12 Juni 2012

Pengajian Masjid Raya Bani Umar Tema : Tauhidul Ibadah

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tema : Tauhidul Ibadah
Tanggal : 12 Juni 2012
Pembicara : Ustadz Muhammad Hayatuddin

Pembacaan ayat suci Al Quran

QS Al Baqarah : 255

Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Kekal lagi terus menerus mengurus makhlukNya, tidak mengantuk dan tidak tidur KepunyaanNya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izinNya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang meraka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

---

Macam Nikmat :

1. Sehat

2. Iman

3. Hidayah

---

Qs Al Fatihah : 6-7

Tunjukilah kami jalan yang lurus,

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nimat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan) mereka yang sesat.

---

Peringatan Allah tentang keutamaan bersyukur

Qs Ar Rahman : 13

Maka nimat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?

---

Tujuan penciptaan jin dan manusia

Qs Adz Zariyat : 56

Dan tidaklah Aku ciptakan seluruh jin dan seluruh manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu

---

Keutamaan Doa

Doa adalah ruh ibadah

---

Shalat adalah doa

---

Qs Mukmin : 60

Berdoalah kepadaKu niscaya akan Aku perkenankan bagimu

---

Dunia adalah fatamorgana

Qs Al Hadid : 20

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

---

Cintailah orang yang kau cintai sedang-sedang saja, boleh jadi suatu ketika dia menjadi yang paling kau benci. Bencilah orang yang kau benci sedang-sedang saja, karena bisa jadi suatu ketika dia menjadi yang paling kau cintai. (HR. At-Tirmidzi)

---

Senjata dikabulkannya doa :

1. Sajadah (shalat)

2. Sedekah

3. Air mata (kesungguhan dalam berdoa)

---

Sedekah 6 Dirham

Kehidupan duniawi yang berkesusahan dalam harta lah yang membuat Ali bin Abi Thalib itu mulia.
Dalam banyak riwayat, penuh diceritakan bahwa beliau itu kerap kelaparan sekeluarga. Fatimah juga pernah mengadu kepada Rasulullah, Bapaknya, untuk memberikannya kemudahan dengan menyerahkan seorang pembantu, agar pekerjaan rumahnya lebih mudah. Selain itu, sang Sayyidah terdekat Rasulullah warisan Khadijah itu, pernah juga meminta untuk di bantu dalam urusan harta sampai-sampai ia menangis.
Hasan dan Husin juga sering dibawa Ali jika bekerja. Disaat Rasul Muhammad datang kerumah mereka untuk menemui cucu-cucu tercintanya, Fatimah menyambut dan memberitahukan bahwa mereka ikut dengan Ali yang sedang menimba air di sumur seorang Yahudi, untuk mendapatkan upah 1 butir kurma pada setiap embernya.
Namun, kemuliaannya sebagai seorang suami, menantu, sahabat, ulama, dan umara, serta shaf pertama Islam, muncul dari kemiskinan hartanya. Jika ia orang yang kaya dan berkelimpahan harta, akankan sinar kemuliaanya terlihat oleh orang-orang biasa ?
Akankah kemuliaannya menyentuh semua lapisan jika ia bukan yang berkesusahan dalam harta ?
Kesabarannya, Kekokohannya, Kecintaannya pada ilmu, Penuh rasa tawadhu walau ia Imam besar, menjadi pakaian yang memuliakan ia walau kekurangan dan sering menahan lapar. Melebihi kemuliaan jika ia memakai pakaian dari emas sekalipun.
Abu Hasan ini baru sampai dirumahnya setelah pulang dari rumah Rasulullah, dan melihat Salman Al Farisiy sedang memisah-misahkan bulu domba, dan Fatimah, istri Ali sedang memintal bulu-bulu itu menjadi benang.
“Apa ada makanan untukku ?” tanya Ali pada istrinya.
“Kita tidak punya makanan apapun,” sahut istrinya.
“Hanya ada uang 6 dirham yang baru saja kuterima dari Salman sebagai upah memintal benang. Sedianya akan kugunakan untuk membeli makanan bagi anak-anak kita.”
“Berikanlah uang itu padaku, “ Kata Ali. “Biar kubelikan makanan bagi anak kita.”
Fatimah memberikan uang itu, Ali pun pergi untuk membeli makanan. Dijalan ada seorang pengemis.
“siapa yang akan menghutangi Allah dengan piutang yang baik?” tanya pengemis itu. Ali pun memberikan uang tersebut. Dan tidak jadi berbelanja.
Fatimah melihat suaminya pulang tanpa membawa apa-apa. Menetes air matanya, sedih membayangkan anak-anaknya bakal kelaparan lagi mala mini. Ia tahu, pasti suaminya telah menyedekahkan uang yang 6 dirham untuk fakir miskin.
“Kau tidak membawa makanan untuk anak-anakmu?” tanya Fatimah.
“Uang itu aku pinjamkan kepada Allah Ta’ala,” jawab Ali.
“Engkau benar,” kata Fatimah.
Ali kemudian pergi menuju rumah Rasulullah. Ditengah jalan ia bertemu dengan seorang Arab Badawi, sedang menuntun seekor unta. Tampaknya ia sudah mengenal Ali, tetapi Ali tidak mengenalnya.
“Belilah unta ini hai Abu Hasan!” kata orang Arab Badawi tersebut.
“Aku tidak punya uang,” sahut Ali.
“Bayar saja kalau kau sudah punya uang nanti.”
“Berapa harga unta itu?”
“Untukmu ku jual 100 dirham saja.”
100 dirham amat murah untuk seekor unta. Ali setuju untuk membeli unta itu, dengan pembayaran dikemudian. Dituntunnya unta itu, dan tak lama kemudian ia bertemu lagi dengan seorang Arab Badawi lainnya. Ia tertarik pada unta yang dituntun Ali.
“Apa unta itu akan kau jual, hai Abu Hasan?” tanya Arab Badawi tersebut.
“Ya, akan kujual.”
“Berapa harganya?”
“Tiga ratus dirham.”
“Baik, akan kubeli untamu.”
Orang itu membeli unta Ali tanpa menawar lagi. Ali pulang membawa 300 dirham, ia menceritakan pengalaman itu kepada Fatimah.
“Engkau telah mendapat taufik, ya putra paman ayahku,” kata Fatimah.
Ali kemudian bergegas menuju rumah Rasulullah. Dan ternyata Jibril telah lebih dulu sudah datang menemui Rasulullah dan menceritakan itu pada beliau.
“Tahukah kau siapa Arab Badawi yang menjual unta kepadamu dan siapa yang membelinya?” tanya Rasulullah.
“Allah dan rasul-Nya lebih tahu akan hal itu, wahai Rasulullah,” jawab Ali.
“Beruntunglah engkau, Ali. Kau pinjamkan kepada Allah 6 dirham, Allah menggantinya dengan 300 dirham. Orang Arab Badawi yang menjual unta kepadamu adalah Malaikat Jibril, sedangkan yang membeli untamu adalah Malaikat Mikail.”

---

Kalau ada yang bertanya, siapakah Tuhanmu? Pasti jawabannya Allah. Tapi kalau dilihat prilaku sehari-hari, bisa jadi Tuhanmu bukan Allah. Persoalan manusia pada umumnya berkaitan dengan tauhid, keimanan, dan keyakinan kepada Allah. “Persoalan kita yang terbesar bisa jadi Tuhan kita bukan Allah. Siapa Tuhan kita, menjadi masalah buat kita. Andaikata Tuhan Kita Allah, Insya Allah tidak satu pun yang menjadi masalah buat kita,” kata KH.Yusuf Mansur di Jakarta pada 19 Oktober 2011.
“Perlu diuji sekali-kali siapa sesungguhnya Tuhan Kita? Saudara mau belanja di pagi hari, coba sekali-kali ada di antara kamu sekalian belanja ke pasar tanpa membawa uang. Apakah bisa pulang ke rumah dengan membawa belanjaan yang saudara inginkan? Kebanyakan dari kita beranggapan, kalau tidak bawa uang, bagaimana bisa belanja? Ternyata Tuhannya dia adalah uang,” tambahnya.
Seharusnya Tuhannya manausia adalah Allah, karena yang punya pasar pada hakikatnya adalah Allah. Seharusnya tidak ada uang, berangkat saja ke pasar, seperti Shahabat Ali bin Abi Thalib. Dititipkan uang oleh istrinya, Fatimah, dia berangkat ke pasar. Tapi di tengah jalan, uangnya pindah tangan ke orang fakir dan miskin.
“Kalau kita tidak ada uang langsusng pulang, tapi Shahabat Ali berbeda. Bukan karena tidak punya uang kita tidak bisa belanja, juga bukan karena kita punya uang bisa belanja, tapi semuanya karena Allah. Meski tidak membawa uang, Shahabat Ali tetap berangkat ke pasar. Pulangnya tetap membawa belanjaan,” ujarnya.
Ada kisah menarik, dialog antara anak dan ayahnya. Sang anak bertanya kepada ayahnya,
“Saya jadi ikut study tour gak, Pak?’
“Insya Allah, Nak. Kenapa kamu bertanya seperti itu?”
“Ya sampai hari ini Bapak kan belum ngasih saya uang?
“Emangnya harus pakai uang, ya?”
“Ya, iyah lah. Kalau tanpa uang, kita mana boleh pergi?”
“Bukan, bukan begitu, Nak. Bukan karena uang kita berangkat, tapi karena Allah!”
“Kata kepala sekolah dan kata pak guru, yang belum bayar, tidak boleh ikut, Pak.”
“Itu kan baru kata kepala sekolah dan guru, bukan kata Allah. Coba kamu minta sama Allah, ada uang atau tidak ada uang, minta sama Allah agar kamu tetap bisa berangkat.”
Yusuf Mansur menekankan perlunya anak-anak diajarkan berdoa, ajarkan anak meminta kepada Allah untuk semua urusan. “Kalau Tuhan kita adalah uang, menjadi masalah buat kita,” tegasnya.
Lalu anak tersebut berdoa pagi, siang, dan malam tak putus-putusnya. Tiba saatnya berangkat study tour, dia pagi-pagi berangkat ke sekolah. Sebelum berangkat sekolah, sang anak kembali bertanya kepada ayahnya,
“Bagaimana jadi berangkat gak, saya?”
“Lho, bukankah kamu sudah berdoa kepada Allah. Yakin gak sih, kamu sama Allah?”
“Yakin, sih yakin Pak, tapi bagaimana, ya?”
“Sudah gak usah bagaimana-bagaimana, berangkat sana,” jawab sang ayah.
“Ya, sudah saya berangkat, pak.”
“Assalamualaikum,” kata sang anak pamitan.
“Waalaikum salam,” jawab sang ayah lagi.
Setiba di sekolah, pak guru mengumumkan, siapa yang namanya dipanggil, langsung masuk ke bis. Anak-anak yang sudah membayar, satu per satu dipanggil. Ternyata si anak yang hanya mengandalkan berdoa kepada Allah, tidak dipanggil namanya, sehingga dia satu-satunya yang tidak berangkat.
Menurut pengasuh Pondok Pesantren Penghapal Al-Qur’an Darul Qur’an ini, keputusan berangkat tidaknya seseorang tidak ditentukan oleh kepala sekolah dan guru melainkan di tangan Allah. Dalam ayat kursi dijelaskan, Allah memiliki kekuasaan di langit dan di bumi.
Setelah bis berangkat, datang satu mobil. Lalu turun seorang anak dari mobil tersebut. Dia bertanya sama temannya,
“Semuanya sudah berangkat?”
“Ya.”
“Kamu ketinggalan seperti saya?”
“Nggak, sih, memang saya ditinggal.”
“Kenapa ditinggal?”
“Karena Allah belum mengizinkan saya berangkat.”
“Mah, nyusul yuk, rupaya kita ketinggalan,” kata anak yang baru turun dari mobil..
“Ya sudah, ajak saja sekalian temanmu berangkat,” jawab sang ibu.
“Subhanallah, Allah Maha tinggi dan Maha Agung.” Ujar Yusuf Mansur.
“Inilah problem terbesar kita semua. Kita itu sebenarnya Tuhannya bukan Allah, karena banyak bingungnya dan banyak stresnya. Ketika punya masalah, yang dicari orang, shahabatnya. Tapi kita tidak belajar, mengembalikan semua persoalan kepada Allah. Belum saatnyakah kita mengingat Allah? Belum saatnyakah kita kembali kepada Allah?” tanya Yusuf Mansur.

---

Ibu madrasah anaknya

---

Ada 3 cara orang masuk surga

1. orang beriman masuk surga tanpa hisab

2. orang yang punya dosa tetapi diampuni

3. orang yang masuk neraka terlebih dahulu baru ke surga

---

Bersabarlah, kehidupan dunia hanya sebentar

1 hari di akhirat = 1000 tahun di akhirat

Qs Al Hajj : 47

Dan mereka meminta kepadamu agar azab disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Rabbmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kamu hitung.

---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut