18 September 2013

Pengajian Masjid Raya Bani Umar Tanggal 17 Sept 2013

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 17 Sept 2013
Pembicara : Ine Indriyani, MPsi
Tema : Iman dan Amal sholeh anak menjadi tanggung jawab orang tua

Setiap orangtua mendambakan agar anaknya menjadi sholeh dan sholehah?

Anak yang mampu mengerjakan amal sholeh seperti apa yang orangtua inginkan?

Sudahkan kita mendidik anak kita menjadi anak yang memiliki amal sholeh?

Seseorang dengan amal sholeh: Melakukan perbuatan baik dengan niat karena Allah dan mendapatkan rodho-Nya.

Amal sholeh merupakan manifestasi keimanan kepada Allah SWT.

Ada Banyak Ayat tentang Kewajiban Hormat kepada Orangtua

Surat Luqman : 14

”Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.

---

Qs Al-Isra: 23-24

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."

---

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anha: “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ada banyak ayat dan hadits lainnya yang mengutamakan menghormati orangtua.

MENGAPA? karena orangtua punya KEWAJIBAN mengasuh dan mendidik anak, bahkan sejak di dalam kandungan.
Bahkan dikatakan bahwa ORANGTUA ADALAH PENGASUH DAN PENDIDIK UTAMA DAN PERTAMA BAGI ANAK
Sudahkah kita menjadi pengasuh dan pendidik utama bagi anak kita?
Sudahkah kita mengajarkan amal sholeh kepada anak kita?

Bila kita menginginkan anak kita mengerjakan amal sholeh dalam kehidupannya, maka yang utama adalah orangtua perlu mampu mengerjakan amal sholeh terlebih dahulu dan mampu memberikan contoh kepada anak.

Seperti halnya bila kita ingin anak kita pintar menguasai matematika, maka guru yang mengajarkan tentu perlu menguasai matematika terlebih dahulu.

Mengasuh Anak

MENGASUH berarti tidak hanya sekedar menyediakan kebutuhan sandang, pangan, papan kepada anak, namun juga mendidik, memberikan stimulasi, pelukan, kasih sayang, menanmkan nilai-nilai asmaul husna dan menjadi contoh yang baik. Hal itu diperlukan agar anak mampu mengerjakan amal sholeh di dunia.
Pengasuhan tersebut sudah diberikan sejak bayi di dalam kandungan.

Hal Penting yang Penting dalam Mengasuh Anak
Orangtua adalah pengasuh dan pendidik utama dan pertama bagi anak
Kondisi sejak kehamilan mempengaruhi perkembangan anak
Perhatikan tahapan perkembangan anak. Usia 5 tahun pertama adalah masa emas.

Mengenakan pola asuh yang efektif

Hal Penting yang Penting dalam Mengasuh Anak
Anak cenderung merasakan dan mencontoh perilaku orangtua, bukan sekedar mendengarkan nasihat.
Menanamkan nilai-nilai kehidupan sejak dini (Trust, caring, responsive, autonomy, responsibility, discipline, etc) (Asmaul Husna)
Tetap menjaga kualitas hubungan (attachment) dengan anak
Menggunakan komunikasi yang efektif


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Genetik
Anak itu sendiri (fisik, kepribadian, kecerdasan)
Gizi
Stimulasi
Keluarga pola asuh orangtua, komunikasi orangtua-anak, urutan kelahiran, anggota kel.lain yang tinggal 1 rumah, nilai-nilai, ling.fisik keluarga, keadaan ekonomi, ada tidaknya masalah kel.
Lingkungan
Media
Budaya

Domain perkembangan, domain saling mempengaruhi satu sama lain

Masa Kehamilan

Kondisi ibu saat mengandung mempengaruhi perkembangan janin
Bagaimana kondisi ibu saat mengandung? (termasuk kondisi emosinya)
Bagaimana peran ayah saat ibu mengandung?
Bagaimana hub.ayah-dan ibu saat mengandung?
Stimulasi apa yang diberikan?
Apakah anak yang dikandungnya diinginkan atau tidak?

Temperamen Anak

Setiap Anak Unik
Di dunia ini tidak ada satupun manusia yang sama dengan yang lain, termasuk anak kembar, Kecepatan perkembangan anak berbeda satu sama lain, Anak yang satu dengan yang lain bisa memiliki kepribadian, minat dan bakat yang berbeda Oleh karena itu janganlah terlalu membandingkan satu sama lain walaupun dengan saudara kandung sekalipun


Anak Usia Balita (0-5 Tahun)

Merupakan masa emas
Mengalami pertumbuhan yang pesat, yaitu terjadi lonjakan perkembangan yang tidak terjadi pada periode berikutnya (fisik, kognitif, emosi dan sosial)
90% fisik otak sudah terbentuk
Pengalaman di masa kanak-kanak sangat penting karena membentuk : pola pikir dan kecerdasan (kognisi), rasa (afeksi), dan perilaku seseorang
Tahun-tahun pertama kehidupan seseorang sangat mempengaruhi seluruh kehidupannya dikemudian hari
Pada tahap awal ini terjadi PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN seseorang

Perumpamaan
Bagaikan meletakkan dasar bangunan
Bila fondasinya kokoh dan rapi, maka bangunan akan kokoh dan kuat
Disinilah peletakkan dasar KEPRIBADIAN
Anak yang tidak pernah mengalami kasih sayang, mustahil akan dapat memberikan kasih sayang pada orang lain.
TAK SEORANGPUN DAPAT MEMBERIKAN APA YANG DIA SENDIRI TIDAK MEMPUNYAI

Gaya Pengasuhan Otoriter

Peraturan kaku
Menghukum perilaku yang tidak sesuai
Komunikasi satu arah
Tidak mendengar pendapat anak
Menekankan peraturan dengan paksaan
Kurang hangat
Tegas

Gaya Pengasuhan Permisif

Tidak memaksakan peraturan
Penjelasan tentang peraturan kurang komunikatif
Mudah luluh dengan bujukan dan tangisan anak
Tidak menuntut anak untuk mandiri
Menerima tingkah laku anak yang tidak sesuai
Relatif hangat

Gaya Pengasuhan Demokartis

Tegas dan ada aturan
Menunjukkan sikap tidak senang dlm menghadapi perilaku anak yang tidak baik
Senang dan supportif saat anak melakukan sesuatu yang baik
Komunikasi 2 arah
Hangat dan responsif
Memiliki standar harapan yang realistis terhadap anak

Neglecting (Mengabaikan)

Menyerahkan tanggung jawab mengasuh anak kepada orang lain
Peraturan tidak jelas
Tidak peduli dengan anak
Aturan tidak jelas
Tidak mendengar pendapat atau keinginan anak
Komunikasi tidak jelas
Kurang hangat

Gaya Pengasuhan mana yang paling efektif?
Apakah gaya pengasuhan kita sudah efektif?

Menjadi Contoh yang Baik untuk Anak

Sudahkah kita menjadi contoh yang baik untuk anak kita?
Anak cenderung merasakan dan meniru perilaku orangtua, dibandingkan hanya sekedar mendengarkan kata-kata atau nasehat.
Bila ingin anak kita punya sifat menghargai, sudahkah kita menghargai anak kita?
Bila kita ingin anak kita punya sifat jujur, sudahkah kita selalu jujur dengan anak kita?
Bila kita ingin anak kita punya sifat penyayang, sudahkah kita punya sifat penyanyang dalam diri kita?

Bila kita ingin memiliki anak yang mengerjakan amal sholeh, sudahkah kita mengerjakan amal sholeh dalam kehidupan sehari-hari?
Sudahkah kita memiliki sifat-sifat seperti sifat Allah dalam Asmaul Husna?
Beberapa Sifat-sifat dalam Asmaul Husna
Ar-rahman Pemurah
Ar-rahiim Penyayang
Al Muhaimin Pemelihara
Al Afuww Pemaaf
Al Adl Adil
Al Lathiff Lembut
As Syakuur Pembalas budi / Menghargai
As Shabuur Sabar

Nilai-nilai Kehidupan (Living Values)
Menghargai
Menghormati
Penyayang
Pemaaf
Empati
Penolong
Pemurah
dll

Menjaga kualitas hubungan

Bagaimana hubungan kita dengan anak kita?
Bermain bersama (terutama bila anak kita di usia balita). Bermain tidak sekedar menemani, namun turut bermain.
Mendengarkan keluh kesah anak
Berjalan-jalan dan melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama

Menjalin Komunikasi yang Efektif

Apakah kita sering tidak mendengarkan anak?
Apakah kita sudah memahami perasaan anak?
Apakah kita sering membohongi atau mengancam anak, dengan ancaman yang tidak masuk akal?
Apakah kita lebih sering menuruti kehendak anak, sehingga anak bertingkah semaunya?
Apakah kita sering mencap anak, dengan sebutan:”“bodoh”, “nakal”, dll?
Apakah kita sering melarang anak dengan kata “Jangan”?
Apakah kita sering melakukan kekerasan kepada anak, seperti mencubit, memukul, dll?

Bila hal-hal tersebut terjadi pada anda, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah pola komunikasi kita dengan anak.

Komunikasi antara orangtua dan anak tentu tidaklah mudah. Namun, bila kita mau melakukan refleksi, belajar dan berlatih pola komunikasi yang baik, akan dapat membantu kita dalam mengasuh anak secara lebih efektif.

Komunikasi Perlu disesuaikan dengan Tahap Perkembangan Anak
Komunikasi disesuaikan dengan tahap perkembangan anak

Basic trust vs mistrust (0-2 th) anak membutuhkan cinta, responsif, rasa aman, rasa percaya.

Autonomy vs shame (2-4) anak membutuhkan kesempatan untuk belajar hal baru dan dihargai.

Initiative vs. Guilt (4-5/6th) anak membutuhkan inisiatif dalam meniru kebiasaan orangtua maupun dalam hal bermain peran.

Menjadi Contoh Bagi Anak
Anak cenderung mencontoh perilaku dibandingkan mendengarkan kata-kata atau nasihat orangtua. Bila ingin anak punya sikap sabar, maka orangtua perlu memberi contoh dan berperilaku seperti orang yang sabar. Bila tidak ingin anak berteriak-teriak, pastikan tidak ada orangtua yang suka berteriak.

Bila ingin menanamkan nilai-nilai kehidupan (living values) pada anak (kejujuran, kasih sayang, pengertian, keadilan, dll), maka orangtua perlu menjadi contoh teladan yang menjalankan nilai-nilai kehidupan dikeseharian. Ibarat seperti guru matematika, bila ingin murid pintar matematika, maka gurunya harus lebih pintar dalam mengerjakan dan mengajarkan matematika.
Mendengarkan Anak dengan Seksama dan Menerima Perasaannya

Ketika anak sedang bercerita, ada baiknya kita mendengarkan dengan seksama.

Bila sedang sibuk, anda bisa berhenti sejenak atau beritahu anak bahwa anda sedang mengerjakan tugas anda terlebih dahulu, lalu baru menghampiri anak.

Menerima perasaan anak

Beberapa Pernyataan Menerima Perasaan Anak
“Kamu sedih ya, kura-kuramu mati…”
“Kakak pengen digendong juga ya kaya adik…kamu kesel ya mama gendong adik, kakak pengen dimanja-manja juga…”
“Iya kamu kesel, pengen nonton tv tapi tidak boleh. Besok kamu boleh nonton tv lagi, sekarang waktunya kita tidur”

Beberapa Cara untuk :

Menjalin kerjasama dan kedisiplinan?
Meminimalisir kata Tidak
Memberikan Pujian
Memberikan Konsekuensi
Yang Perlu Diperhatikan
Ketika kita ingin mencoba mengubah diri atau meningkatkan cara pengasuhan kita, bila tidak berhasil untuk pertama kali bukan berarti kita harus kembali ke cara lama.
Pentingnya untuk menjalani dengan perasaan yang tulus.
Ingat bahwa anak lebih cenderung mencontoh perilaku dibandingkan hanya mendengarkan kata-kata semata.
Anak tidak bisa belajar sendiri, namun ia dapat belajar melalui merasakan dan aplikasi langsung dari orangtua ataupun pengasuhnya.

Parent Ok, Kids will be Ok
Emotionally Healthy Parent, Fostering Emotionally Healthy Children

Bila orangtua menjalankan amal sholeh dalam keseharian, anak akan menjalankan amal sholeh pula

1 komentar:

  1. makasih sharingnya maaaak...terima kasih sudah diingatkan...semoga berkah yaaa...

    BalasHapus

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut