16 September 2015

Majelis Taklim Baburrahmah 16 September 2015 ustadz Jumharuddin, Lc

Event : Majelis Taklim Baburrahmah
Tanggal : 16 September 2015
Pemateri : ustadz Jumharuddin, Lc
Tema : Keutamaan syukur

Syukur itu bisa ditampakkan :
1. Lisan
2. Hati
3. Seluruh anggota tubuh

Ridho artinya rela
Syukur artinya berterima kasih
Qonaah artinya merasa cukup dengan yang ada

Syukur tanda tandanya :
1. Menampakkan nikmat
Banyak diantara kita yang jika mengalami kesulitan yang sedikit, kemudian menceritakannya, Namun lupa menceritakannya jika mengalami nikmat yang banyak
QS Ad Dhuha : 11
Dan terhadap nikmat Tuhamu maka hendaklah kamu siarkan
Qs Al Adiyat : 6
Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya
2. Melihat pemberi nikmat, bukan melihat nikmat itu sendiri
Ketika kita belum memiliki sesuatu, rasanya kita membayangkan betapa bahagianya jika sesuatu itu kita miliki, Namun, ketika kita sudah memilikinya, terkadang kita merasa biasa saja, bahkan lupa kepada yang memberi sesuatu tersebut
3. Melihat diri sendiri tidak layak mendapat nikmat
Sebagaimana jika kita menyadari, pengorbanan yang kita keluarkan tidak sebanding dengan karunia yang kita dapatkan. Begitupula, jika kita mendapatkan musibah/ujian, karena itu layak kita dapatkan

Mengambil hikmah dari kisah Karun, Lihat apa yang dialaminya, semua musnah karena kesombongannya. Padahal semua yang dimiliki semata mata karena Allah, bukan karena usaha Karun sendiri. Hikmahnya, Jangan sampai kita tidak bersyukur karena kita merasa layak mendapatkan sesuatu tersebut (atas dasar kerja keras/usaha sendiri) padahal semua bisa kita dapatkan karena Allah
Qs Al Qashash : 76-83
Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenimatan) dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Karun berkata: Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar. Maka Kami benamkan Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkat: Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang ia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nimat Allah). Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.

4. Menyadari bahwa tidak akan mampu bersyukur
Bayangkan antara ibadah dan dosa kita? Apakah seimbang? Apakah lebih banyak ibadah? Apakah lebih banyak dosa?
Nikmat yang kita dapatkan tak terbatas sedangkan Ibadah yang kita lakukan terbatas/bisa dihitung

Qs Ibrahim : 34
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)

QS An Nahl : 18
Dan jika kamu menghitung hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar benar Maha Pengampun lagi maha penyayang

Bahkan Nabi pun tidak berlaku sombong, Jika Nabi mendapatkan kenikmatan, Nabi memuji pemberi kenikmatan tersebut, Contoh, Nabi Musa
Qs Al Qashash : 24
Ya Tuhanku Sesungguhnya aku sangat membutuhkan setiap kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku

Semoga kita semua menjauhkan diri dari sikap sombong dan riya. Hakikat Sombong adalah Menolak Kebenaran dan Meremehkan Orang lain. Riya artinya menampakkan atau memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia. Sedangkan pengertian riya menurut istilah adalah Melakukan ibadah dengan niat supaya ingin dipuji manusia, dan tidak berniat beribadah kepada Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut