05 Maret 2010

Pengajian Mahagoni Tanggal 4 Maret 2010

Event : Pengajian Mahagoni
Tanggal : 4 Maret 2010
Pembicara : Ustadzah Lulung Umrulain
Tema: Tafsir QS Al Lahab

Nomor Surat: 111
Arti Nama Surat: Gejolak api
Jumlah ayat: 5 (lima) ayat
Diturunkan di: Makkah
Golongan surat: Makiyyah

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
QS. al-Lahab (111) : 1
Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
QS. al-Lahab (111) : 2
Kelak dia akan masuk dalam api yang bergejolak.
QS. al-Lahab (111) : 3
Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar.
QS. al-Lahab (111) : 4
Yang di lehernya ada tali dari sabut.
QS. al-Lahab (111) : 5

---

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin


Bismillahirrahmaanirrahiim

Allah berfirman.

Dalam surat ini terdapat bukti-bukti yang sangat banyak dan jelas bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas kebenaran. Beliau tidak mengajak demi mendapatkan kekuasaan, kehormatan dan jabatan di kalangan kaummnya. Dalam mensikapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, para paman beliau terbagi menjadi tiga kelompok.

1. Kelompok yang beriman, berjihad bersama beliau dan tunduk kepada Allah Rabb sekalian alam.
2. Kelompok yang mendukung dan menolong beliau, namun tetap kafir.
3. Kelompok yang ingkar dan berpaling. Mereka ini kafir terhadap agama beliau.

Adapun kelompok pertama, seperti Al-Abbas bin Abdul Muthalib dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Hamzah lebih afdhal dari pada Abbas, karena beliau dijuluki sebagai syuhada yang terbaik disisi Allah Azza wa Jalla, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberinya gelar asadullah dan asudarasuluhu (singa Allah dan rasulNya)

1. Beliau terbunuh pada perang Uhud di tahun kedua hijrah.
2. Adapun yang mendukung serta menolong tetapi masih tetap dalam kekafiran, seperti Abu Thalib. Dia telah bersikap baik kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta membela dan mendukung beliau, namun –wal ‘iyaadzu billah- Allah telah menentukan adzab untuknya, tidak memeluk agama Islam sampai akhir hayatnya. Di detik-detik akhir kehidupannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajaknya masuk Islam tetapi ia tetap enggan dan meninggal dengan pernyataannya bahwa ia berada di atas agamanya Abdul Muthalib [3]. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memintanya syafaat untuknya (untuk meringankan adzab) hingga diadzab di naar dengan cara dipakaikan sandal lalu menggelegak isi otaknya
3. yang ingkar dan berpaling, seperti Abu Lahab. Allah menurunkan satu surat penuh, yang dibaca di dalam shalat wajib dan sunnah, shalt sir (yang bacaannya pelan) dan jahar (yang bacaannya terang) diberi pahala orang yang membacanya, setiap huruf sepuluh kebaikan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa”

Ini merupakan bantahan terhadap Abu Lahab, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak mereka ke jalan Allah, mengingatkan dan memberi mereka kabar gembira. Berkata Abu Lahab : “Celakalah engkau! Hanya untuk inikah engkau kumpulkan kami?[5] Perkataan “hanya untuk inikah engkau kumpulkan kami” adalah untuk meremehkan. Artinya, ini adalah perkara sepele, sehingga tidak perlu mengumpulkan para pemimpin Quraisy. Yang demikian ini sama seperti firman Allah Ta’ala.
Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, mereka hanya membuat kamu menjadi olok-olok. (Mereka mengatakan): "Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhanmu?", Padahal mereka adalah orang-orang yang inkar mengingat Allah Yang Maha Pemurah.
QS. al-Anbiya (21) : 36

Yaitu meremehkannya. Tidak acuh dan tidak peduli. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan mereka berkata: "Mengapa al-Quran ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini
QS. az-Zukhruf (43) : 31

Wal hasil, Abu Lahab berkata : “Celakalah engkau, hanya untuk inikah engkau kumpulkan kami?” Maka Allah Ta’ala membantah dengan menurunkan surat ini “Tabbat yadaa abii lahabiw watabb”, Al-Tabaab artinya Al-Khasaar yaitu kerugian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala.

(yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah dijadikan Firaun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Firaun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.
QS. al-Mu'min (40) : 37

Yaitu kerugian. Dan Allah memulai dengan menyebutkan tangan sebelum yang lainnya, karena kedua tanganlah yang sering bekerja dan bergerak, mengambil dan memberi dan lain-lain. Dan gelar Abu Lahab adalah gelar yang pantas dan sesuai dengan kondisi dan tempat kembalinya. Gelar ini pantas untuknya karena ia akan dimasukkan ke dalam naar yang menyala-nyala yang mengeluarkan lidah api yang dahsyat. Berkata seorang penyair.

Katakan, tidaklah matamu melihat seorang yang punya gelar
Kecuali kamu akan berfikir makna dari gelarnya

Ketika Suhail bin Amr datang pada perang Hudaibiyah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Ini adalah Suhail bin Amr, aku tidak melihat kecuali ia telah mudahkan urusan kalian”

Karena nama tersebut sesuai dengan perbuatannya.

---

Allah berfirman.

“Artinya : Tidaklah berpelajaran kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan”

-Ma- berkemungkinan mempunyai makna istifham (pertanyaan) yang berarti : Manfaat apa yang ia dapatkan dari hartanya dan apa yang ia usahakan? Jawabnya : Tidak ada sama sekali. Atau bermakna naïf (penolakan), berarti maknanya : Tidaklah bermanfaat kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kedua makna tersebut saling berkaitan, yaitu ; bahwa harta dan apa yang ia usahakan tidak bermanfaat sedikitpun untuknya ? Padahal menurut kebiasaan, harta itu bermanfaat. Harta dapat dijadikan alat penebus jika seseorang ditawan musuh. Ia katakana : “Jika engkau membebaskanku maka aku akan memberimu uang sekian-sekian”. Dengan meminta harta sedikit atau banyak, musuhnya akan membebaskannya. Jika seseorang, sakit atau lapar dapat memanfaatkan hartanya. Harta sangatlah bermanfaat, namun dikatakan tidak bermanfaat jika tidak dapat menyelamatkan pemiliknya dari naar. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman “ Maa agnaa anhu maaluhu” yakni hartanya tidak dapat menyelamatkannya dari siksaan Allah Ta’ala. FirmanNya “Wamaa kasab” dikatakan maknanya adalah anaknya. Yakni, tidak bermanfaat baginya harta dan anaknya. Sebagaimana yang dikatakan Nabi Nuh ‘Alaihis salam

dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
QS. al-Ma'arij (70) : 21

Maka mereka artikan “wamaa kasab” ialah anak. Pendapat ini juga didukung dengan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Sebaik-baik hasil yang kamu makan adalah hasil dari jerih payahmu, dan anak-anakmu tersebut termasuk dari hasil jerih payahmu”

Pendapat yang benar adalah ayat tersebut lebih umum dari yang demikian. Ayat di atas mencakup anak. Juga mencakup harta yang sedang ia usahakan untuk ia dapatkan, juga mencakup apa yang ia usahakan untuk meraih kemuliaan dan kehormatan. Setiap usaha yang dilakukan untuk menambah kemualian dan kehormatan, tidak bermanfaat untuknya sedikitpun “ Maa agnaa anhu maaluhu wamaa kasab” = Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan”

Firman Allah.

---

“Artinya : Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak”

Huruf –sin- pada “sayashla” untuk ‘at-tanfis’ yang menunjukkan ‘al-haqiqah’ (hakiki) dan al-qurb (waktu dekat). Yakni, Allah Ta’ala mengancamnya dalam waktu dekat dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Karena kemewahan dunia, dan bagaimanapun lamanya tinggal di dunia, tetap saja dikatakan akhirat itu dekat. Sehingga manusia yang ada di alam barzakh merasa sebentar walaupun tahun demi tahun yang panjang telah berlalu.

Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : … mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik”[Al-Ahqaaf : 35]

Sesaat yang ada di siang hari tentunya waktu yang sangat singkat.

---

Firman Allah
“Artinya : Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar”

Yaitu wanita (istri) yang yang ada bersamanya. Dia adalah wanita terhormat di kalangan suku Quraisy, namun kehormatan tersebut tidak bermanfaat untuknya karena ikut membantu suaminya dalam permusuhan dan dosa serta tetap di dalam kekafiran. Firman Allah : “Hammaa latal hathab” = pembawa kayu bakar, dibaca nashab (fathah) atau rafa (dhamah). Adapun jika dibaca nasab, maka menunjukkan keadaan istrinya. Yaitu, keadaan istrinya membawa kayu bakar. Atau manshub dengan arti celaan. Karena na’at yang terputus boleh dinashabkan dengan maksud pencelaan. Artinya, Aku mencela si pembawa kayu bakar. Adapun jika dibaca rafa’ menunjukan sifat si wanita tersebut, -Hammaalah- bentuk mubalaghah, artinya banyak membawa. Disebutkan bahwa ia membawa kayu yang berduri kemudian ia letakkan di jalan yang dilalui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, untuk menyakiti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Firman Allah.

---

“Artinya : Yang di lehernya ada tali dari sabut”

Al-jid ialah al-‘unuq artinya leher. Habl ialah tali, al-masad : sabut. Yakni, ia pergi ke gurun dengan membawa tali untuk mengikat kayu-kayu berduri yang akan ia letakkan di jalan yang dilalui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, na’udzubillah min dzalik. Hal ini mengisyaratkan rendahnya cara berfikir, karena ia menghinakan dirinya sendiri. Seorang wanita dari kabilah yang terkemuka dari kalangan suku Quraisy pergi ke gurun dengan melilitkan tali sabut di lehernya. Tetapi demi untuk menyakiti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia rela melakukannya.


---

Nabi Muhammad pada saat melaksanakan dakwah, banyak orang yang memusuhinya, banyak orang yang ingin membunuh / mencelakakan beliau
Oleh karena itu, jangan sampai berputus asa dalam berdakwah

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaithan-syaithan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.
QS. al-An'am (6) : 112

Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.
QS. al-Furqan (25) : 31

Nabi Muhammad bukanlah Nabi yang bisa menolak kemudhorotan, hanya Allahlah tempat kita memohon pertolongan

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".
QS. al-A'raf (7) : 188

Sekarang ini, banyak sekali golongan yang berusaha untuk emmecah belah kerukunan di dalam islam itu sendiri, maka kita harus berhati hati dalam menyingkapinya.

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.
QS. al-An'am (6) : 159

Kita diperbolehkan / dianjurkan untuk memanjatkan shalawat kepada Nabi

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
QS. al-Ahzab (33) : 56

Apabila kita menyingkapi berbagi pendapat yang berbeda, pilih yang menurut kita paling baik

yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
QS. az-Zumar (39) : 18

Katakanlah: "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami (nya).
QS. al-An'am (6) : 65

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.
QS. al-An'am (6) : 159
Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
QS. al-An'am (6) : 160

Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
QS. al-Qashash (28) : 4

yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.
QS. ar-Rum (30) : 32


---
Hal Hal Bid'ah menurut Ibnu Hajjar

1. bid'ah wajib : pembuatan Al Quran
2. Bid'ah manduah : membangun sekolah, berkumpul kumpul mencari keridhoan Allah, walimatussafar
3. bud'ah mubah : berlapang dalam berpakaian, makan, minum
4. bid'ah makruh : merubah bacaan doa (tidak seperti yang ada di dalam Al Quran)
5. bid'ah haram : memohon pertolongan kepada Nabi, Syech, Imam dll

Hal Hal bid'ah menurut Imam Syafi'i :

1. Bid'ah Dholalah
2. bid'ah hasanah

Apabila kita melakukan sesuatu perbuatan, maka kita akan menanggungnya sendiri

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya)
QS. Fushshilat (41) : 46

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sri Wahyuningsih

Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih

Pengikut