03 Desember 2009

Pengajian Mahagoni Park Ibu Ayat Tanggal 03 Desember 2009

Event : Pengajian Mahagoni Park Ibu Ayat
Tanggal : 03 Desember 2009
Pembicara : Ustadzah Ummu Mumtaza
Tema : Tafsir QS Al Ikhlas

QS Al Ikhlas : 1- 3

Adalah Surat Makkiyah

Surat ini diturunkan untuk menjawab pertanyaan kaum Yahudi, Nasrani, Majusi dan kaum musrik tentang keberadaan Allah.

Surat pendek ini menyamai sepertiga Al-Qur’an sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa hadits shahih.
Hal ini tidak aneh jika kita tilik dari kandungannya.
Tema utama surat ini adalah tentang hal yang paling prinsipil dalam Islam, yakni tauhid.
Al-Ikhlash sendiri, yang menjadi nama bagi surat yang mulia ini, berarti keikhlasan hati dalam memurnikan tauhid kepada Allah SWT.
Sementara tema tauhid merupakan sepertiga kandungan Al-Qur’an, dimana kandungan Al-Qur’an itu secara umum mencakup tiga perkara :
  1. tauhid (aqidah),
  2. syariah (hukum-hukum),
  3. dan akhlaq.


Mengenai sebab turunnya surat ini, diriwayatkan dari ‘Ubay bin Ka’ab bahwa kaum musyrikin berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,”Wahai Muhammad, sebutkan kepada kami nasab tuhanmu”.

Maka Allah pun menurunkan Qul huwallahu ahad (dan seterusnya sampai akhir QS Al-Ikhlas) (HR Ahmad dan Tirmidzi).


Adapun keutamaan surat ini antara lain tergambar dalam beberapa riwayat berikut ini :


Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus seseorang untuk menjadi komandan dalam sebuah ekspedisi perang.

Setiap kali sang komandan tersebut menjadi imam sholat, dia menutup bacaannya dengan Qul huwallahu ahad (QS Al-Ikhlash).

Ketika kembali, para sahabat yang menyertainya menyampaikan hal tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Maka Nabi bersabda,”Tanyakan kepadanya mengapa ia melakukan hal itu!” Dan ketika hal itu ditanyakan, ia menjawab,”Surat ini (berisi) sifat-sifat Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih) dan aku suka membacanya”.

Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Beritahukan kepadanya bahwa Allah Ta’ala mencintainya”. (HR Bukhari, Muslim, dan Nasai)


Dalam riwayat Anas radhiyallahu ‘anhu, diceritakan juga kisah serupa dimana seorang sahabat Anshar, ketika menjadi imam, senantiasa membuka bacaannya dalam sholat dengan QS Al-Ikhlash lalu mengikutinya dengan surat yang lain.

Ketika hal itu ditanyakan kepadanya, dia menjawab,”Karena aku mencintai surat ini”.

Maka Nabi pun bersabda,”Kecintaanmu kepada surat tersebut telah memasukkanmu kedalam Surga” (HR Bukhari)


Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa seseorang mendengar sahabatnya membaca berulang-ulang QS Al-Ikhlash (dalam sholat malam).

Maka ia pun menyampaikan hal itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan seolah-olah meremehkan yang demikian itu.

Maka Nabi pun bersabda,”Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat itu menyamai sepertiga Al-Qur’an” (HR Bukhari).


Dalam riwayat lain dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda kepada para sahabat,”Tidakkah salah seorang dari kalian mampu membaca sepertiga Al-Qur’an dalam satu malam?

” Maka hal itu pun terasa berat bagi mereka, sehingga mereka berkata,”Siapa yang mampu melakukannya, wahai Rasulullah?” Maka Rasulullah pun menjawab bahwa QS Al-Ikhlash menyamai sepertiga Al-Qur’an (HR Bukhari).


Dan dalam hadits riwayat Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersiap untuk tidur setiap malam, maka beliau mempertemukan kedua telapak tangannya dan meniup pada keduanya seraya membaca QS-Ikhlash, QS Al-Falaq, dan QS An-Naas lalu mengusapkannya ke seluruh bagian badannya dimulai dari kepala, wajah, dan bagian depan badan beliau. Dan beliau mengulang yang demikian itu tiga kali (HR Bukhari dan Ashabus Sunan).


Kandungan Surat Ini


Inti dari kandungan QS Al-Ikhlash terdapat dalam ayat pertama yang menegaskan tentang keesaan Allah Ta’ala, sementara ayat-ayat berikutnya merupakan penjelasan yang menegaskan makna ayat pertama tersebut.

Jadi, Allah adalah Maha Esa dalam rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat - Nya. Jika kata wahid (satu) memungkinkan adanya yang kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya, maka tidak demikian halnya dengan kata ahad (maha esa) yang berarti hanya satu tanpa ada yang lainnya.

Oleh karena itulah, surat ini disebut dengan Surat Al-Ikhlash (Surat At-Tauhid wa At-Tanzih) yang berintikan pemurnian tauhid kepada Allah dengan cara menyucikan Dzat, Nama, dan Sifat-Nya dari segala makna kekurangan, kelemahan, cacat, keserupaan dengan makhluq dan segala bentuk penyekutuan (syirik).


Ayat kedua merupakan penjelasan atas ayat pertama dalam hal keesaan Allah Ta’ala, yang menegaskan bahwa Allah itu Maha Sempurna dalam Dzat dan Sifat-sifat-Nya, sehingga sama sekali tidak membutuhkan kepada yang lain, tetapi justru segenap yang lainnya mesti butuh dan bersandar kepada-Nya dalam segenap keperluannya.


Ayat ketiga, disamping berisikan penegasan tentang keesaan dan kemahasempurnaan Allah, dan penafian segenap kelemahan serta cacat dari Sifat-sifat-Nya, juga merupakan bantahan telak terhadap semua orang yang menyekutukan Allah Ta’ala dengan menjadikan bagi-Nya anak, yakni orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa Uzair adalah anak Allah, orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah.

(QS At-Taubah : 30)

Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?

QS. at-Taubah (9) : 30

dan juga orang-orang musyrik Arab yang mengatakan bahwa para malaikat adalah anak-anak perempuan Allah (QS An-Nahl : 57).

Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan, Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak laki-laki).

QS. an-Nahl (16) : 57


Ayat terakhir menegaskan salah satu konsekuensi dari makna tauhid, yakni penafian segenap bentuk penyekutuan dan penyerupaan terhadap Allah sekaligus bantahan terhadap semua orang yang menyekutukan Allah (musyrikin) dan yang menyerupakan Allah dengan makhluq-Nya (musyabbihin).

Penafsiran dan bantahan serupa juga terdapat dalam banyak ayat yang lain, antara lain firman Allah (yang artinya),

”Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS Asy-Syura : 11).

Ayat ini juga merupakan bantahan terhadap semua orang yang menafikan sifat-sifat Allah (mu’aththilin).


Demikianlah, Surat Al-Ikhlas ini meskipun pendek tetapi memuat intisari dari risalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan seluruh nabi dan rasul ‘alaihimussalam, yakni tauhid.


Intisari


Surat Al-Ikhlash adalah surat yang pendek tetapi memuat intisari dari risalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan seluruh nabi dan rasul ‘alaihimussalam, yakni tauhid.

Karena itulah, Nabi menyebut surat ini menyamai sepertiga Al-Qur’an, karena tauhid adalah salah satu dari tiga kandungan Al-Qur’an : tauhid, syari’ah, dan akhlaq. Berbagai keistimewaan yang lain dari surat ini juga banyak dinyatakan dalam hadits-hadits Nabi.


Surat ini disebut dengan Surat Al-Ikhlash (yang berarti: pemurnian) karena ia berintikan pemurnian tauhid kepada Allah dengan cara menyucikan Dzat, Nama, dan Sifat-Nya dari segala makna kekurangan, kelemahan, cacat, keserupaan dengan makhluq dan segala bentuk penyekutuan (syirik). Inti dari kandungan surat ini terdapat dalam ayat pertama yang menegaskan tentang keesaan Allah Ta’ala, sementara ayat-ayat berikutnya merupakan penjelasan yang menegaskan makna ayat pertama tersebut.


Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa.
Allah adalah Illah yang bergantung kepada-Nya segala urusan.
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.


Kalau kita baca sejenak arti masing-masing ayat dalam Surah Al Ikhlas ini, maka tak jauh dari istilah "Tauhid" atau "Mengesakan Allah" sekaligus hujjah bagi para pelaku kesyirikan (mereka yang mempersekutukan Allah). sekarang mari kita lihat masing-masing ayat:

  1. Ayat 1: "Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa." Ayat ini sudah mengikat sebuah pernyataan akan keesaan Allah, yakni bahwa Allah itu Maha Esa dengan segala kesempurnaan, yang memiliki Al Asma Al Husna serta segala sifat kisempurnaan Yang Maha Tinggi, berbagai perbuatan yang suci yang tiada bandingannya. Ini ada hubungannya dengan Sifat-Sifat Asma al Husna berikut: * Al Wahid (Satu) dan Al Ahad (Tunggal), artinya sebagaimana Firman Allah: "Katakanlah: "Allah adalah pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Robb Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa" (QS.Ar Ro'd: 16) iaitu, Dia-lah (Allah) yang diesakan dengan segala sifat kesempurnaan, tak ada yang menyamai-Nya dalam kesempurnaan ini. Seorang hamba harus mengesakan-Nya dengan keyakinan, perkataan dan perbuatan dengan meyakini kesempurnaan- Nya yang mutlak dan keesaan-Nya dengan sifat wahdaniyyah serta mengesakan-Nya dalam segala macam ibadah.
  2. Ayat 2 : "Allah adalah Illah yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu" Dan dari sebagian bukti keesaan dan kesendirian- Nya (segala sifat kesempurnaan- Nya), bahawasannya Dia bersifat Ash-Shomad (tempat bergantungnya segala urusan). Yang menjadi tujuan dan kebutuhan seluruh hamba kepada Allah ialah mereka selalu memohon kepada Allah untuk memenuhi kebutuhannya.Mereka selalu berhasrat kepada-Nya dalam segala kepentingan mereka. Kerana Allah itu Maha Sempurna. Yang Maha mengetahui dan sempurna dalam ilmu-Nya, Yang Maha Lembut dan sempurna dalam kelembutan-Nya, Yang Maha Pengasih, yang sempurna cinta kasih-Nya. kasih sayang-Nya meliputi segala sesuatu, demikian juga segala sifat yang dimiliki-Nya.
  3. Ayat 3 : "Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan" Yakni kerana Allah tidak membutuhkan segala sesuatu secara mutlak,
  4. Ayat 4 : "dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia" Dalam nama, dalam sifat-Nya dan dalam perbuatan-Nya. Tabaaroka wa Ta'ala.


Dalam Tafsir Karimurrohman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'adiy berkata: "surat ini mengandung ajaran Tauhid Al Asma' dan Ash Shifaat."

Namun demikian, sebenarnya surah ini juga mencakup Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah.


Tauhid Rububiyah yakni mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan -Nya, seperti menciptakan, memberi rizki, mengatur segala urusan, menghidupkan, mematikan, dan sebagainya.

Tidak ada satu pencipta pun kecuali Allah. Allah Ta'ala berfirman: "Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu" (QS.Az Zumar: 62)

Tidak ada yang memberi rizki kecuali Allah.

Allah Ta'ala berfirman:

"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya." (QS.Huud: 6)


Tidak ada yang menghidupkan dan tidak ada yang mematikan kecuali Allah. Allah Ta'ala berfirman:

"Dia-lah yang menghidupkan dan yang mematikan, dan hanya kepadaNya-lah kamu dikembalikan" (QS.Yunus: 56)

Tauhid Rububiyah ini juga diakui oleh orang-orang kafir pada zaman Rosululloh SAW, tetapi pengakuan ini tidak menjadikan mereka masuk ke dalam agama Islam.

Sebagaimana Firman Allah:

"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Maka mereka akan menjawab "Allah". " (QS.Luqman: 25)


Tauhid Uluhiyah yakni mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkan- Nya. Karena itu semua bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, seperti do'a (permohonan) , khauf (takut), tawakkal (berserah diri), meminta pertolongan, perlindungan, dan sebagainya.


Kita tidak berdo'a kecuali kepada Allah.

Allah Ta'ala berfirman:

"Dan Robb-mu berfirman, 'Berdo'alah kepada-Ku, nescaya akan Ku-perkenankan bagimu.'"(QS. Al Mu'min: 60)

Kita tidak takut kecuali kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman:

"Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Ali Imron: 175)

Kita tidak bertawakkal kecuali kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman:

"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS.Al Ma'idah: 23)

Kita tidak meminta pertolongan kecuali kepada Allah.

Allah Ta'ala berfirman: "Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan. " (QS.Al Fatihah: 5)

Kita tidak memohon perlindungan kecuali kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman: "Katakanlah, Aku berlindung kepada Robb (yang memelihara dan menguasai) manusia." (QS.An-Naas: 1)


Tauhid ini yang dibawakan oleh para Rosul 'alaihimus Salam.

Sebagaimana Firman Allah:

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thoghut itu'." (QS.An Nahl: 36).


Tauhid Uluhiyah inilah yang diingkari orang-orang kafir, baik pada zaman dahulu mahupun sekarang.

Allah Ta'ala berfirman: "(Dan orang-orang kafir berkata): 'Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembah an itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. " (QS.Shood: 5)


Adapun hubungan Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah dengan Surah Al Ikhlas adalah bahwasannya ke-4 (keempat) ayat dalam surah ini mengandung ajaran Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah


Pengertian ayat 1 :

  1. Allah tidak terlihat, Allah tidak memiliki wakil.


Pengertian ayat 2 :

  1. Semua makhluk seharusnya meminta pertolongan hanya kepada Allah.2. Allah sangat Agung, Mulia, dengan kemuliaannya memberikan segala sesuatu.


Pengertian ayat 3 :

  1. Bahwa Allah Maha penyabar, bahkan ketika orang orang mencacinya, tidak memperdulikannya.


Jawaban Allah atas sebuah doa :

  1. Allah segerakan
  2. Allah menyimpannya untuk di akhirat nanti
  3. Allah menggantinya dengan yang lebih baik


Bukti kesombongan iblis di hadapan Allah :

QS 7 : 7- 12

Maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka).QS. al-A'raf (7) : 7

Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.QS. al-A'raf (7) : 8


Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.QS. al-A'raf (7) : 9


Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.QS. al-A'raf (7) : 10


Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat:" Bersujudlah kamu kepada Adam "; maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.QS. al-A'raf (7) : 11


Allah berfirman:" Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? "Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah ".QS. al-A'raf (7) : 12


Jangan "ngambek" jika mendapat cobaan dari Allah :

QS 24 : 22

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.QS. an-Nur (24) : 22


Ketika kita tidak menerima sesuatu sesuai dengan keinginan, apa yang harus kita lakukan ?

QS 9 : 58 - 59

Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (pembahagian) zakat; jika mereka diberi sebahagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.QS. at-Taubah (9) : 58


Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).QS. at-Taubah (9) : 59


Adab mengatakan terima kasih :

  1. mengucapkan syukron : berarti ada keinginan dari si pembicara untuk membalas budi kebaikan orang yang diajaknya berbicara
  2. mengucapkan jazakallah / jazakillah : berarti si pembicara mendoakan bahwa hanya Allah yang bisa membalas kebaikan dari orang yang diajaknya bicara.


Kita sebagai manusia juga harus tahu balas budi:

QS 4 : 86

Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan atas tiap-tiap sesuatu.QS. an-Nisa' (4) : 86

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut