29 Agustus 2012

Khutbah Idul Fitri Masjid Raya Bani Umar Tema : Fitrah, Kedamaian dan UKhuwah Islamiyah

Event : Khutbah Idul Fitri Masjid Raya Bani Umar
Tema : Fitrah, Kedamaian dan UKhuwah Islamiyah
Tanggal : 19 Agustus 2012
Pembicara : Prof Dr H Azyumardi Azram MA, MPhil, PhD

Pada pagi ini, 1 Syawal 1433 H, Alhamdulillah kita dapat melaksanakan ibadah idul fitri dalam keadaan sehal wal afiat lahir batin setelah sebulan ramadhan menjalankan ibadah puasa. Dalam kesempatan penuh nikmat dan berkah ini marilah kita menyatakan puji syukur dan mendekatkan diri kepada Allah. Semoga kita telah dapat meningkatkan ketaqwaan sesuai tujuan ibadah puasa yang telah kita laksanakan. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw yang telah menyampaikan ajaran kedamaian islam rahmatan lil alamin yang menjadi dasar dan asas peradaban islam di muka bumi ini.

Kita patut berbahagia karena insyaAllah berhasil dalam perjuangan mengendalikan hawa nafsu selama berpuasa dan melakukan berbagai ibadah mulai shalat tarawih, tadarus, i'tikaf di masjid sampai menunaikan zakat. Sesuai petunjuk Allah dan RasulNya, di hari bahagia ini kita hendaknya mengumandangkan takbir dan mengerjakan shalat sunnah. Inilah yang dinyatakan Allah dalam firmanNya :

Qs Al A'la : 14-15

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),

dan dia ingat nama Rabbnya, lalu dia shalat.

---

Khutbah hari raya idul fitri kali ini ingin menyegarkan kembali makna yang terkandung dalam fitrah manusia dan perspektif islam tentang kedamaian dan ukhuwah islamiyyah. Ketiga hal ini merupakan faktor penting dalam membangun peradaban islam.

Hari ini kita merayakan kemenangan menjadi seorang "fitri" kembali kepada "Fitrah" sebagaimana dijelaskan Allah dalam firmanNya

QS Ar Rum : 30

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

---

Pada kesempatan kembali kepada fitrah tersebut secara individual personal, setip muslimin dan muslimat berkewajiban memperluas kesucian itu ke tingkat sosial kemasyarakatan. Ini dapat dilakukan dengan saling meminta dan memberi maaf satu sama lain, sehingga solidaritas antara sesama muslim, sebangsa dan antar manusia menjadi penuh kesucian. Allah Swt berfirman :

Qs Al Hujurat : 10

Sesungguhnya orang-orang mumin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.

---

Kata "ukhuwah" pada mulanya bermakna "perhatian" dengan adanya "perhatian" dari masing masing pihak, terjalinlah persaudaraan kemudian berkembang menjadi pandangan "persamaan" dan "keserasian" diantara pihak pihak yang bersaudara. Makna "Ukhuwah" mengandung arti, persaudaraan memerlukan "perhatian" dari semua ihak, yang melahirkan "kesamaan" dan "keserasian" Semua ini mengandung makna memperkokoh tali persaudaraan dan kasih sayang (silahturahim)

Kiranya juga perlu diingat, Allah Swt seolah sengaja tidak menciptakan makhlukNya dalam persamaan tunggal seragam monolitik. Umat manusia beragam, berbeda satu sama lain, Ini adalah kenyataan dan keniscayaan yang tidak bakal berubah sepanjang masa karena merupakan takdir Allah Swt bagi makhlukNya. Di dalam Al Quran, Allah SWT Berfirman :

Qs Hud : 118

Jikalau Rabbmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat

---

Karena persamaan dan perbedaan diantara umat manusia merupakan sunatullah yang tidak bisa dibantah dan diubah, kita perlu menyikapinya secara bijaksana. Perbedaan yang ada hendaknya jangan menimbulkan perselisihan apalagi permusuhan dan konflik yang dapat mendatangkan kesengsaraan. Bila perbedaan disikapi dengan bijak, ia menjadi rahmat Allah Swt yang dapat membawa ke dalam kebaikan. Nabi Muhammad Saw bersabda : " Ikhfilafu ummatitahmatun" (Perbedaan antar ummatku adalah rahmat). Keterbukaan dan kesediaan menerima persamaan dan perbedaan dengan rahmat Allah merupakan pula pangkal persaudraan yaitu ukhuwah islamiyyah.

Para ulama menjelaskan ikhwal ukhuwah dengan kandungan dan konotasi beragam. Pertama, UKhuwah fi al ubudiyyah (persaudaraan dalam ibadah), Kedua, Ukhuwah fi al insaniyyah (persaudaraan sesama manusia), ketiga, ukhuwah fi al wathaniyyah wa al nasab (persaudaraan kebangsaan dan keturunan), keempat, wakhuwah fi din al islam (persaudaraan antar se agama islam)

Adapun istilah ukhuwah islamiyyah juga memiliki arti beragam. Antara lain, ukhuwah islamiyyah berarti persaudaraan antar sesama muslim, atau persaudaraan bersifat islam, dan persaudaraan secara islam. Adapula yang mengartikan ukhuwah islamiyyah sebagai persaudaraan berdasar iman. Terlepas perbedaan konotasi, ukhuwah islamiyyah merupakan salah satu ajaran pokok islam yang harus kita wujudkan dalam kehidupan sehari hari

Ukhuwah islamiyyah sangat dibutuhkan umat islam, termasuk di Indonesia khususnya, Tidak jarang perbedaan pendapat di kalangan umat islam menimbulkan konflik bahkan kekerasan intra umat islam, yang penyelesaiannya bisa sangat rumit, Karena itu, ukhuwah islamiyyah ini perlu dan selalu relevan untuk diingatkan, sehingga ukhuwah islamiyyah dapat terjalin kokoh diantara umat islam yang kemudian diwujudkan lebih luas menjadi ukhuwah wathaniyyah, persaudaraan sebangsa dan sekaligus ukhuwah insaniyyah, persaudaraan sesama manusia

Uswah hasanah berdasar ukhuwah islamiyyah dalam dilihat pada teladan sikap kedamaian dan toleransi Nabi Muhammad Saw ketika membangun masyarakat multi agama dan multi kultural di Madinah, Dalam sejarah perjuangan Rasulullah Saw kita melihat kerukunan dan kedamaian antar sesama manusia atau komunitas merupakan syarat mutlak membangun kehidupan dan peradaban. Tanpa pilar seperti itu, tidak mungkin membangun peradaban yang maju

Itulah sebabnya ketika Rasulullah Saw membangun kota Madinah yang semula bernama Yatsrib hal pertama yang beliau lakukan adalah menyatukan kaum Muhajirun dan Kaum Anshar. Dan selanjutnya mendamaikan berbagai kelompok arab, yahudi dan nasrani yang dulunya bertikai. Untuk menjamin perdamaian diantara berbagai kelompok majemuk dan pluralistik tersebut, Rasulullah membuat perjanjian dengan mereka yang dikenal dengan Paiagam Madinah (Al Mitsaq al Madinah)

Teks piagam tersebut berdasarkan ajaran Al Quran menyetakan pentingnya kemanusiaan dan ikatan sosial diantara umat manusia yang berbeda, dan pentingnya mewujudkan persaudaraan, persatuan dan kerjasama dalam kehidupan sosial guna mencapai tujuan bersama, Selanjutnya untuk mewujudkan persatuan dan persaudaraan, Piagam Madinah mencantumkan hak dan kewajiban masing masing komunitas, kesetaraan kemanusiaan, yang terdiri dari kesetaraan hak hidup, hak keamanan diri, hak membela diri, tanggung jawab dalam mewujudkan perdamaian dan pertahanan serta kesetaraan hak dalam memilih agama dan keyakinan masing masing. Karena substansi demikian lengkap, Prof Robert N Bellah, seorang sosiolog agama menyimpulkan, Piagam Madinah sangat modern

Sikap dan langkah Nabi Muhammad Saw ini juga disinggung al Quran yang menyebutkan kepribadian Rasulullah yang oenuh perhayian, pengertian dan toleran menerima persamaan dan perbedaan, Dalam kitab suciNya, Allah berfirman :

Qs Ali IMran : 159

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

---

Inilah salah satu contoh penting dari Rasulullah dalam membangun ukhuwah insaniyyah, ukhuwah wathaniyyah, dan ukhuwah islamiyyah. Di dalam praktek aktual Rasulullah Saw dan ayat Al Quran terlihat prinsip penting untuk menerima persamaan dan perbedaan, antara lain, sikap lemah lembut, tidak kasar dan keras hati, memaafkan dan musyawarah dan bila kesepakatan sudah mantap dan bulat, selanjutnya bersikap tawakkal, dari sinilah perdamaian dan kedamaian baik sesama umat islam maupun dengan umat lain dapat tercipta dan terpelihara

Salah satu misi utama islam di muka bumi adalah menyebarluaskan rasa kasih sayang, kerukunan dan kedamaian, tidak hanya sesama manusia tetapi juga dengan makhluk makhluk Allah lainnya, seperti binatang, tumbuhan dan benda padat. Hal ini mutlak karena untuk kelangsungan dan kebutuhan hidupnya, manusia satu sama lain saling membutuhkan, juga antara manusia dengan lingkungan alam, Karena itu tidak patut jika manusia satu sama lain tidak berusaha mewujudkan perdamaian dan kedamaian.

Misi perdamaian dan kedamaian islam tercermin dalam kata "islam" itu sendiri yang berarti selamat, sejahtera, aman dan damai. Tetapi menyatakan islam berarti "salam" (damai) saja tidak cukup. Setiap individu muslim harus membuktikan lewat amal perbuatan, bahwa islam dan kaum muslimin cinta damai dan selalu mengorientasi diri menuju ke dar al salam dengan cara damai pula. Menegakkan amar ma'ruf nahi munkar merupakan perintah islam, tetapi nahyi munkar harus dilakukan secara ma'ruf yakni cara yang baik, damai, persuasif, hikmah kebijaksanaan dan pengajaran yang baik bukan dengan cara munkar seperti pemaksaan dan kekerasan

Memang ada segelintir orng yang kebetulan beragama islam melakukan kekerasan dan terorisme yakni aksi kekrasan yang tidak konvensional guna menciptakan rasa ketakutan meluas dalam masyarakat dan menimbulkan korban secara tidak pandang bulu. Pelaku aksi terorisme sering mengklaim tindakannya sebagai jihad fi sabilillah, justifikasi keagamaan atas tindakan kekerasan justru keliru, karena seluruh ulama sepakat, jihad sah hanya sebagai usaha bela diri bukan agresi yang melewati batas. Jihad yang sah hanya bisa dimaklumkan para pemimpin dan ulama otoritatif bukan oleh segelintir orang. Bahkan jika jihad terpaksa dimaklumkan, itupun tidak boleh dilakukan karena kemarahan dan kebencian yang membuat para pelakunya mengabaikan keadilan, Firman Allah Swt

Qs Al Baqarah : 190

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

---

Selanjutnya Allah Swt juga berfirman :

Qs Al Maidah : 8

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan

---

Karena itu untuk membuktikan islam sebagai agama perdamaian, setiap muslim harus damai di dalam dirinya sendiri, tidak dikuasai hawa nafsu kemarahan dan kebencian. Untuk berdamai dengan dirinya, setiap muslim harus hidup damai dengan Allah Swt dengan sepenuhnya menyerahkan diri kepada Allah. Ia harus meninggalkan hawa nafsu angkara murka, merasa paling benar sendiri, dan hanya memaksa orang lain secara kekerasan untuk tunduk kepadanya. Hanya dengan adanya perdamaian di dalam diri masing masing, pedamaian dan kedamaian diantara manusia dan lingkungan hidup dapat diciptakan, tanpa kedamaian internal, tidak ada kedamaian eksternal. Disinilah terletak relevansi firman Allah Swt

Qs Al Fath : 4

Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mumin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,

---

Fitrah ukhuwah dan kedamaian merupakan pilar pilar utama bagi terwujudnya peradaban yang maju dan mulia. Sebaliknya, kekacauan dan anarki menimbulkan gangguan terhadap kehidupan dan peradaban umat bangsa. sebab itu para ulama fiqh siyasah sependapat menolak kekacauan dan anarkiesme, atas alasan apapun. Bagi para ulama fiqh siyasah, ketidak tertiban dan ketiadaan hukum, kekacauan dan anarkisme selain mengganggu pelaksanaan ibadah juga mengakibatkan kemerosotan kehidupan dan peradaban

Dengan memahami dan mengamalkan pesan spiritual hakiki dan substansif dalam ajaran islam tentang fitrah, ukhuwwah, perdamaian dan kedamaian, insyaAllah umat dan bangsa Indonesia dapat membangun peradaban yang tinggi dan mulia, Dengan posisinya sebagai Negara dengan berpenduduk muslim terbesar di muka bumi ini, kaum muslimin indonesia memikul amanah yang besar dan mulia berdiri di depan memajukan peradaban umat bangsa dan kemanusiaan universal

---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut