09 Juli 2014

Shalat Tarawih 11 Masjid Raya Bani Umar 8 Juli 2014 Drs Kholisuddin Yusa, MA Golongan Orang Orang yang berpuasa

Event : Shalat Tarawih 11 Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 8 Juli 2014
Pemateri : Drs Kholisuddin Yusa, MA
Tema : Golongan Orang Orang yang berpuasa

Puasa kita semoga bisa menambah nilai : Lahir, Batin

Puasa menjadi cermin taqwa, Jadi Taqwa itu yang seperti apa ?

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Kamu sekalian, satu sama lain Janganlah saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling menjauhi dan janganlah membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, mendustainya dan menghinakannya. Taqwa itu ada di sini (seraya menunjuk dada beliau tiga kali). Seseorang telah dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram darahnya bagi muslim yang lain, demikian juga harta dan kehormatannya”. (HR Muslim)

---

Taqwa secara Syariat : Taqwa adalah menjalankan perintah Allah Azza wa Jalla, dan menjauhi laranganNya

Yuk berusaha meniru Rasulullah yang memiliki akhlaq mulia, Nabi Muhammad merupakan sosok nabi yang istimewa. Beliau begitu dicintai oleh para “penduduk” langit, yaitu Allâh dan para malaikat-Nya

---

Tingkatan puasa :
1. Syariat : Kadar puasa dengan tidak makan, minum, berhubungan badan
2. Tariqoh : Kadar puasa sebagai jalan untuk sampai kepada Allah, ibadah baik dzohir dan batin

Rasulullah SAW bersabda: “Surga akan merindukan 4 golongan, yakni orang yang gemar membaca Al-Qur’an, orang yang pandai menjaga ucapannya, orang yang mau memberikan kepada mereka yang sedang lapar, dan orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan”.

---

Keutamaan bersalaman

Dari al-Barra’ bin ‘Azib, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Dua orang muslim bertemu, bersalaman, maka Allah mengampuni mereka berdua sebelum keduanya berpisah”. (HR. at-Tirmidzi).

---

3. Puasa hakikat : puasa total

---

Kupu-kupu adalah hewan yang sangat indah dan menarik. Sayapnya yang berwarna-warni dengan motif yang sangat rapi serta kelincahannya terbang dari satu bunga ke bunga yang lain, menjadi daya tarik bagi setiap orang untuk mengagumi makhluk ini.

Kupu-kupu tak hadir begitu saja ke muka bumi, tapi melalui proses metaformosis dari binatang yang bernama ulat. Menyebut namanya, mungkin ada sebagian orang yang jijik, geli, takut, penyebab kulit gatal, perusak tanaman, dan sebagainya. Ia begitu identik dengan sifat yang tidak baik. Hampir tak ada orang yang mau menyentuhnya.

Namun, ketika seekor ulat berubah menjadi kupu-kupu yang cantik dan indah, semua orang pun berusaha memilikinya dan bahkan mengaguminya. Mereka tak merasa takut dengan seekor kupu-kupu yang sesungguhnya berasal dari ulat. Itulah kupu-kupu. Hewan yang indah dan menarik. Makanannya pun bahan pilihan, dan selalu membantu proses penyerbukan tanaman.

Untuk menjadi kupu-kupu, ulat terlebih dahulu menjadi kepompong. Itulah sebuah metamorfosis, yang dalam bahasa manusianya sedang menjalani puasa, menjauhkan dari dari makan dan minum, menutup dirinya dari hiruk pikuk kehidupan dunia. Ia begitu mirip dengan cara kita beriktikaf, yaitu merenung diri dan melakukan pertobatan, sehingga keluar menjadi kupu-kupu yang indah, disayang semua orang dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

Itulah barangkali gambaran puasa Ramadhan yang diharapkan oleh Allah SWT terhadap orang-orang yang beriman. Kita, umat manusia yang banyak berbuat salah dandosa, hendaknya biasa belajar dari ulat dan mengubah diri menjadi manusia yang bertakwa dan disayang Allah SWT.

Tipe manusia yang disayang Allah itu adalah; pertama, orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati (tidak sombong) dan apabila orang jahil menyapa, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (QS Al-Furqan [25]: 63).

Demikianlah gambaran orang mukmin yang berpuasa, senantiasa menyebarkan kelembutan dan keindahan, serta tidak suka berbuat keonaran dan kerusakan, di manapun dia berada. Sebagaimana sifat kupu-kupu yang hinggap di sebuah dahan yang tak akan pernah ada yang patah sekecil apa pun dahan yang dihinggapinya.

Kedua, mereka yang senantiasa mendirikan shalat lima waktu dan shalat tahajjud di malam hari sebagai wujud syukur kepada Allah (Al-Furqan [25]: 64, 73). Seperti kupu-kupu, di manapun seorang mukmin berada, dia akan selalu melaksanakan perintah Allah, menebarkan kasih sayang, dan menolong orang lain. Sebab, ia menyadari bahwa sesungguhnya dirinya hanyalah seorang hamba yang juga tidak memiliki kemampuan apa-apa tanpa anugerah dari Allah SWT.

Ketiga, orang yang berhasil dalam pusanya, ia akan memilih makanannya dari yang halal dan yang baik-baik saja, layaknya kupu-kupu yang hanya memilih sari madu bunga sebagai makanannya. Orang yang berpuasa dan mukmin sejati, akan senantiasa menjauhkan diri dari yang haram, seperti korupsi, mencuri, menipu, dan lainnya. (QS Al-Baqarah [2]: 168).

http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/08/25/131749-belajar-dari-puasanya-kupu-kupu

---

Kisah Khalifah Umar RA Dimarahi Sang Istri

Percikan Iman Alkisah suatu hari seorang seorang sahabat mendatangi bertengkar dengan Istrinya, dia merasa gundah akan keadaan dirinya, dan berniat mendatangi Khalifah Umar Bin Khatab untuk mengadukan permasalahannya, dengan gontai dia berjalan menuju rumah khalifah Umar, setiba di rumah Khalifah Umar langkahnya terhenti, di depan pintu dia mendengar Khalifah umar sedang di “omeli” habis-habisan oleh seorang wanita, yang kemudian dia kenali adalah Istri Khalifah Umar, dan karena pintu rumah Khalifah sedikit terbuka, dia melihat Khalifah sangat menyedihkan, tak melawan hanya diam saja, seketika itu niatnya untuk mengadu pada Khalifah Umar terhenti. Dan saat dia berbalik arah hendak
pulang, sebuah panggilan dari dalam rumah menghentikan langkahnya.

“Wahai, Fulan bin Fulan, ada apa gerangan dirimu” Kata Khalifah.

“Tidak Khalifah, saya lihat anda sedang sibuk, lebih baik saya tunda saja kunjungan saya” kata si Fulan

Seketika Khalifah berdiri membuka pintu, dan menarik tangan orang tersebut masuk, kata Khalifah

“Aku sudah berjanji menjadi Khalifah dan siap menerima pengaduan dari rakyatku kapanpun, ayo masuklah” kata sang Khalifah ramah.

Dengan canggung laki-laki itu memasuki bertipe RTSS (Rumah Teramat Sangat Sederhana) milik khalifah Umar Bin Khatab. Kemudian duduklah dia di depan Khalifah Umar, setelah menikmati hidangan sekedarnya, Khalifah Umar mulai bertanya kepadaNya…

“Ada apa gerangan yang membuatmu kemari wahai Fulan, katakan padaku, permasalahan apa yang engkau hadapi” kata Khalifah Umar

Seketika itu wajah si Fulan berubah merah, dia malu, atas masalah yang hendak dia adukan.

Khalifah yang melihat gelagat ini terdiam dan menunggu dengan sabar, kemudian menepuk-nepuk bahu si fulan, setelah itu, menanyakan kembali pertanyaan yang sama.

Hingga tiga kali barulah si Fulan menjawab dengan canggung.

“Khalifah Umar masalahku tak sebesar apa yang kau hadapi, aku melihatmu tadi di omeli Istrimu sedemikian rupa dan engkau hanya diam saja, tak marah, ataupun menegurmya, bagaimana engkau mampu berbuat demikian? “

Khalifah tersenyum sejenak kemudian, dia melihat ke arah si Fulan,mengajaknya berputar melihat sekeliling rumahnya, kemudian mengajak si Fulan duduk kembali.

Kata Khalifah kemudian, “Kamu lihat rumahku teramat sangat sederhana, jangankan pembantu, untuk kebutuhan sehari-hari saja kadang aku tak mampu memberikannya pada Istriku, dan aku sama sekali tidak bisa membantu meringankan pekerjaannya karena kesibukanku sebagai Khalifah.
Tahukah kamu seberapa berat beban yang harus dia tanggung, setelah dia membersihkan seisi rumah sendiri, memasak untuk diriku, merawat danmendidik anak-anakku.

Semua dia lakukan sendiri karena saya tidak bisa membayar pembantu untuk meringankan bebannya, padahal semua itu adalah tugas saya. Memuliakan seorang istri di dalam rumahnya adalah tugas suami. Tapi saya terlalu miskin menggaji pembantu sehingga dia harus mengerjakan semua sendiri. Untuk itu hanya sekedar di omeli saja kenapa saya harus marah, demi melihat pengorbanannya kepada keluarga.

Dari cerita keluarga Umar, betapa seharusnya seorang perempuan di muliakan oleh suaminya, seorang perempuan seyogyanya di berikan kenyamanan dalam rumahnya, perlindungan, dan juga penghormatan.

http://sharekan.wordpress.com/2010/05/01/kisah-khalifah-umar-ra-dimarahi-sang-istri/

---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut