tentang kondisi Yusuf selama di dalam sumur seorang diri. Yusuf kebingungan memikirkan cara keluar dari sumur tersebut. Ia merasa sedih dan takut karena baru pertama kali dalam hidupnya, ia jauh dari ayahnya.

Tapi yang paling membuatnya sedih adalah kakak-kakaknya yang justru mencelakai dirinya. Dia tidak bisa membayangkan betapa sedih hati ayahnya tatkala melihat saudara-saudaranya pulang tanpa dirinya.
Tiga hari kemudian, Yusuf mendengar suara-suara dari atas sumur. Suara itu semakin lama semakin keras terdengar.

Hati Yusuf sedikit lega, manakala mendengar suara tawa dan jejak langkah kaki manusia di sekitar sumur. Ternyata, mereka adalah serombongan musafir yang tengah istirahat dan mencari sumber air untuk minum. Kemudian, salah satu musafir itu mengambil air di sumur. Kesempatan itu tak disia-siakan Yusuf, dia langsung berpegangan pada tali ember yang ditarik musafir tersebut.

Musafir mengeluh karena tarikannya terasa berat. Namun, betapa terkejutnya dia saat mengetahui sesuatu yang membuat tali menjadi berat. Mereka terpesona melihat paras tampan Yusuf. Para musafir berunding tentang nasib Yusuf. Akhirnya, mereka memutuskan menjual Yusuf ke Mesir sebagai hamba sahaya. Melihat ketampanan dan tegapnya tubuh Yusuf, para musafir yakin akan memperoleh harga yang cukup tinggi.

http://www.anneahira.com/kisah-nabi-yusuf.htm

---

Penyakit pertama yang menimbulkan efek besar, adalah penyakit iri hati

---

Doa pengantin, semoga kita bisa mengambil hikmah dari doa ini, supaya pertautan hatinya seperti ini :

"Ya Allah, Ya Tuhan Kami, satukanlah hatinya dengan hatiku, titipkanlah kemesraan antara kami agar kebahagiaan itu kekal abadi, seiringkanlah kami dalam melayari bahtera perkahwinan, jadikanlah kami pasangan yang bahagia dan berkekalan buat selama-lamanya hingga ke Syurga dan kurniakanlah kami (penyejuk mata) zuriat yang sempurna, beriman dan beramal soleh, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu.

"Ya Allah, Ya Tuhan Kami, satukanlah hati kami dengan iman, taqwa, dan keyakinan kepadaMu seperti Engkau satukan Nabi Adam dan Hawa, dan seperti Engkau satukan Nabi Yusuf dan Zulaikha, dan seperti Engkau satukan Nabi Muhammad Saw dan Saidatina Khadijah.

Ya Allah, Ya Tuhan Kami, Andai Kau berkenan limpahkanlah kepada kami Cinta yang Kau jadikan pengikat rindu, Rasulullah dan Saidatina Khadijah yang Kau jadikan penghias keluarga Nabi-Mu yang suci.

Ya Allah, Yang Maha Pengasih, Andai semua itu tak layak bagi kami, maka Cukuplah permohonan kami dengan redha-Mu, Jadikanlah kami sebagai suami isteri yang saling Mencintai di kala dekat dan jauh, Saling menjaga kehormatan dikala jauh, Saling menghibur dikala duka, Saling mengingat di kala bahagia, Saling mendoakan dalam kebaikan dan ketaqwaan, Saling menyempurnakan dalam pengabdian.

Ya Allah, Yang Maha Penyayang, Sempurnakanlah kebahagiaan kami dengan menjadikan Perkahwinan kami ini sebagai ibadah kepada-Mu dan bukti pengikutan dan cinta kami kepada sunnah Rasul-Mu, Sesungguhnya Kaulah Yang Maha Pemurah, Lagi Maha Penyayang"

---

Bukan harta yang bisa melembutkan hati, melainkan Allah

Qs Al Anfal : 63

Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

---

Tanamkan budaya malu

---

Nabi saw berwasiat kepada para orang tua: “Samakan pemberian kepada anak-anakmu. Jika aku mau mengutamakan salah seorang dari mereka, aku pasti akan mengutamakan anak perempuan.”

---

Penyakit dalam persaudaraan yang berasal dari dalam diri :

1. Iri dengki/Hasud

2. Fanatik

3. Egoisme

Altruisme : Memberikan kesempatan kepada yang lainnya

---

Persaudaraan sumbernya dari Allah

Jangan menjauh dengan Allah

Jangan berpecah belah

Tata hati dengan menghilangkan penyakit hati

---

Qs Al Baqarah : 191

dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, ...

---

Kedzoliman jangan di balas kedzoliman

---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut