18 Januari 2016

Masjid Ash Shaff Emerald Bintaro 18 Januari 2016 Ustadzah Erika suryani dewi Kitab Riyadhus Shalihin Bab 14 Berlaku Sedang Dalam Beribadat

Event : Masjid Ash Shaff Emerald Bintaro
Tanggal : 18 Januari 2016
Pemateri : Ustadzah Erika suryani dewi
Tema : Kitab Riyadhus Shalihin Bab 14 Berlaku Sedang Dalam Beribadat

Sebaik-baik perkara adalah yang di tengah-tengah (HR. Baihaqi)
Sebaik-baik pekerjaan adalah yang pertengahan (HR. Ad-Dailami)

Perhatikan kapan kita boleh menjamak shalat, boleh mengqoshor shalat

Perhatikan dalilnya tarawih dan witir 11 rakaat, 23 rakaat :

Dari Ai’syah ra, "Sesungguhnya Nabi SAW tidak menambah di dalam bulan Ramadhan dan tidak pula mengurangkannya dari 11 rakaat. Beliau melakukan sholat 4 rakaat dan janganlah engkau tanya mengenai betapa baik dan panjangnya, kemudian beliau akan kembali sholat 4 rakaat dan jangan engkau tanyakan kembali mengenai betapa baik dan panjangnya, kemudian setelah itu beliau melakukan sholat 3 rakaat. Dan beliau berkata kepadanya (Ai’syah), "Dia melakukan sholat 4 rakaat, " tidak bertentangan dengan yang melakukan salam setiap 2 rakaat. Dan Nabi SAW bersabda, "Sholat di malam hari 2 rakaat 2 rakaat." Dan dia (Ai’syah), "Dia melakukan sholat 3 rakaat" atau ini mempunyai makna melakukan witir dengan 1 rakaat dan 2 rakaat. (HR Bukhari).

Sheikh al-Islam Ibn Taymiyah berpendapat, "Jika seseorang melakukan sholat tarawih sebagaimana mazhab Abu Hanifah, As-Syafi’i dan Ahmad yaitu 20 rakaat atau sebagaimana Mazhab Malik yaitu 36 rakaat, atau 13 rakaat, atau 11 rakaat, maka itu yang terbaik. Ini sebagaimana Imam Ahmad berkata, Karena tidak ada apa yang dinyatakan dengan jumlah, maka lebih atau kurangnya jumlah rakaat tergantung pada berapa panjang atau pendek qiamnya."(Silahkan periksa kitab Al-Ikhtiyaaraat halaman 64).

Demikian juga dengan Mufti Saudi Arabia di masa lalu, Al-‘allaamah Sheikh Abdulah bin Baaz ketika ditanya tentang jumlah rakaat tarawih, termasuk yang mendukung shalat tarawih 11 atau 13 rakaat, namun beliau tidak menyalahkan mereka yang meyakini bahwa yang dalilnya kuat adalah yang 20 rakaat.

Beliau rahimahullah berkata, "Sholat Tarawih 11 rakaat atau 13 rakaat, melakukan salam pada setiap 2 rakaat dan 1 rakaat witir adalah afdal, meniru cara Nabi SAW. Dan, siapa pula yang sholatnya 20 rakaat atau lebih maka juga tidak salah."

Dan di kedua masjid besar dunia, Masjid Al-Haram Makkah dan masjid An-Nabawi Madinah, sejak dahulu para ulama dan umat Islam di sana shalat tarawih 20 rakaat dan 3 rakaat witir. Dan itu berlangsung sampai hari ini, meski mufti negara punya pendapat yang berbeda. Namun mereka tetap harmonis tanpa ada saling caci.
http://www.eramuslim.com/shalat/sholat-tarawih-11-atau-23-rakaat.htm#.Vpzj53V97VM

Sesungguhnya Allah memiliki sifat Rahman dan Rahiim. Perbedaan antara Rahman dan Rahiim adalah bahwa sifat Rahman itu adalah kasih Allah pada semua manusia, tidak pandang ia beriman atau kafir. Namun Rahman Allah itu hanya sebatas di dunia saja. Selama di dunia, orang beriman maupun orang kafir semuanya mendapatkan rezeki, semuanya mendapatkan udara dan sinar matahari gratis. Sedangkan Rahiim adalah kasing sayang Allah hanya untuk orang beriman saja kelak di akhirat.
https://seteteshidayah.wordpress.com/2013/07/18/mengapa-orang-kafir-diberi-rezeki/

Para ulama sering membagi nafsu menjadi tujuh macam :
3 nafsu buruk (Amarah, Lawwamah, Mulhamah)
4 nafsu baik (Al-Mutmainnah, Radliyah, Al-Mardliyyah, Kamilah)

Peringatan agar kita tidak "lebai"

Celakalah orang orang yang berlebih lebihan, Celakalah orang orang yang berlebih lebihan, Celakalah orang orang yang berlebih lebihan (HR Muslim)

Hendaklah kalian beramal sekedar kemampuan kalian, Demi Allah, Allah tidaklah bosan sehingga kalian bosan (HR Bukhori)

Jauhilah berlebih lebihan, sesungguhnya yang membinasakan orang orang sebelum kalian adalah sikap berlebih lebihan (HR An Nasa'i)

Dengan adanya petunjuk di dalam Al Quran, justru memudahkan kita untuk melaksanakan amal ibadah
Qs Thaha : 2
Kami tidak menurunkan Al-Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah

Segala ujian, cobaan yang kita hadapi itu sesuai dengan kesanggupan kita
Qs Al Baqarah : 286
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya

Cara menjaga iman :
Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah. (HR Ibn Hibban)

Cara menjaga amalan :
Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit (HR Muslim)

Bagaimana jika kita mengalami kejenuhan/bosan ?
Sesungguhnya setiap amal itu mempunyai puncak semangat, dan setiap semangat memiliki titik jemu (lesu). Maka barangsiapa kelesuannya tetap dalam sunnahku berarti ia telah mendapat petunjuk (dari Allah) dan barangsiapa kelesuannya tidak dalam sunnahku berarti ia celaka. (HR. Ibnu Khuzaimah)

Jika melakukan tadabbur alam, pilihlah lokasi yang tidak mengandung maksiat

Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam memasuki rumahnya dan di sisi Aisyah itu ada seorang wanita. Beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bertanya: "Siapakah ini?" Aisyah menjawab: "Ini adalah si Anu." Aisyah menyebutkan perihal shalatnya wanita tadi - yang sangat luar biasa tekunnya. Beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda: "Jangan demikian, hendaklah engkau semua berbuat sesuai dengan kekuatanmu semua saja. Sebab demi Allah, Allah itu tidak bosan - memberi pahala - sehingga engkau semua bosan - melaksanakan amalan itu. Adalah cara melakukan agama yang paling dicintai oleh Allah itu ialah apa-apa yang dikekalkan melakukannya oleh orangnya itu - yakni tidak perlu banyak-banyak asalkan langsung terus." (Muttafaq 'alaih)

Mah adalah kata untuk melarang dan mencegah. Maknanya La yamallullahu, ialah Allah tidak bosan, maksudnya bahwa Allah tidak akan memutuskan pahalanya padamu semua atau balasan pada amalan-amalanmu itu ataupun memperlakukan engkau semua sebagai perlakuan orang yang sudah bosan. Hatta tamallu artinya sehingga engkau semua yang bosan lebih dulu, lalu amalan itu ditinggalkan. Oleh sebab itu sebaiknyanya engkau semua mengambil amalan itu sekuat tenagamu saja yang sekiranya akan tetap langsung dan kekal melakukannya agar supaya pahalanya serta keutamaannya tetap atas dirimu semua.

Dari Anas r.a., katanya: Ada tiga macam orang datang ke rumah isteri-isteri Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam menanyakan tentang hal bagaimana ibadahnya Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam. Kemudian setelah mereka diberitahu lalu seolah-olah mereka menganggap amat sedikit saja ibadah beliau. Shalallaahu 'Alayhi Wasallam itu. Mereka lalu berkata: "Ah, di manakah kita ini - maksudnya: Kita ini jauh perbedaannya kalau dibandingkan - dari Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam sedangkan beliau itu telah diampuni segala dosanya yang lampau dan yang kemudian." Seorang dari mereka itu berkata: "Adapun saya ini, maka saya bersembahyang semalam suntuk selama-lamanya." Yang lainnya berkata: "Adapun saya, maka saya berpuasa sepanjang tahun dan tidak pernah saya berbuka." Yang seorang lagi berkata: "Adapun saya, maka saya menjauhi para wanita, maka sayapun tidak akan kawin selama-lamanya." Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam kemudian mendatangi mereka lalu bersabda: "Engkau semuakah yang mengatakan demikian, demikian? Wahai, demi Allah, sesungguhnya saya ini adalah orang yang tertaqwa di antara engkau semua kepada Allah dan tertakut kepadaNya, tetapi saya juga berpuasa dan juga berbuka, sayapun bersembahyang tetapi juga tidur, juga saya suka kawin dengan para wanita. Maka barangsiapa yang enggan pada cara perjalananku, maka ia bukanlah termasuk dalam golonganku." (Muttafaq 'alaih)

Dari Anas r.a., katanya: "Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam masuk ke dalam masjid, tiba-tiba tampakdi situ ada seutas tali yang memanjang antara dua tiang. Dua tiang yang dimaksudkan di sini ialah dari beberapa tiang yang ada di masjid. Tujuan utama dalam Hadist. Beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bertanya: "Tali apakah ini?" Orang-orang menjawab: "Ini adalah kepunyaan Zainab, jikalau ia sudah malas - lelah bersembahyang, ia menggantung di situ." Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam lalu bersabda: "Lepaskan sajalah. Baiklah seseorang itu melakukan shalat di waktu ia sedang bersemangat, maka jikalau ia telah merasa malas, baiklah ia tidur saja." (Muttafaq 'alaih)

Ini ialah anjuran yang penting sekali untuk diperhatikan, yakni hendaknya kita melaksanakan agama Islam ini jangan melampaui batas, khususnya dalam peribadatan, seperti shalat, puasa dan lain-lain yang termasuk sunnah hukumnya. Jadi kita dilarang terlalu berlebihan dalam beribadah dan mengakibatkan merugikan diri sendiri, sehingga membuat kita lelah dan akhirnya malas. Juga terdapat suatu anjuran lain, yakni hendaklah dalam mengerjakannya itu dengan penuh semangat dan bukan seenaknya saja.

Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda: "Jikalau seseorang dari engkau semua mengantuk dan ia sedang bersembahyang, maka baiklah ia tidur dulu, sehingga hilanglah kantuk tidurnya. Sebab sesungguhnya seseorang dari engkau semua itu jikalau bersembahyang sedang ia mengantuk, maka ia tidak tahu, barangkali ia memulai memohonkan pengampunan - kepada Allah, tetapi ia lalu mencaci maki dirinya sendiri." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Abdillah, yaitu Jabir bin Samurah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya pernah bersembahyang dengan Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam beberapa shalatan, maka keadaan shalat beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam itu adalah sedang dan khutbahnyapun sedang pula." (HR. Muslim)

Ucapan qashdan maksudnya antara panjang dan pendek, yakni sederhana.

Dari Abu Juhaifah yaitu Wahab bin Abdullah r.a., katanya: "Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam mempersaudarakan antara Salman dan Abuddarda' - maksudnya keduanya disuruh berjanji untuk berlaku sebagai saudara." Salman pada suatu ketika berziarah ke Abuddarda', ia melihat Ummud Darda' - isteri Abuddarda' - mengenakan pakaian yang serba kusut - yakni tidak berhias samasekali, Salman bertanya padanya: "Mengapa saudari berkeadaan sedemikian ini?" Wanita itu menjawab: "Saudaramu yaitu Abuddarda' itu sudah tidak ada hajatnya lagi pada keduniaan - maksudnya: Sudah meninggalkan keduniaan, baik terhadap wanita atau lain-lain." Dalam riwayat Addaraquthni lafaz Fiddunyaa, diganti dengan lafaz Fi nisaid dunyaa, artinya tidak ada hajatnya lagi pada kaum wanita di dunia ini. Sementara itu dalam riwayat Ibnu Khuzaimah ditambah pula dengan kata-kata Yashuumun nahaar wa yaquumullail, artinya: Ia berpuasa pada siang harinya dan terus bersembah - yang pada malam harinya." Abuddarda' lalu datang, kemudian ia membuatkan makanan untuk Salman. Setelah selesai Abuddarda' berkata kepada Salman: "Makanlah, karena saya berpuasa." Salman menjawab: "Saya tidak akan suka makan, sehingga engkaupun suka pula makan." Abuddarda' lalu makan. Setelah malam tiba, Abuddarda' mulai bangun. Salman berkata kepadanya: "Tidurlah!" Ia tidur lagi. Tidak lama kemudian bangun lagi dan Salman berkata pula: "Tidurlah!" Kemudian setelah tiba Akhir malam, Salman lalu berkata pada Abuddarda': "Bangunlah sekarang!" Keduanya terus bersembahyang. Selanjutnya Salman lalu berkata: "Sesungguhnya untuk Tuhanmu itu ada hak atas dirimu, untuk dirimu sendiri juga ada hak atasmu, untuk keluargamupun ada hak atasmu. Maka berikanlah kepada setiap yang berhak itu akan haknya masing-masing." Abuddarda' - paginya - mendatangi Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam kemudian menyebutkan peristiwa semalam itu, lalu Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda: "Salman benar ucapannya." (HR. Bukhari)

Keterangan:
Dengan berdasarkan Hadis di atas, maka syariat Agama Islam memerintahkan kepada kaum Musiimin agar antara seorang dengan yang lainnya bersikap sebagaimana orang-orang yang bersaudara dan semata-mata bukan karena ini atau itu, tetapi hanya untuk mengharapkan keridhaan Tuhan, juga memerintahkan agar saling kunjung-mengunjungi karena Allah, demikian pula bermalam di rumah saudara seagamanya karena Allah pula.

Di samping itu syariat membolehkan seseorang lelaki bercakap-cakap dengan wanita lain yang bukan mahramnya yakni ajnabiyah, bilamana betul-betul ada keperluan yang penting untuk berbuat sedemikian itu. Selain itu dalam Hadis itu pula terdapat anjuran yang sungguh-sungguh agar antara seorang muslim dengan muslim lainnya, hendaknya gemar nasihat-menasihati dengan cara yang baik, mengingatkan siapa yang lupa dan lalai melaksanakan perintah Allah dan ada pula anjuran untuk gemar mengerjakan shalat malam (shalatuilail) dan lain-lain lagi.

Dari Abu Muhammad, yaitu Abdullah bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam diberitahu bahwa saya berkata: Demi Allah, niscayalah saya akan berpuasa pada pagi hari dan berdiri bersembahyang di waktu malam - maksudnya setiap hari, siangnya berpuasa dan malamnya bersembahyang sunnah, selama hidupku. Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam lalu bersabda: "Apakah engkau yang berkata sedemikian itu?" Saya menjawab kepadanya: "Sungguh saya berkata demikian itu, bi-abi anta wa ummi, ya Rasulullah." Beliau bersabda: "Sesungguhnya engkau tidak kuat melaksanakan itu, maka dari itu berpuasalah, berbukalah, tidurlah dan juga berdirilah - bersembahyang malam. Dalam sebulan itu berpuasalah tiga hari, sebab sesungguhnya kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Jadi tiga hari sebulan itu sama dengan berpuasa setahun penuh." Saya berkata: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda: "Kalau begitu berpuasalah sehari dan berbukalah dua hari." Saya berkata lagi: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda:
"Kalau begitu berpuasalah sehari dan berbukalah sehari pula. Yang sedemikian itu adalah puasanya Nabi Dawud a.s. dan inilah sesedang-sedangnya berpuasa." Dalam riwayat lain disebutkan: "Yang sedemikian itu adalah seutama-utamanya berpuasa." Saya berkata pula: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam lalu bersabda: "Tidak ada yang lebih utama daripada puasa - seperti Nabi Dawud a.s. itu."

Sebenarnya andaikata saya menerima saja tiga hari yang disabdakan oleh Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam - pertama kali - itu adalah lebih kucintai daripada seluruh keluarga dan hartaku."

Dalam riwayat lain disebutkan demikian: Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda: "Bukankah saya telah diberitahu bahwasanya engkau berpuasa pada siang hari dan bersembahyang sunnah setiap malamnya?" Saya menjawab: "Benar, ya Rasulullah." Beliau lalu bersabda: "Jangan mengerjakan seperti itu. Berpuasalah dan berbukalah, tidurlah dan bangunlah, karena sesungguhnya untuk tubuhmu itu ada hak atas dirimu, kedua matamu pun ada haknya atas dirimu, isterimu juga ada hak atasmu, untuk tamumu pun ada hak atasmu. Sebenamya sudah cukuplah jikalau untuk setiap bulan itu engkau berpuasa sebanyak tiga hari saja, sebab sesungguhnya setiap kebaikan itu diberi pahala dengan sepuluh kali lipatnya. Jadi berpuasa tiga hari setiap bulan itu sama halnya dengan berpuasa setahun penuh." Saya - maksudnya Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash - mengeras-ngeraskan sendiri lalu diperkeraskanlah atas diriku. Saya berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya masih mempunyai kekuatan untuk lebih dari itu." Beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam lalu bersabda: "Kalau begitu berpuasalah seperti puasanya Nabiullah Dawud dan jangan engkau tambahkan lagi dari itu - yakni sehari berpuasa dan sehari berbuka." Saya bertanya: "Bagaimanakah berpuasanya Dawud a.s.?" Beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda: "Ia berpuasa setengah tahun." Abdullah, setelah tuanya berkata: "Alangkah baiknya jikalau dahulu saya terima saja keringanan yang diberikan oleh Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam." Dalam riwayat lain lagi disebutkan: Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda: "Bukankah saya telah diberitahu bahwasanya engkau berpuasa setahun penuh dan mengkhatamkan bacaan Al-Quran sekali setiap malam?" Saya menjawab: "Benar demikian ya Rasulullah dan saya tidak menghendaki dengan amalan yang sedemikian itu melainkan mengharapkan kebaikan belaka." Beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam lalu bersabda: "Berpuasalah seperti puasanya Nabiullah Dawud a.s., sebab sesungguhnya ia adalah setaat-taat manusia perihal ibadatnya. Selain itu khatamkanlah bacaan Al-Quran itu sekali dalam setiap bulan." Saya berkata: "Ya Nabiullah, saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda: "Kalau begitu khatamkanlah itu sekali setiap dua puluh hari." Saya berkata: "Ya Nabiullah, sebenarnya saya masih kuat yang lebih utama dari itu." Beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda: "Kalau begitu khatamkanlah itu sekali dalam setiap sepuluh hari." Saya berkata: "Ya Nabiullah, saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda: "Kalau begitu, khatamkan sajalah al-Quran itu sekali dalam seminggu dan jangan ditambah lagi - beratnya amalan tadi - lebih dari itu."
Jadi saya memperberatkan diri sendiri lalu diperberatkanlah amalan itu atas diriku.

Nabi pada saat itu bersabda: "Sesungguhnya engkau tidak tahu, barangkali engkau akan diberi usia yang panjang." Maka jadilah saya sampai pada usia tua sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam Setelah saya berusia tua, saya ingin sekali kalau dahulunya saya menerima saja keringanan yang diberikan oleh Nabiullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam.
Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya untuk anakmu pun ada hak atas dirimu."

Juga dalam riwayat lain disebutkan: "Tidak dibenarkanlah seseorang yang berpuasa terus sepanjang tahun." Ini disabdakan oleh beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam sampai tiga kali.

Selain itu dalam riwayat lain disebutkan demikian: "Puasa yang amat tercinta di sisi Allah adalah puasanya Nabi Dawud, sedang shalat yang amat tercinta di sisi Allah juga shalatnya Nabi Dawud. Ia tidur separuh malam, lalu bangun - untuk bersembahyang malam - sepertiga malam, kemudian tidur lagi seperenam malam. Ia berpuasa sehari dan berbuka sehari. Ia tidak akan lari jikalau menemui - berhadapan dengan musuhnya.

Ada pula riwayat lain yang menyebutkan demikian: "Ia berkata: Ayahku mengawinkan saya dengan seorang wanita yang memiliki keturunan baik. Ayah membuat janji dengan menantunya - wanita itu - yakni isteri anaknya, untuk menanyakan pada wanita perihal keadaan suaminya. Setelah ditanya, isterinya itu berkata: Sebaik-baik lelaki ialah suamiku itu, ia tidak pernah menginjak hamparan kita dan tidak pernah memeriksa tabir kita - maksudnya tidak pernah berkumpul untuk menyetubuhi isterinya - sejak kita datang padanya."

Setelah peristiwa itu berjalan lama, maka ayahnya memberitahukan hal tersebut kepada Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam, lalu beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda kepada ayahnya: "Pertemukanlah saya dengan lelaki itu." Saya menemui Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam sesudah diadukan oleh ayahku itu, Beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bertanya: "Bagaimanakah caranya engkau berpuasa?" Saya menjawab: "Saya berpuasa tiap hari." Beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bertanya: "Bagaimanakah caranya engkau mengkhatamkan Al-Quran?" Saya menjawab: "Setiap malam saya khatamkan sekali." Seterusnya orang itu menyebutkan sebagaimana ceritera yang sebelumnya. Ia menghabiskan sebagian bacaan al-Quran itu atas isterinya sebanyak sepertujuh bagian, yang dibacanya itu dirampungkannya di waktu siang agar lebih ringan untuk apa yang akan dibacanya di waktu malamnya.

Jikalau ia hendak memperkuatkan dirinya, ia berbuka selama beberapa hari dan dihitunglah jumlah hari berbukanya itu kemudian berpuasa sebanyak hari di atas itu pula. Sebabnya ia melakukan demikian, karena ia tidak senang kalau meninggalkan sesuatu sejak ia berpisah dengan Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam.

Semua riwayat di atas adalah shahih, sebagian besar dari shahih Bukhari dan shahih Muslim dan hanya sedikit saja yang tertera dalam salah satu kedua kitab shahih itu - yakni Bukhari dan Muslim saja.

Dari Abu Rib'i yaitu Hanzhalah bin Arrabi' al-Usayyidi al-Katib, salah seorang diantara jurutulisnya Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam, katanya: "Abu Bakar bertemu denganku, lalu ia berkata: Bagaimanakah keadaanmu hai Hanzhalah." Saya menjawab: "Hanzhalah takut pada dirinya sendiri kalau sampai menjadi seorang munafik." Abu Bakar berkata lagi: "Subhanallah - sebagai tanda keheranan, apakah yang kau ucapkan itu?" Saya menjawab: "Semula kita berada di sisi Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam. Beliau mengingat-ingatkan kepada kita perihal syurga dan neraka, seolah-olah keduanya itu benar-benar dapat dilihat-tampak di mata.

Tetapi setelah kita keluar dari sisi Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam, kita masih juga bermain-main dengan isteri-isteri, anak-anak dan mengurus berbagai harta - untuk kehidupan kita di dunia ini, sehingga dengan demikian, banyak yang kita lupakan - tentang hal syurga dan neraka tadi."

Abu Bakar lalu berkata: "Demi Allah, sesungguhnya kami sendiripun pernah mengalami seperti yang kau alami itu." Selanjutnya saya dan Abu Bakar berangkat bersama sampai masuk ke tempat Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam lalu saya berkata: "Hanzhalah takut pada dirinya sendiri kalau sampai menjadi seorang munafik, ya Rasulullah." Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam lalu bertanya: "Mengapa demikian?" Saya menjawab: "Ya Rasulullah kita semula ada di sisi Tuan dan Tuan mengingat-ingatkan kepada kita perihal neraka dan syurga seolah-olah keduanya itu dapat dilihat oleh mata. Tetapi setelah kita keluar dari sisi Tuan, kitapun masih juga bermain-main dengan isteri-isteri, anak-anak serta mengurus pula berbagai harta, sehingga karena itu, banyak yang kita lupakan tentang keduanya tadi." Setelah itu Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada didalam genggaman kekuasaanNya, jikalau engkau semua tetap sebagaimana hal keadaanmu di sisiku dan juga senantiasa berzikir - ingat kepada Allah, niscayalah malaikat-malaikat itu menjabat tanganmu semua, baik ketika engkau ada di hamparanmu - sedang tidur, juga ketika ada di jalananmu - sedang berjalan-jalan. Tetapi, hai Hanzhalah, sesaat dan sesaat - maksudnya sesaat untuk melakukan peribadatan kepada Allah dan sesaat lagi untuk mengurus segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia dalam kehidupannya, mencari sandang pangan dan lain-lain." Ini disabdakan beliau Shalallaahu 'Alayhi Wasallam tiga kali. (HR. Muslim)

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Pada suatu ketika Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam berkhutbah, tiba-tiba ada seorang lelaki yang berdiri lalu beliau bertanya kepadanya - tentang nama dan perlunya berdiri. "Orang-orang - para sahabat - sama berkata: "Dia adalah Abu Israil bernazar hendak berdiri di terik matahari, tidak akan duduk-duduk, tidak akan bernaung, tidak akan berbicara dan tetap akan berpuasa." Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam lalu bersabda: "Perintahkan padanya, supaya ia suka berbicara, bernaung, duduk-duduk dan juga supaya ia meneruskan puasanya." (HR. Bukhari)
http://kx2babrsin.blogspot.co.id/2014/12/bab-14-berlaku-sedang-dalam-beribadat.html

Ketika seseorang minta nasehat, Nabi menjawab “Jangan marah” berulangkali : Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa ada seseorang berkata : Wahai Rasulullah, berilah aku nasehat. Beliau bersabda: “Jangan marah.” Lalu orang itu mengulangi beberapa kali, dan beliau bersabda: “Jangan marah.” HR Bukhari

Dari Ibnu Mas`ud berkata : “Aku bertanya kepada Rasulullah : “Apakah amalan yg paling afdhal?”, beliau bersabda : “Shalat pada waktunya”, aku berkata kembali : “Kemudian apa?”, beliau bersabda: “Berbakti kepada kedua orang tua”, kemudian apa?”, beliau bersabda : “Berjihad fi sabilillah”. Ibnu Mas’ud berkata : Rasulullah telah menyampaikannya kepadaku secara langsung, jikalau aku meminta tambahan nasehat lagi niscaya beliau menambahnya. (Muttafaq ’alaih)

Adab bergaul di dalam islam :
Hendaklah kalian mudahkan dan jangan persulit, beri kabar gembira dan jangan membuat orang lari, saling patuhlah kalian berdua dan jangan saling bersengketa. (HR Muslim)

Keistimewaan yang didapat jika melakukan amal ibadah secara istiqomah
Jika seorang hamba sakit atau sedang safar (bepergian), maka dicatat untuknya ‘amal perbuatan yang biasa ia kerjakan seperti di waktu ia sehat dan tidak sedang bepergian (HR Bukhori)

Adab makan malam di dalam islam :
Apabila makan malam telah terhidang sedangkan sholat telah diikomatkan, maka dahulukanlah makan malam tersebut (HR Bukhori)

Allah membalas pahala kebaikan yang dilakukan hambaNya dengan yang jauh lebih baik :
Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau meriwayatkan dari Tuhannya, Tabaaraka wa ta’aala. Firman-Nya : “Sesungguhnya Allah telah menetapkan nilai kebaikan dan kejahatan, kemudian Dia menjelaskannya. Maka barangsiapa berniat mengerjakan kebaikan tetapi tidak dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat untuk berbuat kebaikan lalu ia mengerjakannya, Allah mencatatnya sebagai 10 sampai 700 kali kebaikan atau lebih banyak lagi. Jika ia berniat melakukan kejahatan, tetapi ia tidak mengerjakannya, Allah mencatatkan padanya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kejahatan lalu dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan” (HR Bukhori)

Setiap manusia memiliki sifat baik dan buruk, tidak ada yang sempurna perilakunya
Qs Asy Syams : 8
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan

Orang yang melalaikan ayat ayat Allah, dia lebih buruk daripada hewan
Qs Al A'raf : 179
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”

Bagaimana cara meredam amarah ?
Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan terbuat dari api. Dan api itu hanya bisa dipadamkan oleh air. Oleh karena itu, jika seorang di antara kamu marah maka berwudhulah (HR Abu dawud)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut