15 Desember 2009

Pengajian Masjid Raya Bani Umar 15 Desember 2009

Event : Pengajian Masjid Raya Bani Umar
Tanggal : 15 Desember 2009
Pembicara : DR Ir H Nana Rukmana DW, MA
Tema : Istiqomah di zaman modern

Istiqomah adalah sebuah usaha maksimal yang didapat dilakukan oleh manusia untuk senantiasa berada di jalan Allah swt. Sifat istiqomah biasanya dimiliki oleh orang-orang yang benar-benar beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Dengan keistiqomahan itu, muslim yang beriman insya Allah akan dapat meraih segala kebajikan.

Dalam suatu hadits yang menceritakan, sahabat Abdullah al-Tsaqafi meminta nasihat kepada Nabi Muhammad saw agar dengan nasihat itu, ia tidak perlu bertanya-tanya lagi soal agama kepada orang lain. Lalu, Rasulullah saw bersabda, ”Qul Amantu Billah Tsumma Istaqim” (Katakanlah, aku beriman kepada Allah, dan lalu bersikaplah istiqamah!). (H.R. Muslim)

Ayat ayat yang berhubungan :

Sesunguhnya orang-orang yang mengatakan: "Rabb kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
QS. al-Ahqaf (46) : 13

Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
QS. al-Ahqaf (46) : 14

Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
QS. al-Mulk (67) : 1

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
QS. al-Mulk (67) : 2

Ciri Ciri istiqomah :
  1. Konsisten dalam memgang teguh aqidah tauhid

Hanya yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
QS. at-Taubah (9) : 18
  1. Konsisten dalam menjalankan syariat agama, baik berupa perintah maupun larangan

“Tujuh golongan yg akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya di hari tdk ada naungan kecuali naungan-Nya.
  • Pemimpin yg adil
  • Pemuda yg sentiasa beribadat kepada Allah semasa hidupnya
  • Orang yg hatinya sentiasa berpaut pada masjid-masjid
  • Dua orang yg saling mengasihi karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah
  • Seorang lelaki yg diundang oleh seorang perempuan yang mempunyai kedudukan dan rupa paras yg cantik utk melakukan kejahatan tetapi dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah!’
  • Seorang yg memberi sedekah tetapi dia merahsiakannya seolah-olah tangan kanan tidak tahu apa yg diberikan oleh tangan kirinya
  • Seseorang yg mengingati Allah di waktu sunyi sehingga mengalirkan air mata dr kedua matanya”
(HR. Bukhari Muslim)

Penjelasan:

Hadits ini menjelaskan bahwa pada hari kiamat ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT, yaitu:
  1. Pemimpin yang adil

Pemimpin disini bisa presiden, pak camat, pak lurah atau kepala rumah tangga sampai imam di masjid atau musholla. Untuk imam, yang dimaksud imam yang adil adalah tidak membeda-bedakan saat ia sholat sendiri maupun sedang mengimami jamaahnya. Tidak saat ia sendiri ia sholat membaca surah yang pendek, tetapi saat berjamaah ia membaca surah yang panjang.
  1. Anak muda yang saleh
Ujian pada masa muda itu sangat beragam dan dahsyat. Oleh sebab itu, apabila ada anak muda yang mampu melewati masa keemasannya dengan taqarrub (mendekatkan) diri kepada-Nya, menjauhkan diri dari berbagai kemaksiatan, serta mampu mengendalikan nafsu syahwatnya, Allah akan memberikan perlindungan-Nya pada hari kiamat. Ini merupakan imbalan dan penghargaan yang Allah berikan kepada anak-anak muda yang saleh.
  1. Orang yang hatinya terikat pada masjid
Masjid adalah tempat yang paling dicintai Allah dimuka bumi ini, jadi sudah sewajarnya apabila manusia-manusia yang hatinya selalu terikat pada tempat yang paling dicintaiNya, akan mendapatkan perlindungan di hari akhir. Tidak ada yang menghalangi dia dan keluarganya kecuali keinginan untuk selalu berjamaah di Masjid/Musholla, adalah salah satu tanda hati sudah terikat kepada Masjid.
  1. Dua orang yang saling mencintai karena Allah
Makna yang didapat adalah kebersamaan dan persahabatan. Kita melakukan sesuatu bersama-sama dengan saudara kita, dan kita melakukannya semata-mata karena mengharap ridha Allah; Saat saudara kita lupa dan ingkar kepada Allah, kita mengingatkannya. Itu adalah cermin persahabatan yang dirahmati Allah.
  1. Mampu menghadapi godaan lawan jenis
Dicontohkan saat Nabi Yusuf AS berada dalam istana raja dan mendapat godaan yang luar biasa dari Siti Julaiha, seorang wanita yang sangat rupawan. Nabi Yusuf bermunajat kepada Allah SWT dan berkata ‘lebih baik hidup di penjara dari pada di istana’ karena beliau tahu betapa Allah akan melindunginya di yaumil akhir apabila dapat melawan godaan yang sangat berat itu.
  1. Ihklas dalam beramal
Semua berawal dari niat, bahkan dalam beramal sekalipun. Dalam hadist Arbain, keutamaan berniat sebelum melakukan amalan ditempatkan pada hadist yang paling pertama. Dilambangkan dalam bersedekah, tangan kiri tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya.
  1. Bertahajud dan Berzikir kepada Allah
Bangun pada tengah malam, berserah diri kepada Allah, memohon ampun dan mengingat dosa-dosa di masa lalu sampai bercucuran air matanya, termasuk salah satu yang dijamin perlindungannya di hari akhir kelak.


3. Konsisten dalam bekerja dan berkarya, dengan tulus dan ikhlas karena Allah swt.

Hadist : Bekerjalah engkau seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan beribadahlah engkau seakan-akan engkau akan mati esok.


Berdoa :

adab berdoa dalam Islam yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah sebagai berikut :
  1. Ikhlas karena Allah semata. (QS. Al-Mu’min: 14), (QS. Al-Bayyinnah: 5)
  2. Mengawalinya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah, lalu diikuti dengan bacaan shalawat kepada atas Rasulullah dan diakhiri dengannya.
  3. Bersungguh-sungguh dalam memanjatkan do’a serta yakin akan dikabulkan
  4. Mendesak dengan penuh kerendahan dalam berdo’a dan tidak terburu-buru.
  5. Menghadirkan hati dalam do’a.
  6. Memanjatkan do’a, baik dalam keadaan lapang maupun susah.
  7. Tidak boleh berdo’a dan memohon sesuatu kecuali hanya kepada Allah semata.
  8. Tidak mendo’akan keburukan kepada keluarga, harta, anak dan diri sendiri.
  9. Merendahkan suara ketika berdo’a, yaitu antara samar dan keras. (QS. Al-A’raaf: 55, 205).
  10. Mengakui dosa yang telah diperbuat, lalu mohon ampunan atasnya, serta mengakui nikmat yang telah diterima dan bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut.
  11. Tidak membebani diri dalam membuat sajak dalam do’a.
  12. Tadharru’ (merendahkan diri), khusyu’, raghbah (berharap untuk dikabulkan) dan rahbah (rasa takut tidak dikabulkan). (QS. Al-Anbiyaa’: 90).
  13. Mengembalikan (hak orang lain) yang dizhalimi disertai dengan taubat.
  14. Memanjatkan do’a tiga kali.
  15. Menghadap Qiblat.
  16. Mengangkat kedua tangan dalam do’a.
  17. Jika mungkin berwudhu’ terlebih dahulu sebelum berdo’a.
  18. Tidak berlebih-lebihan dalam berdo’a.
  19. Tawassul kepada Allah dengan Asmaa’-ul Husna dan sifat-sifatNya yang Maha Tinggi, atau dengan amal shalih yang pernah dikerjakannya sendiri atau dengan do’a seorang shalih yang masih hidup dan berada di hadapannya.
  20. Makanan dan minuman yang dikonsumsi serta pakaian yang dikenakan harus berasal dari usaha yang halal.
  21. Tidak berdo’a untuk suatu dosa atau memutuskan silaturahmi.
  22. Menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
  23. Harus menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran).
  24. Hendaklah orang yang berdo’a memulai dengan mendo’akan diri sendiri, jika dia hendak medo’akan orang lain.
Tentang Mengingat Mati :

Ada seorang laki-laki yang disebut-sebut selalu berada di sisi Nabi Muhammad saw. Orang itu sering dipuji dengan baik. Lalu Rasulullah bertanya, ''Bagaimana teman kalian itu menyebut mati?'' ''Kami hampir tidak pernah mendengar ia mengingat mati,'' jawab mereka. ''(Jika begitu), maka sesungguhnya teman kalian itu bukanlah di situ (di sisi Nabi),'' jawab Rasulullah. Seorang sahabat dari kaum Anshar bertanya. ''Wahai Nabi, siapakah manusia yang paling cerdas dan mulia?''

''Mereka yang sering mengingat mati dan (tekun) mempersiapkan diri menghadapi kematian. Mereka pergi dengan kelegaan dunia dan kemuliaan akhirat,'' sabda Nabi. Memasuki Tahun Baru ini, kiranya kita perlu mengingat hadis di atas, yang dikutip Imam Ghazali dalam Teosofia Al-Qur'an. Dalam setiap pergantian tahun, sebenarnya umur kita semakin mengurang. Hari-hari kehidupan kita semakin dekat kepada liang kubur alias kita akan mati.

Menurut Ghazali, dalam syariat Islam, kita akan mendapatkan pahala besar kalau sering mengingat kematian. Sabda Nabi, ''Aku tinggalkan dua pemberi peringatan di tengah-tengah kalian, yang diam dan dapat berbicara. Yang diam adalah maut (mati), sedangkan yang berbicara adalah Alquran.'' Dalam Alquran, Allah tegas mengatakan, ''Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (QS 62:8).

Mari mengutamakan akhirat tapi jangan melupakan dunia :

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu". (QS. Al-Hadid : 20)

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)". (QS. Ali ‘Imran : 14)

"Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat." (QS. Asy-Syuuraa : 20)

"Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun". (QS. An Nisaa’ : 77)

"Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal". (QS. Al A’laa : 16-17)

"Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya maka kami akan penuhi mereka usahanya di dunia dan mereka tidak dirugikan. Mereka di akhirat tidak mendapatkan apa-apa melainkan api neraka dan gugurlah apa yang mereka kerjakan di dunia dan batal apa yang mereka kerjakan." (QS. Hud: 16).


4. Konsisten dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan

Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).
QS. Yasin (36) : 12

Tentang Shalat :

Modal mencapai shalat khusyu antara lain:
  1. Jadikan shalat sebagai kebutuhan bukan sekedar menggugurkan kewajiban.
  2. Ubahlah malas belajar menjadi mau belajar, pelajari dan fahami kembali ilmu shalat.
  3. Ubahlah shalat sebagai sambilan menjadi ada waktu khusus untuk shalat.
  4. Ubahlah kemalasan menjadi kesungguhan untuk melaksanakan shalat dengan khusyu’.
  5. Ubahlah kebiasaan bermaksiat menjadi kemauan untuk bertaubat
Tahapan mencapai shalat khusyu’
  1. Khusyu' Persiapan
a. Ketika mendengar adzan, tanamkan selalu dalam hati dan pikiran bahwa kita butuh Allah dan ingin berterimakasih kepada-Nya.
b. Segera siapkan diri, hati, pikiran dan waktu untuk mengerjakan shalat
c. Mulailah mengerjakan wudhu’ dengan sempurna dan dengan penuh ketenangan serta kekhusyu’an.
d. Persiapkan diri menuju shalat dengan tenang. Gunakan pakaian yang bersih demikian pula tempat shalat harus bersih dan suci, serta hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu ketenangan dan kekhsyu’an shalat sperti: non-aktifkan handy, padamkan telvisi, radio dll.
e. Khusus bagi laki-laki, kerjakan shalat di masjid atau mushalla.
  1. Khusyu’ Gerakan
a. Mulailah berdiri tegak menghadap kiblat kemudian siapkan hati dan pikiran untuk menghadap Allah kemudiaan berniatlah di dalam hati.
b. Melakukan semua gerakan shalat dengan sempurna persis seperti yang dicontohkan Rasulullah.
c. Melakukan semua gerakan dengan tenang dan sempurna
d. Pandangan mata tertuju pada tempat sujud (tidak melirik atau menoleh)
e. Tidak ada gerakan tambahan lain seperti mengaruk dll kecuali diperlukan.
  1. Khusyu’ Bacaan
a. Bacalah bacaan shalat dengan benar, jelas, tartil (perlahan-lahan dan tidak terburu-buru)
b. Terdapat jeda di antara kalimat (do’a atau ayat-ayat Al-Qur’an)
c. Bacaan lirih (berbisik) dan merendahkan suara, artinya hanya terdengar oleh telinga sndiri
d. Tidak ada ucapan atau perkataan lain, selain bacaan shalat, seperti menjawab salam, bergumam, dll.
  1. Khusyu’ Pikiran
a. Setiap mulut membaca bacaan shalat maka hati dan pikiran ikut membacanya.
b. Pikiran dan perhatian terpusat pada bacaan dan gerakan shalat.
c. Berusaha memahami makna bacaan
d. Tidak larut dalam pikiran selain mengingat Allah, gerakan dan bacaan shalat.
  1. Khusyu’ Perasaan
a. Hayati dan resapi setiap bacaan shalat mulai dari takbir sampai salam
b. Perbanyaklah membaca tasbih pada waktu ruku’ dan sujud serta perbanyaklah doa pada waktu sujud dan sebelum shalam. Rasakan seolah-olah sedang berhadapan dan berkomuniksi dengan Allah.
c. Berusahalah mengamalkan nilai-nilai shalat (syarat, bacaan dan gerakannya) dalam kehidupan sehari-hari.

Tips agar istiqomah :
  1. memahami betul ajaran islam (meyakini kebenarannya, meyakini diridhoi Allah, duduk di majelis ilmu, menyampaikan kepada orang lain)
  2. mendekatkan diri kepada Allah
  3. bergaul dengan orang yang baik
  4. meneladani kisah kisah orang yang istiqomah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut