10 April 2012

Pengajian Masjid Raya Bani Umar Tema : Membentuk kepribadian muslimah Tanggal : 10 April 2012

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tema : Membentuk kepribadian muslimah
Tanggal : 10 April 2012
Pembicara : Ustadzah Hj Dewi Yulia, S.sos, Msi

Kepribadian apa sih ?

Kepribadian Adalah pola pikir, perasaan dan tingkah laku yang bersifat menetap yang ditampilkan individu dalam situasi yang berbeda dan bisa berkembang sesuai dengan perubahan kehidupannya

---

Qs Al Isra : 70

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

---

Qs Asy Syams : 8

maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,

---

Bahwa manusia dihadapkan pada 2 tarikan yaitu langit dan bumi, oleh karena itu manusia harus bertawazun (berkeseimbangan)

---

Berkepribadian muslimah

Berkepribadian yang seluruh aspek aspeknya meliputi :

1. tingkah laku luarnya

2. kegiatan kegiatan jiwanya

3. falsafah hidupnya (sibghoh ilahiyahnya)

4. bashiroh (kepekaan dan ketajaman jiwa)

5. berpegang teguh pada kebenaran

6. mujahadah (bersungguh sungguh)

7. tetap tabah atas kebenaran

---

Mengapa kepribadian kita berbeda ?

1. pengaruh genetik

temperamen seseorang diturunkan oleh kedua orang tuanya. (penelitian terhadap kembar identik dan kembar fraternal)

2. pengaruh lingkungan

budaya dan kebiasaan

3. pengalaman pengalaman hidup yang dilalui

---

Interaksi evokatif : setiap kepribadian individu menimbulkan respon yang berbeda dari orang lain

contoh : anak yang ramah akan lebih sering diajak main/pergi dibanding dengan anak yang pemurung

---

interaksi proaktif : proses individu menjadi pelaku aktif dalam pengembangan kepribadiannya sendiri

semakin besar, anak akan memiliki dan membentuk lingkungan sendiri

---

Bagaimana membentuk kepribadian ?

1. Knowing the good

tentang baik/buruk, sopan/tidak, mengapa (alasan jelas)

2. Felling the good

mesin atau kekuatan luar biasa dari dalam diri seseorang untuk melakukan kebaikan atau menghindarkan diri dari perbuatan buruk

3. acting the good

pembiasaan

---

Ali bin Abu Thalib RA mengajarkan tahapan mendidik anak, yaitu :

1. Usia 0-7 tahun : jadikan ia raja (kita melayani kebutuhannya)

Pada tahap ini, diharapkan kita memahami kemauan anak, antara lain ketika dia :

a. belum bisa membahasakan apa yang dirasakan anak

b. memiliki perkembangan otak yang sangat pesat

c. belum mengerti imbal balik kalimat

d. membangun kemandirian sendiri

---

2. Usia 7-14 tahun : jadikan ia tentara (ajarkan kemandirian)

3. Usia 14 tahun ke atas : jadikan ia kawan. Teman yang sejajar, bukan melulu orangtua yang superior terhadap anak remaja. Remaja butuh kawan (yaitu orangtua) yang asyik, yang bisa mendengarkan mereka.

---

Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.

---

Keutamaan niat

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

---

Ketiga faktor tersebut, harus dilatih secara terus menerus, hingga menjadi kebiasaan

Habit of mind

Habit of heart

habit of work

---

proses perubahan perilaku :

tidak tahu menjadi tahu menjadi menerima menjadi berkeinginan menjadi mempraktekkan menjadi mempengaruhi

---

Mengapa harus tawazun (seimbang)

1. Kebutuhan akal

2. kebutuhan fisik

3. kebutuhan hati

Dalam hadis Rasulullah Saw: Dari Nu'man bin Basyir berkata: saya mendengar Rasulullah Saw. Bersabda: " Ketahuilah,sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila dia baik maka jasad tersebut akan menjadi baik, dan sebaliknya apabila dia buruk maka jasad tersebut akan menjadi buruk, Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah "Qolbu" yaitu hati ". ( Hadis Riwayat Bukhori ).

---

Affect of the time information is encoded

---

Artinya : seseorang yang terbiasa dengan emosi negatif akan terbentuk kepribadian yang negatif dan sebaliknya, sanget penting bagi kita untuk menjaga suasana hati agar tetap positif

---

Tips bahagia

1. Jangan banyak mengeluarkan kalimat tanya

2. Jangan berpikir bahwa kita bisa memaksakan kehendak dengan merubah kepribadian seseorang (orang lain)

---

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dan An-Nasa’i, Anas bin Malik menceritakan sebuah kejadian yang dialaminya pada sebuah majelis bersama Rusulullah SAW.

Anas bercerita, “Pada suatu hari kamu duduk bersama Rasulullah SAW, kemudian beliau bersabda, “Sebentar lagi akan muncul dihadapan kalian seorang laki-laki penghuni surga.” Tiba-tiba muncullah laki-laki Anshar yang janggutnya basah dengan air wudhunya. Dia mengikat kedua sandalnya pada tangan sebelah kiri.”

Esok harinya, Rasulullah SAW. berkata begitu juga, “Akan datang seorang lelaki penghuni surga.” Dan munculah laki-laki yang sama. Begitulah Nabi mengulang sampai tiga kali.

Ketika majelis Rasulullah selesai, Abdullah bin Amr bin Al-Ash r.a. mencoba mengikuti seorang lelaki yang disebut oleh Nabi sebagai penghuni surga itu. Kemudian dia berkata kepadanya dia berkata kepadanya, “Saya ini bertengkar dengan ayah saya, dan saya berjanji kepada ayah saya bahwa selama tiga hari saya tidak akan menemuinya. Maukah kamu memberi tempat pondokan buat saya selama hari-hari itu ?”

Abdullah mengikuti orang itu ke rumahnya, dan tidurlah Abdullah di rumah orang itu selama tiga malam. Selama itu Abdullah ingin menyaksikan ibadah apa gerangan yang dilakukan oleh orang itu yang disebut oleh Rasulullah SAW sebagai penghuni surga. Tetapi selama itu pula dia tidak menyaksikan sesuatu yang istimewa di dalam ibadahnya.

Kata Abdullah, “Setelah lewat tiga hari aku tidak melihat amalannya yang istimewa, bahkan aku hampir-hampir meremehkan amalannya, lalu aku berkata, Hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak bertengkar dengan ayahku, dan tidak juga aku menjauhinya. Tetapi aku mendengar Rasulullah SAW. berkata tentang dirimu sampai tiga kali, “Akan datang seorang darimu sebagai penghuni surga.” Aku ingin memperhatikan amalanmu supaya aku dapat menirunya. Mudah-mudahan dengan amal yang sama aku mencapai kedudukanmu.”

Lalu orang itu berkata, “Yang aku amalkan tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan”. Ketika aku mau berpaling, kata Abdullah, dia memanggil lagi, kemudian berkata, “Demi Allah, amalku tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan itu. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan pada diriku niat yang buruk / prasangka buruk terhadap kaum Muslimin, dan aku tidak pernah menyimpan rasa dengki kepada mereka atas kebaikan yang diberikan Allah kepada mereka.”

Lalu Abdullah bin Amr berkata, “Beginilah bersihnya hatimu dari perasaan jelek dari kaum Muslimin, dan bersihnya hatimu dari perasaan dengki. Inilah tampaknya yang menyebabkan engkau sampai ke tempat yang terpuji itu. Inilah justru yang tidak pernah bisa kami lakukan.

Memberikan hati yang bersih, tidak menyimpan prasangka yang jelek terhadap kaum Muslim kelihatannya sederhana tetapi justru amal itulah yang seringkali sulit kita lakukan dalam kehidupan kebanyakan kita sehari-hari. Mungkin kita mampu berdiri shalat Tahajud di malam hari, sujud dan rukuk di hadapan Allah SWT, akan tetapi amat sulit bagi kita menghilangkan kedengkian kepada sesama kaum Muslimin. Hanya karena kita duga pahamnya berbeda dengan kita. Hanya karena kita pikir bahwa dia berasal dari golongan yang berbeda dengan kita. Atau hanya karena dia memperoleh kelebihan yang diberikan Allah, dan kelebihan itu tidak kita miliki. “Inilah justru yang tidak mampu kita lakukan, ” kata Abdullah bin Amr (Hayat Al-Shahabah, II, 520-521).

Pada halaman yang sama, Al-Kandahlawi menceritakan suatu hadis tentang sahabat Nabi yang bernama Abu Dujanah. Ketika Abu Dujanah sakit keras, sahabat yang lain berkunjung kepadanya.

Tetapi menakjubkan, walaupun wajahnya pucat pasi, Abu Dujanah tetap memancarkan cahayanya, bahkan pada akhir hayatnya. Kemudian sahabatnya bertanya kepadanya, “Apa yang menyebabkan wajah Anda bersinar?” Abu Dujanah menjawab, “Ada amal yang tidak pernah kutinggalkan dalam hidup ini. Pertama, aku tidak pernah berbicara tentang sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Kedua, aku selalu mengahadapi sesama kaum Muslim dengan hati yang bersih, yang oleh Al-Quran disebut qalbun salim”.

Al-Quran menyebut kata qalbun salim ini ketika Allah SWT. berfirman tentang suatu hari di hari kiamat, ketika tidak ada orang yang selamat dengan harta dan kekayaannya kecuali yang membawa hati yang bersih. Pada hari itu tidak ada manfaatnya di hadapan Allah SWT, harta dan anak-anak kecuali orang yang datang dengan hati yang bersih (QS 26:88-89).

Di dalam Islam, Rasulullah SAW yang mulia sejak awal dakwahnya mengajarkan kepada kaum Muslimin untuk memperlakukan kaum Muslimin yang lain sebagai saudara-saudaranya. Al-Quran mengatakan bahwa salah satu tanda orang yang beriman ialah menjalin persaudaraan dengan sesama kaum beriman lain. Al-Quran menggunakan kalimat yang disebut adat al-hasr, yaitu “innama” -artinya yang tidak sanggup memelihara persaudaraan itu tidak termasuk orang yang beriman.

Imam Al-Ghazali ketika menyebutkan ayat ini juga menegaskan bahwa orang yang beriman sajalah yang dapat memelihara persaudaraan dengan sesama kaum Muslim. Hanya yang beriman yang bisa menumbuhkan kasih sayang kepada kaum Muslim. Rasulullah SAW. menegaskan ayat ini dengan sabdanya : “Tidak beriman di antara kamu sebelum kamu mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.”

Rasulullah SAW yang mulia menyebutkan bahwa salah satu tanda orang yang beriman ialah mempunyai kecintaan yang tulus terhadap kaum Muslimin. Dan dalam riwayat yang lain, Rasulullah SAW. bersabda : “Agama adalah kecintaan yang tulus.”

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh As-Suyuthi dalam kitabnya, Ad-Durr Al-Mantsur. Ketika sampai pada ayat yang mengatakan bahwa Allah SWT menolak segolongan manusia dengan segolongan manusia yang lain, pada surah Al-Baqarah, As-Suyuthi meriwayatkan hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Setiap masa ada orang yang sangat dekat dengan Allah (yang oleh Rasulullah disebut ABDAL). Kalau salah seorang di antara mereka mati, maka Allah akan menggantikannya dengan orang lain. Begitulah orang itu selalu ada di tengah-tengah masyarakat.”

Rasulullah SAW mengatakan bahwa berkat kehadiran mereka Allah menyelamatkan suatu masyarakat dari bencana. Karena merekalah Allah SWT menurunkan hujan, karena merekalah Allah menumbuhkan tetanaman, dan karena merekalah Allah mengidupkan dan mematikan.

Hingga para sahabat waktu itu bertanya kepada Rasulullah, “Apa maksudnya karena merekalah Allah menghidupkan dan mematikan?”

Rasulullah SAW menjawab : “Kalau mereka berdoa agar Allah memanjangkan usia seseorang, maka Allah panjangkan usianya. Kalau mereka berdoa agar orang zalim itu binasa, maka Allah binasakan mereka”.

Kemudian Rasulullah bersabda : “Orang ini mencapai kedudukan yang tinggi bukan karena banyak shalatnya, bukan karena banyak puasanya, bukan pula karena banyaknya ibadah hajinya, tetapi karena dua hal : yaitu memiliki sifat kedermawanan dan kecintaan yang tulus kepada sesama kaum Muslimin.” Wallahualam bissawab

Sumber:http://www.spiritualsharing.net/read/detail/226/pengalaman-tiga-hari-bersama-penghuni-surga

---

Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

---

Meniru akhlaq Rasulullah terhadap keluarganya

Hadist : “Sebaik-baik di antara kamu adalah yang paling baik pada keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku”.

---

Dan sabda Nabi Muhammad, "Allah itu sayang kepada hamba-hambanya lebih dari sayang ibu kepada anaknya"

---

Ada 4 istilah anak yang disebutkan di dalam al Quran :

1. Anak sebagai qurrota a'yun :

QS Al Furqon : 74

Dan orang-orang yang berkata: Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.

---

2. Anak sebagai Dzurriyatun Thoyyibah :

Qs Ali Imran : 38

Di sanalah Zakariya mendoa kepada Rabbnya seraya berkata: Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.

---

3. Sebagai musuh

Qs At Tagabun : 14

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

---

4. sebagai fitnah

QS At Tagabun : 15

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.

---

Tips menahan amarah

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam juga pernah menasihatkan, “Apabila salah seorang dari kalian marah dalam kondisi berdiri maka hendaknya dia duduk. Kalau marahnya belum juga hilang maka hendaknya dia berbaring.” (HR. Ahmad, Shohih)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut