16 Januari 2011

Kuliah Ahad Dhuha Masjid Raya Bani Umar Tanggal 16 Januari 2011

Event : Kuliah Ahad Dhuha Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 16 Januari 2011
Pembicara : Prof Dr KH Ali Mustafa Yacub, MA
Tema: Kitab Riyadussholihin Bab Ikhlas

Riyadhus Shalihin adalah nama salah satu kitab kumpulan hadits Nabi Muhammad SAW yang berarti taman orang-orang shalih.

Kitab ini disusun oleh al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyqi, atau lebih dikenal dengan sebutan Imam Nawawi.
Pada kitab ini hadits-hadits Rasulullah dikelompokkan ke dalam bab-bab berdasarkan tema utama, misalnya salat, zakat, jihad, doa, Qur'an, dan sebagainya.

Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyqi atau lebih dikenal sebagai Imam Nawawi, adalah salah seorang ulama besar mazhab Syafi'i. Ia lahir di desa Nawa, dekat kota Damaskus, pada tahun 1233 dan wafat pada tahun 1278. Kedua tempat tersebut kemudian menjadi nisbat nama beliau, an-Nawawi ad-Dimasyqi. Ia adalah seorang pemikir muslim di bidang fiqih dan hadits.

Sang Imam belajar pada guru-guru yang amat terkenal seperti Abdul Aziz bin Muhammad Al-Ashari, Zainuddin bin Abdud Daim, Imaduddin bin Abdul Karim Al-Harastani, Zainuddin Abul Baqa, Khalid bin Yusuf Al-Maqdisi An-Nabalusi dan Jamaluddin Ibn Ash-Shairafi, Taqiyuddin bin Abul Yusri, Syamsuddin bin Abu Umar. Dia belajar fiqih hadits (pemahaman hadits) pada asy-Syaikh al-Muhaqqiq Abu Ishaq Ibrahim bin Isa Al-Muradi Al-Andalusi. Kemudian belajar fiqh pada Al-Kamal Ishaq bin Ahmad bin usman Al-Maghribi Al-Maqdisi, Syamsuddin Abdurrahman bin Nuh dan Izzuddin Al-Arbili serta guru-guru lainnya.

IKhlas secara bahasa artinya memurnikan, tidak tercampur dengan apa apa, membersihkan sesuatu agar tidak tercampur apa apa

Ikhlas merupakan lawan dari syirik

Secara istilah, ikhlas terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Ikhlas dalam akidah

Qs Al Ikhlas : 1-4

Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa.

Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan.

Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan,

dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.

---

Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri Ra dia berkata bahwa Nabi bersabda kepada para sahabatnya : " Apakah asa seorang diantara kalian yang mampu membaca sepertiga al Quran dalam satu malam ?" Maka para sahabat merasa keberatan sehingga mereka bertanya : ?" Siapakah yang mampu melakukan itu, wahai Rasulullah ? Rasulullah menjawab: " Qul huwallahu ahad, Allahus samad ... (Qs Al Ikhlas:1-4) Itulah sepertiga Al Quran: - HR Bukhori

2. Ikhlas dalam beribadah : Tidak beribadah kecuali menjalankan perintah Allah, dimotivasi Allah, ingin mendapatkan ridho Allah

Qs Al Kafirun : 1-2

Katakanlah: Hai orang-orang kafir!

aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah

---

Tidak ada toleransi dalam hal keimanan dan peribadatan

Apabila kita tidak mengikuti tata cara ibadah Allah itu artinya kita musyrik

Qs Asy Syura : 21

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.

---

Cara menentukan kiblat :

Qs Al Baqarah : 144

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Rabb-nya; dan Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.

Qs Al Baqarah : 149

Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram; Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang haq dari Rabb-mu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah atas apa yang kamu kerjakan.

Ali Qurtubi berkata : " Ibnu Juraij meriwayatkan dari Atha dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda " Baitullah adalah kiblat bagi orang yang ada di dalam Masjidil Haram. Masjidil haram adalah kiblat bagi penduduk tanah haram dan tanah haram adalah kiblat bagi seluruh penduduk bumi dari umatku - HR Baihaqi dan Dailami

Ibnu Katsir berkata : " Allah memerintakan untuk menghadap Ka'bah dari segenap penjuru bumi

---

1. Apabila kita bisa melihat ka'bah : maka kita langsung melihat langsung ke bangunan ka'bah tersebut

Para ulama sepakat bahwa siapa saja yang melihat ka’bah secara langsung, wajib baginya menghadap persis ke Ka’bah dan tidak boleh dia berijtihad untuk menghadap ke arah lain. Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang langsung melihat ka’bah, wajib baginya menghadap persi ke arah ka’bah. Kami tidak mengetahui adanya perselisihan ulama mengenai hal ini. Ibnu ‘Aqil mengatakan,”Jika melenceng sebagian dari yang namanya Ka’bah, shalatnya tidak sah”

2. Apabila kita tidak bisa melihat ka'bah :

namun jika kita berada jauh dari Ka’bah, maka kita cukup menghadap ke arahnya saja, seperti di negeri kita cukup menghadap ke arah barat yaitu arah antara utara dan selatan.

Sekarang masalahnya, apakah boleh kita –yang berada di Indonesia- menghadap ke barat lalu bergeser sedikit ke arah utara? Jawabannya, selama itu tidak menyusahkan diri, maka itu tidak mengapa. Karena arah tadi juga arah kiblat. Bahkan kami katakan agar terlepas dari perselisihan ulama, cara tersebut mungkin lebih baik selama kita mampu melakukannya dan tidak menyusah-nyusahkan diri.

Namun jika merasa kesulitan mengubah posisi kiblat, karena masjid agak terlalu jauh untuk dimiringkan dan sangat sulit bahkan kondisi masjid malah menjadi sempit, selama itu masih antara arah utara dan selatan, maka posisi kiblat tersebut dianggap sah. Akan tetapi, jika mungkin kita mampu mengubah arah kiblat seperti pada masjid yang baru dibangun atau untuk tempat shalat kita di rumah, selama itu tidak ada kesulitan, maka lebih utama kita merubahnya.

Jika ada yang mengatakan, “Kami tetap ngotot, untuk meluruskan arah kiblat walaupun dengan penuh kesulitan.” Maka cukup kami kemukakan perkataan Ash Shon’ani, “Ada yang mengatakan bahwa kami akan pas-pasin arah kiblat persis ke ka’bah. Maka kami katakan bahwa hal ini terlalu menyusahkan diri dan seperti ini tidak ada dalil yang menuntunkannya bahkan hal ini tidak pernah dilakukan oleh para sahabat padahal mereka adalah sebaik-baik generasi umat ini. Jadi yang benar, kita cukup menghadap arahnya saja, walau kita berada di daerah Mekkah dan sekitarnya (yaitu selama kita tidak melihat Ka’bah secara langsung

---

Kautamaan shalat tahajud :

Qs Al Isra : 78-79

Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh865. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.

---

Keutamaan shalat isya dan subuh berjamaah :

Barang siapa melakukan sholat Isya berjama'ah pahalanya sama dengan orang yang melaksanakan sholat separuh malam, sedangkan orang yang melaksanakan sholat Isya dan Shubuh berjamaah pahalanya sama dengan melaksanakan sholat sepanjang malam - Hadist Shohih

Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak” [HR Al-Bukhari dan Muslim]

---

ILAH” berasal dari akar kata “aliha – Ya’luhu – Ilaahan”, artinya kecenderungan terhadap sesuatu. “ILAH” secara semantiq (bahasa) dapat berarti kecenderungan dan kerinduan seseorang kepada sesuatu yang ia cintai, dengan suatu harapan mendapat pertolongan dan perlindungan darinya dengan melakukan pengabdian untuknya”.

Ibnu taimiyyah berkata: “AL_ILAH” artinya adalah “Al-Ma’bud”(yang di Ibadahi) Al-Muthoi (yang ditaati). Karena sesungghnya Al-Illah itu Ma’luh (yang dianggap Tuhan) dan Ma’luh itu yang berhaq di Ibadahi. Dia harus bersifat dengan sifat-sifat yang semestinya, yaitu dicintai dengan puncak kecintaan dan di taati dengan puncak ketaatan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut