02 Agustus 2012

Pengajian Khoirotunnisa Bintaro

Event : Pengajian Khoirotunnisa Bintaro
Tema :
Tanggal : 2 Agustus 2012
Pembicara : Ustadz Wijayanto

1. Sunatullah : Kejadian yang terjadi dengan ada sebab akibat. Sunnatullah berasal dari kata Sunnah dan Allah. Sunnah sendiri turunan dari kata “sunanun” yang artinya perjalanan. Berarti Sunnatullah adalah perjalanan Allah. Kita tidak pernah menemukan adanya perubahan pada perjalanan Allah pada alam semesta maupun alam kehidupan manusia, dengan kata lain perjalanan Allah itu sifatnya tetap, dan berulang sepanjang masa. Karena sifatnya tetap dan berlaku sepanjang masa maka disebut juga sebagai tradisi Allah atau kebiasaan Allah.

---

2. Pertolongan Allah

Pertolongan

Qs An Naml : 42

Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: Serupa inikah singgasanamu Dia menjawab: Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.

---

3. Qudratullah : Tidak masuk akal untuk merasionalisasikan, terjadi kepada para nabi dgn mukjizatnya. Qudratullah yaitu kemampuan Allah dalam merealisasikan segala sesuatu yang Allah kehendaki dalam kualitan dan kuantitasnya

Kisah Nabi Yunus

Berdakwah di Ninawa

Yunus bin Mata diutus oleh Allah untuk menghadapi penduduk Ninawa, suatu kaum yang keras kepala, penyembah berhala, dan suka melakukan kejahatan. Secara berulang kali Yunus memperingatkan mereka, tetapi mereka tidak mau berubah, apalagi karena Yunus bukan dari kaum mereka. Hanya ada 2 orang yang bersedia menjadi pengikutnya, yaitu Rubil dan Tanuh. Rubil adalah seorang yang alim bijaksana, sedang Tanuh adalah seorang yang tenang dan sederhana.

Penolakan penduduk Ninawa

Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Karenanya mereka tidak dapat menerimanya untuk menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah menjadi adat kebiasaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.

Mereka berkata kepada Nabi Yunus: "Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyang kami sejak dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah orang asing yang datang pada kami agar kami mengubah keyakinan kami. Apakah kelebihanmu sehingga mengajari dan menggurui kami. Hentikan perbuatan sia-siamu itu. Penduduk Ninawa tidak akan mengikutimu karena kami teguh dengan ajaran moyang kami". Nabi Yunus berkata: " Aku hanya mengajakmu beriman dan bertauhid sesuai dengan amanah Allah yang wajib kusampaikan padamu. Aku hanyalah pesuruh Allah yang ditugaskan mengeluarkanmu dari kesesatan dan menuntunmu di jalan yang lurus. Aku sekali-kali tidak mengharapkan upah atas apa yang kukerjakan ini. Aku tidak bisa memaksamu mengikutiku. Namun jika kamu tetap bertahan pada aqidah moyangmu itu, maka Allah akan menunjukkan tanda-tanda kebenaran akan risalahku dengan menurunkan adzab yang pedih padamu, seperti yang terjadi pada kaum-kaum sebelum kamu, yaitu kaum Nuh, Aad, dan Tsamud. Mereka menjawab dengan menantang: "Kami tetap tidak akan mengikuti kemauanmu dan tidak takut ancamanmu. Tunjukkan ancamanmu jika kamu termasuk orang yang benar!" Nabi Yunus tidak tahan lagi dengan kaum Ninawa yang keras kepala. Ia pergi dengan marah dan jengkel sambil meminta Allah menghukum mereka.

Penduduk Ninawa bertobat

Sepeninggal Nabi Yunus, kaum Ninawa gelisah, karena mendung gelap, binatang peliharaan mereka gelisah, wajah mereka pucat pasi, dan angin bertiup kencang yang membawa suara bergemuruh. Mereka takut ancaman Yunus benar-benar terjadi atas mereka. Akhirnya mereka sadar bahwa Yunus adalah orang yang benar, dan ajaran Islam Dari Allah s.w.t. Mereka kemudian beriman dan menyesali perbuatan mereka terhadap Yunus. Mereka lari tunggang langgang dari kota mencari Yunus sambil berteriak meminta pengampunan Allah atas dosa mereka. Allah Yang Maha Pemaaf-pun mengampuni mereka, dan segera seluruh keadaan pulih seperti sedia kala. Penduduk Ninawa kemudian tetap berusaha mencari Yunus agar ia bisa mengajari agama dan menuntun mereka di jalan yang benar.

Yunus ditelan ikan Nun

Keadaan Yunus setelah pergi dari Ninawa tidak menentu. Ia mengembara tanpa tujuan dengan putus asa dan merasa berdosa. Akhirnya ia tiba di sebuah pantai, dan melihat sebuah kapal yang akan menyeberangi laut. Ia menumpang kapal itu, dan ketika telah berlayar tiba-tiba terjadi badai yang hebat. Kapal bergoncang, dan para penumpang sepakat untuk mengurangi beban dengan membuang salah seorang di antara mereka ke laut. Undian pertama jatuh pada Yunus, namun undian diulang karena penumpang merasa Yunus tidak layak dibuang sedang ia orang yang mulia. Tapi pada pengulangan yang kedua, dan ketiga, tetap nama Yunus yang keluar. Yunus sadar itu adalah kehendak Allah, ia kemudian rela menjatuhkan diri ke laut. Allah kemudian mengirim ikan Nun (paus) untuk menelan Yunus. Di dalam perut ikan Nun, Yunus bertobat meminta ampun dan pertolongan Allah, ia bertasbih selama 40 hari dengan berkata: "Laa ilaaha illa Anta, Subhanaka, inni kuntu minadzh dzhalimiin (Tiada tuhan melainkan Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah orang yang telah berbuat dhalim)" Allah mendengar doa Yunus, dan Memerintahkan ikan nun mendamparkan Yunus di sebuah pantai. Allah Yang Maha Penyayang menumbuhkan pohon labu, agara Yunus yang kurus dan lemah tak berdaya dapat bernaung dan memakan buahnya. Setelah pulih, ia diperintahkan kembali ke Ninawa, dimana ia kemudian kaget melihat perubahan penduduk Ninawa yang telah beriman kepada Allah. Yunus kemudian mengajari mereka tauhid dan menyempurnakan iman mereka.

---

QS Al Qasas : 7

Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan jangan (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.

---

Pentingnya menyusui

QS Al Baqarah : 233

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan

---

Kisah Bocah dalam Gendongan yang Berbicara Memohon kepada Allah Agar Tidak Menjadikannya Seperti Orang yang Sombong

Pengantar

Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menyatakan bahwa ada tiga bayi yang bisa berbicara sepanjang sejarah manusia. Yang pertama adalah Isa Alaihis Salam. Kisahnya disebutkan di dalam Al-Qur’an. Yang kedua adalah bayi Juraij dan kisahnya akan dijelaskan kemudian, dan yang ketiga adalah bayi yang menyelisihi harapan ibunya.

Teks Hadis

Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam beliau bersabda, “Di kalangan Bani Israil terdapat seorang wanita yang menyusui putranya. Lalu seorang laki-laki berkendara dan berpenampilan menawan melewatinya. Wanita itu berkata, ‘Ya Allah, jadikanlah anakku seperti orang ini.’ Anak yang disusuinya itu meninggalkan susunya dan memandang laki-laki si pengendara dan berkata, ‘Ya Allah, janganlah Engkau menjadikanku sepertinya.’ Kemudian dia meneruskan mengisap susunya.” Abu Hurairah berkata, “Seolah-olah aku melihat Nabi mengisap jarinya.”

“Selanjutnya seorang hamba wanita melewatinya. Ibu berkata, ‘Ya Allah jangan jadikan anakku sepertinya.’ Anak itu meninggalkan susunya dan berkata, ‘Ya Allah, jadikan aku sepertinya.’ Wanita itu bertanya, ‘Mengapa begitu?’ Dia menjawab, ‘Pengendara itu adalah salah seorang yang sombong, sementara hamba sahaya wanita itu dituduh berzina dan mencuri, padahal dia tidak melakukannya.’”

Teks hadis dalam riwayat Muslim, “Manakala seorang bayi sedang menyusu dari ibunya, seorang pengendara dengan penampilan menarik lewat dengan kendaraan yang mewah. Ibunya berkata, ‘Ya Allah jadikanlah anakku seperti orang ini.’ Lalu anaknya meninggalkan puting susu ibunya, memandang laki-laki pengendara itu dan berkata, ‘Ya Allah jangan jadikan aku sepertinya.’ Kemudian dia kembali kepada susunya dan meneruskan menyusu.” Abu Hurairah berkata, “Seolah-olah aku melihat Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam sementara beliau menceritakan bagaimana anak itu menyusu dengan jari telunjuknya di mulutnya, maka beliau mengisapnya.” Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, “Lalu mereka melewati seorang hamba sahaya yang dipukuli oleh orang-orang. Mereka berkata kepadanya, ‘Kamu telah berzina dan mencuri.’ Sementara hamba sahaya itu menjawab, ‘Cukuplah Allah sebagai penolongku dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.’ Ibu itu berkata, ‘Ya Allah, jangan jadikan anakku sepertinya.’ Lalu si anak meninggalkan susunya dan melihat hamba sahaya itu dan berkata, ‘Ya Allah, jadikanlah aku seperti dia.’”

Pada saat itulah terjadi perbincangan antara ibu dengan bayi yang disusuinya. Ibunya berkata, “Semoga lehermu sakit. Telah lewat seorang laki-laki dengan penampilan menarik dan aku berkata,’Ya Allah jadikanlah anakku sepertinya,’ tapi kamu berkata, ‘Ya Allah jangan jadikan diriku sepertinya.’ Lalu lewatlah seorang hamba sahaya wanita yang dipukuli dan mereka berkata kepadanya, ‘Kamu telah berzina dan mencuri.’ Lalu aku berkata, ‘Jangan jadikan anakku sepertinya.’ Dan kamu berkata, ‘Ya Allah, jadikanlah diriku seperti dia.’ Anaknya menjawab, ‘Laki-laki itu adalah laki-laki yang sombong,’ maka aku berkata, ‘Ya Allah jangan jadikan aku sepertinya.’ Dan sesungguhnya wanita yang mereka tuduh berzina dan mencuri, sebenarnya dia tidak berzina dan mencuri. Maka aku berkata, ‘Ya Allah jadikanlah aku sepertinya.’”

Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis

1. Manusia terkadang meminta sesuatu yang justru merugikan dirinya dan berlari dari sesuatu yang baik baginya. Ibu ini memohon agar anaknya menjadi seperti laki-laki kafir lagi sombong, sementara dia tidak menyadari bahwa hal itu berarti mencelakakan anaknya. Wanita itu memohon agar anaknya tidak seperti wanita shalihah tersebut, padahal kebaikan menuntut seperti wanita itu dalam keshalihan dan ketakwaanya, walaupun dia dituduh telah melakukan sesuatu secara dusta dan palsu.

2. Hendaknya para dai menggunakan sarana pembelajaran untuk menjelaskan, menerangkan dan memantapkan ilmu di dalam jiwa sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah ketika beliau meletakkan jarinya di mulutnya untuk menceritakan bagaimana anak itu menyusu dari ibunya. Hal ini banyak ditemukan di dalam hadis-hadis yang mulia. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam telah menjelaskan firman Allah, “Dan bahwa kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalannya.” (Al An’am: 153). Nabi membuat garis di atas pasir seraya bersabda, “Inilah jalan yang lurus.” Beliau juga meletakkan garis-garis di kanan dan kirinya dan berkata, “Inilah jalan-jalan yang di masing-masing jalan terdapat setan penyeru.”

3. Allah menjadikan di setiap zaman, ayat-ayat yang menunjukkan kebesaran-Nya dan dengannya Dia diketahui. Muncul nilai-nilai yang dicintai oleh Allah dan nilai-nilai yang dibenci oleh Allah; di antaranya adalah ucapan bayi ini, ketidakrealaannya terhadap keadaan laki-laki yang sombong tersebut, dan kerelaannya terhadap dirinya agar bisa seperti hamba sahaya wanita itu.

Sumber: Buku “Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa”, DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Pustaka Yassir

---

Doa agar mendapatkan anak yang sholeh

QS As Shaffat : 100

Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.

---

Manusia banyak yang berburuk sangka dengan ketentuan Allah

QS Al Fajr : 15-16

Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: Rabbku telah memuliakanku.

Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: Rabbku menghinakanku.

---

Perintah agar kita juga tidak khawatir, tidak bersedih hati

QS Al Qasas : 7

Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan jangan (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.

---

Setiap orang

1. Tidak takut

2. Tidak sedih

3. Mulia dunia akhirat

4. Ridho Allah

---

Orang yang berbuat dosa

1. Tidak tenang

2. Hina dunia akhirat

3. Murka Allah dunia dan akhirat

Aku menyembunyikan kemurkaanku di balik

---

Kisah Bayi Yang Dihanyutkan

Nabi Musa dilahirkan di negeri Mesir. Ketika itu, Mesir dikuasai oleh raja yang sangat jahat dan kafir kepada Allah subhaanahu wa ta'aala. Fir'aun menindas dan berlaku sewenang-wenang terhadap Bani Israil.

Di kalangan Bani Israil ada keyakinan bahwa akan lahir seorang pemuda yang akan menghancurkan Fir'aun dan kerajaannya. Pemuda itu akan lahir dari kalangan Bani Israil.

Maka Fir'aun memerintahkan untuk menyembelih setiap anak-anak laki-laki Bani Israil dan membiarkan hidup anak perempuannya. Karena Fir'aun merasa takut apabila pemuda yang diyakini Bani Israil itu akan benar-benar lahir. Ketika Nabi Musa lahir, ibunya merasa ketakutan karena Fir'aun menyebar mata-mata untuk mengawasi para wanita yang sedang hamil dan akan melahirkan.

Rumah ibu nabi Musa terletak di tepi sungai Nil. Allah subhaanahu wa ta'aala ilhamkan kepada ibu Musa agar meletakkan bayinya ke dalam sebuah peti. Dan Allah subhaanahu wa ta'aala juga memberi ilham dengan berjanji akan mengembalikan lagi Nabi Musa kepadanya.

Kemudian peti itu dijatuhkan ke sungai Nil. Peti itu diikat agar tidak hanyut karena goncangan. Pada suatu hari, terlepaslah ikatan peti yang berisi bayi itu. Peti itu meluncur hanyut bersama aliran sungai. Dengan takdir Allah peti itu dipungut oleh pengikut Fir'aun. Bayi itu dibawa ke hadapan istri Fir'aun yang bernama Asiyah.

Begitu melihat bayi itu, Asiyah menjai sangat cinta kepadanya. Dan memang Allah subhaanahu wa ta'aala menjadikan rasa cinta kepada hati setiap orang yang melihat bayi itu.

Fir'aun mendengar berita ini dan memerintahkan untuk membunuh bayi itu. Namun istri Fir'aun berkata, "Jangan membunuhnya! Ia adalah penyejuk hati kita berdua. Mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita atau kita ambil ia menjadi anak."

Maka selamatlah Nabi Musa dari kekejaman Fir'aun. Adapun ibu Nabi Musa, ia menjadi sangat terkejut. Hampir saja ia tidak sabar dan membocorkan rahasia tentang nabi Musa.

Namun Allah subhaanahu wa ta'aala meneguhkan hatinya. Maka ia berkata kepada saudara perempuan nabi Musa, "Ikuti dan awasi dia (Musa)!"

Lalu saudara perempuan nabi Musa itu mengawasi dari jauh sedang mereka tidak mengetahui.

Sementara di istana, istri Fir'aun mencari ibu susu untuk menyusui Nabi Musa yang masih bayi itu. Akan tetapi ia tidak mau menyusu kepada wanita manapun. Sampai-ssampai, ia melingkar karena kehausan dan kelaparan. Akhirnya, mereka membawa Nabi Musa keluar jalan-jalan. Dengan harapan ada seorang wanita yang bisa menyusuinya.

Saudara Nabi Musa memperhatikan dari tempat yang tersembunyi. Setelah mengetahui bahwa mereka mencari orang yang bisa menyusui, maka iapun berkata kepada mereka, "Maukah kalian aku tunjukkan keluarga yang akan memeliharanya untuk kalian dan mereka dapat berlaku baik padanya?"

Lalu merka pergi ke rumah yang dimaksud, yaitu keluarga nabi Musa sendiri. Ibu nabi Musa langsung menyedotdan meminum susunya.

Akhirnya ibu nabi Musa bisa menyusui dan memelihara anaknya lagi bahkan ia mendapat upah. Akhirnya keluarga Nabi Musa tinggal di istana dan semua kebutuhannya terpenuhi.

(sumber: Al Mujmu'atul Kamilatu lil muallaf juz 8 hal. 365-366 karya syekh Abdurrahman bin Nashir As Sa'dy, dan Qoshoshul anbiya' hal.196 karya Ibnu katsir)

---

Fidyah untuk memberi makan orang miskin, tidak bisa digantikan untuk dana membangun masjid atau kegiatan keagamaan lainnya

QS Al Baqarah : 184

(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

---

Prioritas zakat

QS At Taubah : 60

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para Muallaf yang dibujuk hatinya,untuk (memerdekaan) budak, orang-orang yang berhutang untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut