11 Juli 2012

Pengajian Masjid Raya Bani Umar Tema : Perangi Kendala Kendala Ibadah

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tema : Perangi Kendala Kendala Ibadah
Tanggal : 10 Juli 2012
Pembicara : Ustadzah Nurbaiti Hidayatullah, Lc

Keutamaan bersungguh sungguh

Qs Al Ankabut : 69

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

---

Jihad ini berasal dari bahasa Arab. Kalau diterjemahkan ke bahasa Melayu secara 'word by word' atau 'lafzan bil lafzi'. kata jihad ini bermaksud sungguh-sungguh, bukannya berjuang. Kata jihad ini berasal dari perkataan jahada, yajhudu, juhdan atau jihadan. Jahada artinya dia bersungguh-sungguh. Ajhadu artinya dia sedang atau akan bersungguh-sungguh. Jihadan artinya kesungguhan. Juhdan - kesungguhan. Jihad artinya bersungguh-sungguh.

Jadi pengertian jihad mengikuti dengan istilah ialah bersungguh-sungguh mengeluarkan tenaga yang ada dalam diri seseorang itu baik tenaga lahirnya mahupun batinnya, tenaga akal, tenaga jiwa, tenaga fiziknya, digunakan untuk menegakkan sesuatu yang akan diperjuangkan dan bergantung dengan niat masing-masing.

Jihad artinya bersungguh-sungguh iaitu bersungguh-sungguh memerah tenaga yang ada pada diri kita ini baik tenaga lahir mahupun batin untuk menegakkan apa yang kita cita-citakan. Kalau kita sebagai orang Islam yang ada cita-cita Islam tentulah hendak menegakkan Islam. Orang lain tentulah ada niat-niatnya tersendiri pula.

---

Jika malas menyerang, renungkan 2 ayat berikut :

Qs At Taubah : 40-41

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya: Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan dan berjihadlah dengan harta dan jiwa pada jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

---

Agar kita meraih kesuksesan yang sempurna saat ibadah di bulan Ramadhan, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

1. Mujahadah dalam beribadah

A. Saat puasa haus menahan emosi, amarah, jangan berkata yang tidak aik

Abu Hurairah ra. Berkata: Bersabda Nabi Saw. "siapa yang tidak suka meninggalkan kata-kata dusta, dan perbuatan yang palsu, maka Allah tidak membutuhkan dari padanya, puasa meninggalkan makan dan minumnya" ( HR Bukhari )

---

B. Selama Ramadhan harus mujahadah (sungguh sungguh) agar bisa berbagi

Ibnu ‘Abbas meriwayatkan bahwa Nabi saw. adalah orang paling dermawan. Beliau menjadi lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan. (Muttafaq Alaih)

---

C. Mujahadah (sungguh sungguh) untuk meninggalkan maksiat dan kemunkaran

Surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai dan neraka dikelilingi oleh syahwat. (HR. Bukhari)

---

D. Mujahadah (sungguh sungguh) untuk bisa mengkhatamkan Al Quran

Dari Abu Umamah al-Bahili RA, ia berkata, 'Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberi syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang membacanya, mempelajari dan mengamalkannya)." (HR. Muslim)

---

2. Penyebab seseorang tidak semangat dalam ibadah :

A. Bersikap keras yang bukan pada tempatnya, prinsip islam adalah memudahkan

Dari Anas bin Malik Ra, dari Nabi Saw bersabda : Rasulullah bersabda, "Yassiruu, wa la tu'assiruu. Basysyiruu, wa la tunadzdziruu". Artinya, permudah urusan orang, jangan dipersulit. Gembirakan (hati) orang, jangan (pula) ditakut-takuti).(HR Muttafaq Alaih)

---

B. Berlebihan dalam masalah yang mubah

Qs Al A'raf : 31

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

---

C. Meninggalkan hidup berjamaah (suka menyendiri)

QS Ali Imran : 103

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nimat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nimat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

---

D. Kurang mengingat kematian dan lupa akan akhirat

Buraidah Ibnul Hushaib z berkata: Rasulullah bersabda: “Aku pernah melarang kalian dari ziarah kubur maka (sekarang) ziarahilah kuburan.” (HR. Muslim)

---

E. Berteman dengan orang yang malas ibadah

“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. (HR. Abu Daud)

---

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari)

---

F. Suka makan barang yang haram

Qs Al Baqarah : 168

Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu.

---

Keutamaan memuliakan tamu

Adalagi cerita yang membuat siapapun pasti haru karena luar biasanya akhlak, kemuliaan dan pengorbanan para sahabat demi ukhuwah islamiyyah yang indah dan sejati:

“Seorang lelaki datang kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, lalu dia berkata, “Sungguh aku ini miskin dan sangat lapar.” Lalu Rasulullah n menyampaikan hal tersebut kepada sebagian istri beliau. Maka mereka berkata, “Demi Dzat yang telah Mengutusmu dengan hak, saya tidak memiliki apa-apa kecuali air. Kemudian Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan hal itu kepada istri-istri beliau yang lain. Sampai semuanya mengatakan jawaban yang sama, “Demi Dzat yang telah Mengutusmu dengan hak, saya tidak memiliki apa-apa kecuali air. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun bertanya kepada para sahabat, “Siapakah kiranya yang sudi menjamu tamuku malam ini? Maka berkatalah seorang dari kalangan Anshar, “Saya wahai Rasulullah.” Kemudian sahabat tersebut membawa tamunya ke rumahnya. Lalu berkata kepada istrinya, “Muliakanlah tamu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.”

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa shahabat tersebut bertanya kepada istrinya, “Apakah kamu memiliki sesuatu (untuk menjamu tamu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam). Istrinya pun menjawab, “Tidak ada, hanya makanan yang cukup untuk anak-anak kita. Lalu sahabat tersebut berkata, “Sibukkanlah anak-anak kita dengan sesuatu (ajak main), kalau mereka ingin makan malam, ajak mereka tidur. Dan apabila tamu kita masuk (ke ruang makan), maka padamkanlah lampu. Dan tunjukkan kepadanya bahwa kita sedang makan bersamanya. Mereka duduk bersama, tamu tersebut makan, sedangkan mereka tidur dalam keadaan menahan lapar. Tatkala pagi, pergilah mereka berdua (sahabat dan istrinya) menuju Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam memberitakan (pujian Allah subhanahu wata’ala terhadap mereka berdua), “Sungguh Allah merasa heran/kagum dengan perbuatan kalian berdua terhadap tamu kalian).”(Muttafaqun ‘alaih)

Sesungguhnya puji hanya bagi Allah, semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk senantiasa istiqomah di jalan ini dan menafkahkan harta kita, baik dalam keadaan lapang maupun sempit.

---

Allah tahu kemampuan kita

QS Al Baqarah : 233

Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kemampuannya

---

Keutamaan puasa Daud

Puasa yang paling disukai Allah ialah puasa Daud, dan shalat yang paling disukai Allah ialah shalat Nabi Daud. Ia tidur sperdua malam, bangun sepertiganya, lalu tidur seperempatnya. Dan adalah ia berpuasa sehari lalu berbuka satu hari.” (HR Bukhari-Muslim dengan sanan Shahih)

---

Keutamaan istiqomah dalam beramal

Dari Aisyah –radhiyallahu anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Amalan yang paling dicintai oleh Allah Taala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit."

---

Keutamaan menghindari Uzlah

“Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda, “Tangan Allah bersama jama’ah.” (HR. Tirmidzi)

---

Hadist : orang yang bisa duduk dengan orang sholeh, seperti orang yang bau wangi

---

Keutamaan menghindari hal yang bersifat syubhat

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim Telah menceritakan kepada kami Zakaria dari ‘Amir berkata; aku mendengar An Nu’man bin Basyir berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun diantara keduanya ada perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka barangsiapa yang menjauhi diri dari yang syubhat berarti telah memelihara agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai jatuh (mengerjakan) pada perkara-perkara syubhat, sungguh dia seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di pinggir jurang yang dikhawatirkan akan jatuh ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki batasan, dan ketahuilah bahwa batasan larangan Allah di bumi-Nya adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati”.

---

G. Kurang tahu ilmu

Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak. (Riwayat Bukhori dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan: siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak.

---

H. Berdoa :

“Allahumma inna na’udzubika minal hammi wal hazan wana’udzubika minal ajzi wal kasal, wanau’dzubika minal jubni wal buhl, wanau’dzubika min ghalabatidaeni waqohri rijal.”

Artinya : “Yaa Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sempit dalam dada dan rasa gelisah. Aku pun berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut dan kikir. Aku berlindung kepada-Mu dari belenggu utang dan tekanan manusia

---

I : Berdoa kepada Allah agar istiqomah di dalam ibadah

Qs Ibrahim : 40

Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Rabb kami, perkenankan doaku.

---

J. Ibadah harus bersikap sunnah

---

Keutamaan mempersiapkan bekal untuk akhirat

Qs Al Hasyr : 18

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

---

Keutamaan menahan amarah

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam : (Ya Rasulullah) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda : Jangan engkau marah. (Riwayat Bukhori )

---

Menahan amarah adalah ciri orang bertaqwa

Qs Ali Imran : 133-136

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa,

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui.

Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Rabb mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.

---

Keutamaan memahami sikap pemarah dari pasangan hidup

Alkisah seorang sahabat Ra. Datang kepada Umar bin Khattab Ra yang ketika itu menjadi khalifah. Ia ingin mengadukan perihal istrinya yang suka ngomelin dirinya yang menurutnya tidak pernah tau waktu. Tidak pagi, tidak siang, tidak malem. Padahal masalahnya kadang Cuma hal yang sepele belaka. Rasanya habis sudah dirinya diamuk massa yang ‘Cuma’ seorang itu.

Ia berharap Umar dapat memberikan solusi terhadap masalah yang ia hadapi itu. Bahkan kalau perlu mendapatkan suatu ‘fatwa’ untuk diberikan pada si istri “ini lho kamu tuh berdosa marahin suami mulu.” Ia yakin bahwa Umar akan memihak dirinya sebagai sesama laki-laki...bukankah lelaki itu qowammuna ala annisa (pemimpin bagi wanita?)

Tapi begitu ia sampai di depan pintu rumah Umar bin Khattab, langkahnya berhenti ketika telinganya mendengar suara seorang wanita sedang marah-marah. Hei, bukannya itu suara istrinya Umar? Kenapa ia bisa memarahi Umar yang seorang Khalifah. Celaka, apabila seorang wanita telah memarahi Khalifah bagaimana dengan keadaannya? Sama saja dunk?

Maka ia pun segera meninggalkan rumah sang Khalifah dengan bersungut-sunggut dan penuh ketidakpuasan, kemana lagi ia akan mengadu?

Ternyata Umar bin Khattab mendengar langkah-langkah kaki meninggalkan rumahnya. Iapun segera keluar rumah, setelah sang istri selesai menyelesaikan ‘ceramahnya’.

“Hai sahabatku, kenapa kau pergi sebelum menyampaikan niat dan keluhanmu?” tanya Umar. Maka sang sahabat pun menghentikan langkahnya dan berbalik menemui Umar.

“Wahai Khalifah, tadinya aku berniat menemuimu untuk mengadukan perihal istriku yang suka memarahiku, namun aku dengar tadi engkau juga dimarahi istrimu. Jadi kita sama saja...buat apa lagi pengaduanku?”
Mendengar hal itu, Umar pun tersenyum.

“Wahai Sahabat, hendaknya kau bersabar atas istrimu, seperti aku bersabar atas perangai istriku...bukankah ia yang telah kita berikan sumpah janji untuk tidak melukainya dan mencintainya dengan setulus hati. Bukankah ia yang telah menemani kita selama ini dalam suka maupun duka. Bukankah ia pula yang telah melayani kita dengan segenap jiwa raga. Dan bukankah ia yang telah mengasuh anak-anak kita dengan penuh kasih sayang? Maka bersabarlah wahai sahabatku, sebagaimana istrimu bersabar atas dirimu...”

Sang sahabat mendengarkan petuah Umar dengan penuh perhatian. Iapun telah menemukan jawaban yang selama ini dicarinya.

---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut